Aizha Adreena Hayva harus bertarung dengan hidupnya bahkan sebelum ia cukup dewasa, berhenti sekolah, mencari pekerjaan dan merawat adiknya karena orantuanya meninggal di malam yang sunyi dan tenang, bahkan ia tak menyadari apapun. bertahun-tahun sejak kejadian itu, tak ada hal apapun yang bisa dia jadikan jawaban atas meninggalnya mereka. ditengah hidupnya yang melelahkan dan patah hatinya karena sang pacar selingkuh, ia terlibat dalam one night stand. pertemuan dengan pria asing itu membawanya pada jawaban yang ia cari-cari namun tidak menjadi akhir yang ia inginkan.
selamat menikmati kehidupan berat Aizha!!
(karya comeback setelah sekian lama, please dont copy my story!)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Fhadillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Kini usia kehamilan Aizha sudah mencapai 5 bulan dan mereka sudah mengetahui bahwa jenis kelaminnya adalah laki-laki. Terkadang mereka mulai memikirkan nama untuk calon anak mereka. Kini Caiden memaksa mereka untuk pindah kerumah yang lebih luas, mereka tak bisa hanya tinggal di apartemen dengan 2 kamar dengan bayi yang akan tumbuh besar. Akhirnya setelah mempertimbangkannya lebih dari seminggu Aizha setuju dan Nuka juga tak masalah selama masih dekat dengan sekolah dan tak akan begitu jauh dari rumah sahabatnya.
Sepulang kerja Caiden mulai menjumpai agent-agent properti, dia juga mulai mencari melalui internet rumah-rumah luas yang nyaman dan tenang seperti impiannya. Butuh waktu beberapa hari untuk menemukannya dan butuh waktu lebih lama untuk merenovasi rumah itu, ia melakukan semuanya dengan perlahan dan pasti, ia berencana begitu melahirkan mereka akan langsung pindah kerumah tersebut.
Suatu malam, setelah Aizha tertidur Caiden duduk sendirian di ruang kerjanya, duduk terdiam beberapa belas menit di mejanya, menatap semua berkas yang ada disana. Dia mempertimbangkan untuk meninggalkan semuanya namun dia berencana akan menjual unit apartemen ini karena merasa tak membutuhkannya lagi. Meninggalkannya disini tentu saja tak masuk akal karena berkas ini bisa berakhir dimana saja. Pria itu juga berniat untuk membakarnya saja karena semua urusannya dengan pekerjaan haram itu telah berakhir, dia tak ingin meninggalkan jejak lagi untuk kedepannya, dia ingin menghapus semua masalalu buruknya sampai tak ada sisa.
Caiden menatap dokumen dengan profil pria paruh baya yang memakai setelan jas hitam dengan sebagian rambut yang memutih, tatapan matanya begitu tajam dengan manik cokelat terang, sama seperti manik mata Aizha yang setiap saat ia tatap. Hal ini akan begitu berbahaya jika ia tetap menyimpannya, dia sungguh harus melenyapkannya. Caiden membawa semua dokumen rahasia dari pekerjaannya yang lalu keluar apartemen menuju lapangan parkir di belakang. Disana ada tong sampah logam yang biasa digunakan. Caiden melempar semuanya kedalam tong sampah itu dan melemparkan korek api menyala kedalamnya. Api membumbung tinggi membakar hangus seluruh kertas dokumen itu tanpa sisa, menjadikannya abu.
...☠️☠️☠️...
Hari ini adalah hari sabtu, akhir pekan dimana semua orang tetap tinggal dirumah selama seharian. Saat makan siang, Aizha berkata dia begitu merindukan kedua orangtuanya dan ingin mereka semua berkunjung kepemakaman mereka. Selama ini hanya ia dan Nuka yang selalu pergi kesana dan Caiden tidak pernah sekalipun ikut bersama mereka. Caiden memiliki begitu banyak alasan dan jutaan cara untuk menghindar dari hal itu dan Aizha selalu tak dapat menemukan cara yang tepat untuk menang.
