NovelToon NovelToon
The End: Urban Legend Jepang

The End: Urban Legend Jepang

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Horror Thriller-Horror / Iblis / Kutukan / Hantu
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: SkyMoon

Urban legend bukan sekadar dongeng tidur atau kisah iseng untuk menakuti. Bagi Klub Voli SMA Higashizaka, urban legend adalah tantangan ritual yang harus dicoba, misteri yang harus dibuktikan.

Kazoi Hikori, pemuda kelahiran Jepang yang besar di Jerman. masuk SMA keluarganya memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, namun tak pernah menyangka bergabung dengan klub voli berarti memasuki dunia gelap tentang legenda-legenda Jepang. Mulai dari puisi terkutuk Tomino no jigoku, pemainan Hitori Kakurenbo, menanyakan masa depan di Tsuji ura, bertemu roh Gozu yang mengancam nyawa, hingga Elevator game, satu per satu ritual mereka jalani. Hingga batas nalar mulai tergerus oleh kenyataan yang mengerikan.

Namun, ketika batas antara dunia nyata dan dunia roh mulai kabur, pertanyaannya berubah:
Apakah semua ini hanya permainan? Atau memang ada harga yang harus dibayar?

maka lihat, lakukan dan tamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkyMoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kane onna

Sore hujan turun deras. Disertai petir yang terus menyambar. Hajime Rikoaki kohai yang mengikuti klub voli ini masih terdiam merenung di kantin sekolah. sial sekali hari ini dia lupa bawa payung. Rikoaki celingak-celinguk sesekali menegak minumannya. sekolah sudah sepi bahkan di kanti pun sudah tidak ada siapapun. Wajar saja waktu kini sudah menunjukan 18.43 yang lain pasti sudah pulang.

Rikoaki berdiri dia ingin menunggu di kursi depan sekolah saja yang siapa tahu di sana ada orang. Rikoaki berjalan melewati lorong-lorong yang sepi, hanya terdengar derap langkahnya. Jam segini biasanya masih ada penjaga sekolah tapi hari ini entah mereka kemana.

Sebenarnya tadi Naichi teman satu klub nya menawarkan diri untuk berbagai patung dengan Rikoaki. Namun, karena arah pulang mereka berlawanan dan nanti sama-sama kehujanan lebih baik dia berdiam di sekolah menunggu hujan reda.

Rikoaki sampai di depan pintu utama sekolah yang terbuat dari kaca, nihil tidak ada siapapun di sana. Dia duduk di salah satu kursi menatap jendela berharap hujan segera reda.

Waktu cepat berlalu kini jam sudah menunjukkan pukul 19.24 hujan sudah reda menyisakan gerimis dia segara bergegas pulang. Rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah dia bisa mempunya dengan berjalan kaki.

Rikoaki memasukan tangannya ke saku celana seragam sekolahnya, tangan kirinya memegang sekaleng soda yang beberapa kali dia tegak.

Saat dia berjalan menuju komplek rumahnya dia mencium bau dupa yang sangat menyengat. Rikoaki tak menghiraukan dia terus berjalan tanpa memperdulikan.

Menuju rumahnya dia harus melewati pohon bambu yang berjajar. Saat siang biasanya banyak yang berpoto di sana karena memang pemandangannya yang menakjubkan. Tapi, saat malam hari suasananya sangat sepi dan lumayan menyeramkan. Ada banyak jalan menuju rumahnya sepertinya Rikoaki lupa untuk berjalan memutar di malam hari.

Di ujung jalan Rikoaki melihat perempuan yang membelakanginya, perempuan itu memakai kimono dengan rambut panjang lurus yang menjuntai. Dia seperti sedang berteduh karena memang hujan masih turun rintik-rintik.

Rikoaki menelan ludahnya kasar hanya satu pertanyaan dia manusia atau bukan. Jika dia putar balik akan lama lagi sampai ke rumahnya. Mau tidak mau dia harus melewati perempuan itu.

"Sumimasen," Rikoaki mengatakan permisi sambil terus menunduk tak ingin melihat wanita itu.

"Aku menunggu seseorang, aku ditinggalkan di sini. sendirian," siarannya terdengar lirih seperti orang yang akan menangis.

'apa dia manusia' gumamnya dalam hati.

"Aku takut, tapi aku tidak tahu kemana aku harus pulang."

Rikoaki terdiam dia tidak tahu apa harus dia lakukan. Perlahan dia memutar kepalanya melihat wanita itu.

Kini pandangan mereka saling bertemu dia sepertinya seumuran Rikoaki, wajahnya pucat bibirnya kebiruan mungkin karena kedinginan karena lama menunggu seseorang. Tapi benarkah dia manusia. Tampilannya seperti manusia tidak ada yang salah darinya kakinya pun terlihat menyentuh tanah. Dan dia juga memakai sandal.

Rikoaki membalikkan tubuhnya menghampiri wanita itu.

"Memangnya siapa kau tunggu, kenapa dia bisa meninggalkanmu di sini?" Pada akhirnya Rikoaki menemani wanita itu berteduh di bawah deretan pohon bambu.

"Kekasihku, aku tidak tahu tiba-tiba saja aku berada di sini."

Rikoaki kebingungan harus bagaimana.

