NovelToon NovelToon
Mr. Ibram

Mr. Ibram

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Hidup sebatang kara, dikhianati oleh keluarganya, bahkan diusir dari rumah peninggalan orang tua oleh sang tante, membuat Ayuna Ramadhani terpaksa harus bekerja keras untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah sebanyak mungkin di tengah kesibukkannya kuliah. Ditambah pengkhianatan sang pacar, membuat Ayuna semakin terpuruk.
Namun titik rendahnya inilah yang membuat ia bertemu dengan seorang pengusaha muda, Mr. Ibram, yang baik hati namun memiliki trauma terhadap kisah cinta. Bagaimana kelanjutan kisah Ayuna dan Mr. Ibram, mungkinkah kebahagiaan singgah dalam kehidupan Ayuna?
Selamat membaca
like like yang banyak ya teman-teman
terimakasih

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERAWAT PRIBADI

Ayuna menunggu di IGD setelah mengantar Ibram ke rumah sakit. Dirinya panik ketika Ibram sudah menyuruh panggil satpam dan memesan taksi online. Meski kesakitan begitu, aura bos masih terasa. Menyuruh anak buah dengan tegas. Ayuna ingat saat Pak Satpam mendorongnya memakai kursi roda, yah di kantor memang ada fasilitas pertolongan pertama, khawatir terjadi peristiwa yang tak terduga seperti ini, Ibram terus mengoceh.

"Harus di rumah sakit ini," titahnya saat itu. "Kamu dan Pak Satpam temani saya ke rumah sakit," lanjutnya sembari menahan rasa sakit. Ayuna berjalan di samping Ibram harus menghilangkan rasa paniknya, ingin menjambak saja tuh bos cerewet. Kalau sudah sakit ya biar kita urus lah, gak usah banyak omong. Lagian kita juga peka kali buat segera membawa ke rumah sakit, batin Ayuna kala itu.

"Keluarga Pak Ibram?" panggil seorang suster. Ayuna pun berdiri, karena pemeriksaan agak lama, Pak Satpam pun undur diri.

"Iya saya!" ucap Ayuna. Gadis itu menemui Ibram di ranjang pasien di IGD.

"Gerd Pak Ibram kambuh, sudah diberi obat lewat infus juga, dan bisa dipindah ke kamar inap," ucap dokter cantik itu pada Ayuna.

"Tante. Gak usah bikin gosip!" ujar Ibram menginterupsi sebelum dokter Maidah itu pamit.

"Iya ganteng!" ujar dokter Maidah tahu maksud Ibram saat beliau tahu siapa yang mengantar Ibram ke rumah sakit. Seingat Maidah, hanya Uci dan Akmal yang boleh mengurusi kepentingan pribadi Ibram, dan Maidah tahu wajah Uci juga. Selama pemeriksaan pun dr. Maidah masih sempat menggoda keponakannya itu.

"Terimakasih, suster!" ucap Ayuna pada suster yang mengantar Ibram ke kamar inap. Kamar VVIP cuy, Ayuna makin canggung saja di ruang sebesar ini hanya mereka berdua. Ibram memang terlihat tidur dengan lengan menutupi matanya.

"Bapak perlu apa?"

"Enggak, Ay. Aku cuma pengen tidur saja!"

Ayuna pun diam, dan duduk di kursi. Ia mengirim chat ke Tya kalau dia pulang terlambat, ia juga mengirim pesan ke Akmal dan Uci bahwa Pak Ibram sakit dan dirawat di rumah sakit. Niat Ayuna agar ada yang menggantikan untuk menemani bos ganteng ini. Gak nyaman banget loh.

"Kamu pulang duluan gak pa-pa, Ay!" ucap Ibram yang sepertinya tahu ketidak nyamanan Ayuna.

"Oh, iya, Pak. Tapi Bapak gimana?"

Belum sempat menjawab, ada petugas catering membawa makan malam untuk pasien, plus keluarga, maklum kelas VVIP keluarga pasien pun dapat jatah makan.

"Aku gak pa-pa sendiri," ucap Ibram lemah.

"Hem, saya menunggu keluarga Bapak dulu deh."

"Mama dan Papa lagi ke luar negeri, Ay. Kedua kakak saya tinggal di luar kota, udah saya gak pa-pa!"

Ayuna tak enak hati, "Saya tetap di sini saja, Pak. Khawatir bapak butuh sesuatu."

"Saya bisa sendiri," ujar Ibram tak mau dibantah. Oh, Ayuna kesal juga. Dia dibantu kok malah ngusir.

"Emang bapak bisa ambil makan sendiri di sini?" tantang Ayuna sewot. Ibram menanggapinya hanya dengan decakan.

"Kalau belum bisa sendiri, jangan merasa sok kuat begitu, Pak. Toh kita manusia masih butuh bantuan orang lain. Sekarang bapak makan, mumpung masih hangat!" ujar Ayuna cerewet, ia pun memasang meja kecil untuk makan.