Kali ini dengan kehamilannya ia bisa menyeret Caiden ikut bersama mereka, tak ada alasan untuk tidak pergi. Lagian sudah bertahun-tahun mereka menikah dan kenapa Caiden begitu enggan untuk datang berkunjung ke makam kedua orangtuanya? Apa dia sungguh tak siap untuk pergi ke kampung tempat adiknya dulu pernah tinggal?
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam akhirnya mereka sampai di rumah lama mereka, rumah yang tak pernah bisa Aizha jual tak peduli seberapa buruk keadaan yang tengah ia hadapi. Setelah makan siang dan beristirahat sejenak, mereka langsung pergi ke kuburan kedua orangtuanya. Mereka membawa dua buket bunga, memindahkan yang lama dan meletakkan yang baru. Caiden hanya berdiri terdiam disana, memperhatikan kedua kakak beradik itu membersihkan pemakaman sambil berbicara pada kedua nisan itu. Aneh bagi Caiden berada disana, tak pernah sekalipun ia ada disituasi seperti ini. Ada begitu banyak rahasia yang terpendam dalam diri Caiden sedangkan kedua kakak beradik itu tidak tahu apapun.
Mereka tinggal satu malam dirumah itu. walaupun Nuka sering datang bahkan sejak ia kecil, rumah itu dan seluruh ruangannya masih terasa asing bagi dirinya. Nuka pindah dari rumah itu sejak dirinya masih bayi. Walaupun begitu, mengetahui fakta bahwa disinilah, ditempat inilah kedua orangtuanya pernah tinggal dan menjalani keseharian mereka bersama anak perempuan mereka yang cantik dan pintar, dan juga bayi mereka yang baru beberapa bulan datang kedunia membuatnya merasa aman dan bahagia berada di rumah itu.
Kini mereka bertiga duduk di meja makan bersama sambil makan malam sederhana. Perbincangan selalu mengalir diantara mereka dan itu terasa sangat menyenangkan, karena kedua orang paling disayangnya itu, ia tak begitu merasa kehilangan sosok orangtua. Aizha sudah menjadi segalanya bagi Nuka, merawatnya dengan baik dan tak pernah mengeluh, dia wanita paling hebat yang pernah Nuka kenal selama hidupnya dan dia sangat menyayangi kakaknya itu.
Setelah makan malam selesai dan Aizha sudah memastikan Nuka merasa nyaman dikamarnya, dia masuk ke kamarnya sendiri dan melihat Caiden berdiri di depan jendela, menatap keluar. Aizha tidak tau apa yang tengah pria itu pikirkan sampai ia bahkan tidak sadar Aizha masuk dan berjalan mendekatinya. Caiden tersentak kaget saat tangan Aizha menggenggam lembut lengannya.
“bagaimana perasaanmu?” tanya Aizha, sekilas rahang Caiden mengeras, ekspresinya kelam dan sulit dipahami Aizha. Ekspresi ganjil itu hanya muncul sepersekian detik hingga Aizha yakin dia mungkin salah lihat.
“tempat ini nyaman, kamu merawatnya dengan baik” Caiden menarik tubuh Aizha mendekat padanya dan memeluknya dari belakang. Caiden meletakan kedua telapak tangannya diatas perut Aizha yang membesar, mengusapnya dengan lembut sambil menciumi tekuk dan pipi istrinya itu. Caiden merupakan suami idaman yang sepertinya seluruh gadis impikan, selama kehamilan Aizha, dia mengurusnya dengan sangat baik, bersabar dengan mood Aizha yang sering berantakan dan tak terduga, dan juga sebisa mungkin memenuhi keinginan Aizha tak peduli seberapa tak masuk akalnya itu. Aizha tak pernah merasa kelelahan dengan kehamilannya, bahkan jika terkadang kondisinya itu membuat tubuh wanita itu sakit dan pegel, Caiden selalu ada disampingnya untuk mengurus dan menemaninya.
Dengan perlahan, Caiden membantu Aizha untuk berbaring di tempat tidur, mencium keningnya dengan lembut dan memeluknya dengan erat, membisikan selamat tidur lalu mengusap dengan lembut perut istrinya sampai Aizha tertidur dengan pulas.