"Siapa kekasihmu? Dimana rumahnya aku akan menemanimu menemuinya. Atau dimana rumahmu biar ku akan kau ke rumahmu."

"Aku sudah tidak punya rumah. Orang tua ku tidak menginginkanku, aku tinggal bersama kekasihku di apartemen. Suatu hari aku saat ku pulang kerja aku melihat kekasihku tidur bersama wanita lain dikamar kami. Tidak sadar aku membawa pisau dan menusuk wanita itu beberapa kali. Aku tidak sengaja, aku terbawa emosi saat itu. Aku sangat menyesal. Lalu tiba-tiba saja aku berada di sini."

Tangisan wanita itu pecah. Tangisannya terdengar memilukan siapapun yang mendengar, seolah dia memikul beban penyesalan yang sangat dalam.

Jadi dia seorang pembunuh, Rikoaki harus bagaimana sekarang. Rikoaki aku hanya bisa mengelus punggung wanita itu untuk menenangkan.

"Kalau begitu kau bisa menginap di rumahku malam ini, daripada kau di sini malam-malam apalagi kau seorang wanita."

Rikoaki buntu tidak tahu harus memberikan solusi pada wanita itu. Semoga saja ini pilihan yang tepat.

Perempuan itu hanya mengangguk mereka berjalan beriringan menuju rumah Rikoaki.

Benar-benar perempuan malang padahal dia cantik sangat malahan tapi sial sekali mendapatkan laki-laki yang tidak setia.

Rikoaki membuka kunci rumahnya, dia tinggal sendirian di rumah yang sangat besar. Assisten rumah tangga hanya bekerja di jam enam sampai jam tujuh. Orangtuanya bekerja tak pernah kenal waktu, jarang pulang karena sibuk. Ibunya seorang model ayahnya pemilik perusahaan yang lumayan besar.

Dia anak tunggal, dalam hidupnya dia benar-benar kesepian. Rikoaki sebenarnya berharap pada para pekerja untuk tinggal di rumahnya, supaya dia tidak kesepian setidaknya ada orang lain selain dia di rumah yang besar sekali ini.

Teman? Dia kurang bersosialisasi, dia hanya punya segelintir teman salah satunya Naichi. Bahkan di klub voli pun di kurang berinteraksi dengan teman-temannya.

"Tunggu saja di sini," Rikoaki menyuruh perempuan itu untuk duduk di sofa ruang tamu. Ya ampun apa yang akan dikatakan tetangganya jika mereka melihat dia memasukan perempuan ke dalam rumahannya.

Rikoaki menuju dapur berniat membuatkan coklat panas, dan mengambil beberapa camilan di lemari.

Saat dia melihat cermin yang menjadi hiasan dinding. Rikoaki melihat bayangan perempuan itu yang berubah menjadi tengkorak. Benar-benar tengkorak tak ada rambut, gaun. Hanya tengkorak yang berlumuran tanah basah yang sangat kotor.

Perlahan Rikoaki menengok ke belakang. Wanita itu masih ada benar-benar wujud perempuan yang di lihatnya tadi. Jantung Rikoaki berdetak cepat. Dia melihat kembali ke cermin, bayangannya perempuan itu berubah kembali menjadi tengkorak.

Ada apa ini? Siapa dia sebenarnya. Perlahan Rikoaki berjalan menuju dapur, setelah merasa perempuan itu tidak mendengar langkahnya dia berlari keluar rumah. Rikoaki bersembunyi di gudang belakang rumahnya.

Tidak salah lagi! Perempuan itu pasti obake. Tangan Rikoaki bergetar dengan keringat yang membanjirinya. Dia merogoh kantung celananya mengambil handphone.

Mencari nama kontak ibunya di sana.

Dengan suara pelan yang bergetar. "Kaa-san bisa pulang sekarang aku ketakutan."

"Aki-kun ibu sedang bekerja tidak bisakah kau tidak menganggu," Rikoaki meneguk ludahnya kasar, dia kecewa karena seingatnya baru kali ini Riko menelpon ibunya malam-malam.

"Gomennasai kaa-san tapi aku benar-benar ketakutan sekarang, aku sedang berada di gudang belakang ada hantu di rumah kita," suara Rikoaki semakin mengecil.

"Jangan mengada-ada telpon ayahmu ibu sedang sibuk," telpon dimatikan secara sepihak oleh ibunya.

Rikoaki mencoba menelpon ayahnya.

"Papa tolong pulang, ada hantu di rumah."

"Jangan berbicara omong kosong! Aku sedang bekerja, jangan ganggu! Aku sibuk."

Telpon kembali dimatikan secara sepihak. Rikoaki hanya bisa terduduk meringkuk tak tahu harus meminta bantuan kepada siapa.

Ketika sedang ketakutan, sebuah tangan yang kasar seperti tulang belulang mengelus surainya. Keringat dingin keluar bercucuran.

"Terimakasih sudah menemaniku malam ini. Kau kesepian apa perlu aku temani malam ini," suara perempuan itu masih sama hanya sedikit lebih lirih.

'Tidak, tidak, tidak' jawab Rikoaki dalam hati. Dia tak sanggup buka mata tapi elusan dan sosok itu telah pergi dari sana.

To be continued

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!