"Bisa duduk sendiri?"

"Bisa!" ucap Ibram tak kalah jutek, mencoba berdiri sekuat tenaga sembari memegang perut yang masih ada rasa nyeri.

Ayuna pun membawa nampan makan dan meletakkannya di meja. Ibram melihat menu makanan rumah sakit jadi tak selera makan. Hanya semangkuk bubur dengan beberapa toping seperti ayam, dan kuang bening seperti soto. Sangat tidak menggugah selera.

Ayuna menahan tawa karena tahu Ibram pasti tak selera. "Bapak masih sakit, gak boleh makan nasi padang, pedes, jadi cukup bubur saja!" ujar Ayuna niatnya sambil meledek. Ia meletakkan sendok yang di samping mangkuk. Ibram kembali berdecak.

"Ayo dimakan!" ucap Ayuna mengingatkan, karena Ibram tak kunjung mengambil sendok.

Ibram hanya mengangkat tangan kanan yang terinfus, mungkin karena ia diminta istirahat total sehingga suster memilih tangan kanan buat diinfus, begitu kali ya.

Ayuna tertawa melihat ekspresi pasrah Ibram. "Mau saya panggilkan suster buat suapi bapak makan?" tawar Ayuna, gak mungkin dong dia berinisiatif menyuapi Ibram, bukan keluarga atau pacar, Ayuna tidak sedekat itu.

"Ck, ada kamu ngapain panggil suster, tolong suapi saya!" percayalah Ayuna ingin ngakak, si boa yang jutek harus menurunkan gengsinya kalau dia masih membutuhkan bantuan Ayuna, gitu sok sok an bisa sendiri.

"Aa," pinta Ayuna menyodorkan sendok bubur. Ibram tak melihat sendoknya malah menatap Ayuna. Diperlakukan manis begini bikin jantung Ibram tak bisa santai. "Ayo, Pak. Nanti perut bapak gak sembuh-sembuh."

Ibram pun menuruti perintah perawat pribadinya, sesekali tatapan keduanya bertemu, ada sedikit rasa canggung namun mereka menikmati, sampai Ibram menghabiskan semangkuk bubur itu.

"Kayaknya udah gak sakit deh, buburnya habis!" sindir Ayuna.

"Aku muntahin lagi deh," balas Ibram yang tak suka disindir, emang awalnya ia tidak berselera tapi karena disuapi, eh kok gak kerasa sudah habis.

"Canda ya Allah," protes Ayuna, kemudian membereskan peralatan makan dan dia pamit untuk sholat maghrib yang terlampau mepet isya.

"Sholat di sini saja, Ay!" pinta Ibram, sekarang seperti tak mau ditinggal Ayuna. Gadis itu mengangguk saja, toh ia belum tahu mushola rumah sakit di mana.

"Kok gak diangkat?" tanya Ayuna sembari melepas mukenahnya. Ponsel Ibram berdering, padahal di desk dekat ranjang, tapi gak diangkat juga. Ayuna pun melihat siapa yang menelepon, ternyata mama Pak Ibram.

"Nanti bakal cerewet gak ketulungan," tolak Ibram saat disodori ponselnya.

"Namanya ibu, mau diumpetin sekalian bakal kerasa kalau anaknya sakit, Pak," omel Ayuna. Ibram luluh, ia pun mengangkat panggilan video itu.

"Di mana?" tanya mama.

"Di kamar!"

"Bohong kamu ya, Bram. Di rumah sakit kan, Tante Maidah udah chat juga."

"Ck, iya!"

"Makanya makan yang teratur, jangan kerja mulu, stres kan jadinya. Kamu itu kalau gak disuapi gak bakal makan, betah amat perut kosong sih. Kalau mau disuapi terus cari istri biar ada yang urusin," omel mama yang bikin Ibram enggan malas mengangkat ponselnya. Apalagi suara beliau keras banget lagi, pasti Ayuna mendengar. Gadis itu tampak tersenyum, Ibram yakin bakal diledek.

Sedangkan Ayuna sendiri menikmati omelan itu, ada rasa rindu diomeli sang ibu, hanya karena perkara kecil. Ayuna ingat, saat itu kelas 1 SMA, diajak nongkrong dengan Rajendra tapi dia salah pilih baju. Ia pakai celana jeans di atas lutut dan kaos pink lengan pendek serta sepatu putih.

Seketika ibu melotot anak gadisnya berpakaian seperti itu, beliau mengomel seminggu kali, setiap ada kesempatan pasti ada kata jadi cewek jangan gampang pamerin paha. Ayuna sampai mengambek, setelah beliau tak ada Ayuna kangen sekali omelan seperti itu.

Kangen ibu.

1
Lestari Setiasih
bagus ceritanya
Rian Moontero
qu mampir kak authoor,,semangat up yach💪💪🤩🤸🤸
Lel: terimakasih dukungannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!