Hujan turun pagi-pagi sekali, udara terasa sejuk dan tanah dibasahi air hujan, diluar sana burung terdengar berkicau dengan riang, suasana hati mereka mungkin begitu baik pada pagi hujan yang dingin ini. sedangkan didalam rumah, Aizha masih berbaring di tempat tidur, tubuhnya terbalut dengan selimut tebal yang lembut, selama hamil saat hujan entah kenapa kakinya terasa nyeri dan dia kesulitan berjalan. Di dalam kamar itu hanya ada Aizha sendirian, begitu sepi tanpa suara apapun selain rintikan hujan di luar sana. Mata Aizha masih tertutup, ia merasa begitu malas dan mengantuk, suara rintikan terdengar seperti bisikan nyanyian di telinga Aizha, merasa begitu nyaman seperti beruang besar yang sedang berhibernasi.
Pintu kamar berdecit terbuka, sosok Caiden yang hanya memakai celana training tanpa atasan apapun masuk dan berjalan mendekati tempat tidur, ditangannya ada nampan yang berisi sarapan. Pria dewasa itu mendudukan dirinya di samping Aizha, meletakan nampan yang ia bawa diatas nakas lalu mengusap puncak kepala Aizha, mencium keningnya dan menyuruhnya bangun dengan suara rendah. Aizha mengeliat sesaat, matanya terbuka sedikit, merasa perih karena silau cahaya. Dengan dibantu Caiden, wanita itu mendudukan dirinya, Caiden meletakan nampan itu di pangkuan Aizha. Roti panggang dengan selai madu dan susu terlihat cukup lezat.
“Nuka sudah sarapan dan dia pergi jalan-jalan disekitar sini” kata Caiden sambil memperhatikan sang istri makan dengan lahap.
“hujan-hujan begini?” Aizha tak percaya Nuka memilih keluar rumah daripada meringkuk di tempat tidurnya.
“katanya ingin mencari angin sebentar”
Nuka dengan payung ditangannya berjongkok ditengah-tengah makam kedua orangtuanya. Jika saat bayi dia tidak selamat dan ikut meninggal bersama kedua orangtuanya, pasti dia akan ditanam disini, tepat ditengah-tengah ayah dan ibunya, tepat diatas tanah yang saat ini diinjaknya. Akan sebesar apa kuburannya? Apa lebih kecil dari kuburan kedua orangtuanya?! Dia hanya bayi mungkin tak akan begitu panjang. Jika Aizha juga ikut mati apa kuburannya akan sepanjang kuburan orangtuanya? Atau lebih pendek sedikit dari mereka? kemana kedua orangtuanya pergi setelah mereka meninggal? Apa mereka hanya berbaring dibawah sana? Bisakah mereka melihat dunia? Mengawasi dirinya yang berjongkok di tengah-tengah mereka?
Nuka tidak merasa sedih, dia tak tau apa yang ia rasakan atau mungkin sebenarnya ia tak dapat merasakan apapun. Angin sesekali tertiup menyapu poninya, pipi gadis itu mulai sedikit memerah karena kedinginan. Suara rintikan hujan yang bertubruk di atas payungnya adalah satu-satunya suara yang dapat didengar Nuka saat ini.
Sambil menatap kedua nisan orangtuanya, Nuka membayangkan hidupnya saat ini jika kedua orangtuanya masih ada, apa yang akan terjadi? masih samakah ia? Bagaimana jadinya Aizha? Apa dia akan belajar diluar negeri? Atau mungkin dia bisa mendapatkan pekerjaan yang layak setelah lulus kuliah. Nuka menghela napas lalu bangkit, menepuk ujung bajunya yang basah terkena hujan.
“dah pa, dah ma!” lalu gadis kecil itu berlalu, berjalan menjauh dari tempat pemakaman itu.
terimakasih, sukses sll di dunia maya dan dunia nyata nya ya 🤗😍
apakah pekerjaan ayah nya Aizha 🤔
setuju Den,, semoga tinggal manis nya, pahitnya sdh selesai
.tetap manis seperti ini
betul2 akhir yg maniis
turut berbahagia untukmu Aizha semoga yg tersisa tinggal bahagia sj ya Zha