Kisah seorang menantu yang pernikahannya hancur karena ibu mertuanya yang memaksa putranya untuk menikah lagi dengan alasan sang menantu mandul. Vanniya harus merasakan sakit hati melihat kemesraan sang suami bersama madunya hingga ia membalas rasa sakit ini kepada ibu mertuanya.
Suatu hari ibu mertua Vanni mendapati sang suami membawa wanita lain ke rumahnya dengan status sebagai istri kedua. Wanita itu terduduk lesu, Vanni yang melihatnya segera mendekatinya.
" Bagaimana ma? Manis bukan madu yang aku kirimkan untuk mama?"
Bagaimana usaha Vanni balas dendam kepada ibu mertuanya? Apakah setelah ini Vanniya akan kembali kepada sang suami atau ia memilih meninggalkan suaminya dan menjalani kehidupan barunya?
Ikuti dan dukung kisah mereka berdua.
Baca pelan" dan tidak perlu boomlike karena akan mengurangi performa karya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEMBILAN BULAN
" Awh sayang sakit!!" Teriak Tama saat Vanni membersihkan luka di lengannya akibat jatuh tadi. Ya, Tama jatuh ke bawah dengan posisi merosot hingga kedua lengannya mengalami lecet yang cukup parah. Beruntung sesuatu yang paling berharga bisa di selamatkan dan tidak lecet sedikit pun karena ia memakai celana jeans tebal dari merek ternama. Kalau tidak, bisa di pastikan sumber kehidupannya juga akan terluka dan dia tidak akan bisa menikmati indahnya malam pertama.
" Ya Tuhan malang sekali nasib suamiku hari ini." Ujar Vanni sambil menahan tawa saat teringat kejadian yang menimpa suaminya tadi. " Sudah jatuh dari pohon, di teriaki maling sama yang punya pohon, masih di suruh bayar denda dua juta untuk satu buah mangga ha ha ha." Akhirnya tawa Vanni meledak karena ia sanggup menahannya.
Tama menatap Vanni sambil tersenyum, belum pernah ia melihat Vanni sesenang ini.
" Ini namanya pengorbanan yank. Sekarang aku bebas mau mengambil mangga itu kapan pun dan berapapun yang kamu mau." Ujar Tama.
" Kok bisa?" Tanya Vanni terkejut.
" Iya, pohon mangga itu sudah aku beli." Sahut Tama.
" Kamu beli dengan harga berapa mas?" Tanya Vanni lagi.
" Dua puluh lima juta."
" Apa?????" Pekik Vanni tak percaya sang suami rela mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk pohon mangga yang buahnya saja di jual tidak akan laku satu juta.
" Kenapa sayang? Uang segitu tidak seberapa bagiku asalkan kamu bisa senang dan puas makan buah mangga itu. Demi anak kita, aku akan melakukan apapun." Ujar Tama menatap Vanni.
" Masalahnya aku udah nggak kepengin mangga itu lagi mas."
" Apa???" Kali ini Tama yang terkejut, tiba tiba tubuhnya terasa lemas. Uang dua puluh lima juta akan hilang sia sia.
" Salah kamu sendiri mas nggak bilang bilang dulu sama aku." Ucap Vanni.
" Ya sudah lah, anggap saja kalah pasang lotre." Sahut Tama.
" Ya udah, yang penting luka kamu harus di obati dulu mas takut infeksi."
Vanni kembali mengobati luka Tama menggunakan iodin lodien.
" Shhh perih sayang." Tatapan Tama tak menjauh dari wajah Vanni. Wajah yang begitu dekat di wajahnya, ia menatap bibir manis Vanni yang begitu menggoda setiap kali ia melihatnya.
" Kamu cantik sayang." Ucap Tama membuat Vanni mendongak menatap wajahnya membuat bibir mereka semakin dekat, tiba tiba..
Cup...
Tama mengecup bibir Vanni, mereka berdua diam sesaat. Sadar tidak ada penolakan dari Vanni, Tama pun menyusupkan tangannya ke tengkuk belakang Vanni. Ia memperdalam ciumannya hingga Vanni pun membalasnya. Suara decapan memenuhi ruangan kamar mereka. Situasi pun mulai memanas dimana udara kamar terasa semakin menyesakkan dada kedua insan yang sedang di mabuk asmara. Tangan Tama pun tak mau diam, ia membawa tangannya ke tempat yang sekarang menjadi tempat favoritnya.
" Shhhh." Desis Vanni saat tangan nakal Tama meremas sesuatu di atas sana yang terlihat kembar. Apa lagi kalau bukan sumber asupan gizi calon anaknya nanti.
" Suaramu membuat aku semakin bersemangat sayang, aku jadi menginginkan lebih." Bisik Tama menatap Vanni dengan mata memerah berliput gairah.
" Tangan kamu masih sakit mas. Lagian kata dokter kita belum boleh melakukannya karena usia kandungan ku yang masih sangat muda. Jadi kamu harus bersabar menunggu sampai usia kandunganku masuk ke Tri semester kedua.
Mendengar ucapan Vanni membuat tubuh Tama menjadi lemas tak berdaya. Ibarat kata di tinggal pas lagi tegang tegangnya. Wajahnya berubah menjadi murung, Vanni yang menyadari hal itu merasa bersalah pada sang suami.
" Aku bisa membantumu menuntaskannya dengan cara lain mas." Tama terkejut dengan ucapan Vanni.
" Bagaimana caranya sayang hmm? Lakukan lah sekarang, aku sudah tidak tahan." Ujar Tama.
" Baiklah aku akan bekerja untukmu kali ini."
Vanni mendorong tubuh Tama ke ranjang, lalu ia memulai permainannya hingga membuat Tama terbawa melayang ke awang awang.
Di tempat lain, tepatnya di sebuah rumah berlantai dia di negara S. Andreas nampak duduk termenung menatap taman bunga halaman rumahnya. Setelah tersadar dari koma akibat ia mengiris pergelangan tangannya, ia mendadak menjadi seperti orang linglung yang tidak ingat apa apa. Bahkan ia tidak tahu siapa dirinya dan siapa namanya dirinya sendiri. Hal ini sengaja di lakukan oleh nyonya Ratna. Ia sengaja meminta psikiater yang menangani Andreas untuk menghapus memori ingatan Andreas sebelumnya. Ia ingin Andreas menjalani kehidupan baru tanpa beban dan tanpa ingatan tentang Vanni. Setidaknya hal ini mampu mengurangi rasa bersalah di dalam hatinya.
" Andreas sayang, apa kamu tidak mau jalan jalan? Kalau kamu mau, ayo mama akan menemanimu." Ujar nyonya Ratna.
" Ma, entah mengapa di dalam hatiku seperti sedang merindukan seseorang. Tapi entah siapa aku tidak tahu. Bahkan selama ini aku sering memimpikan seorang wanita yang begitu cantik, senyumannya membuat hatiku begitu teduh. Apa mama mengenal wanita itu atau mungkin aku sendiri mengenalnya?" Tanya Andreas menatap ibunya.
Nyonya Ratna menghembuskan kasar nafasnya ia sangat tahu siapa wanita dalam pikiran Andreas, tentu saja Vanni.
" Mama tidak tahu sayang, mungkin dia wanita yang akan menjadi jodohmu nanti." Sahut nyonya Ratna mengelus rambut Andreas dengan lembut.
" Aku yakin pasti dia wanita yang berhati baik seperti seorang malaikat tak bersayap. Mulai sekarang aku akan berdoa semoga suatu hari nanti aku akan di pertemukan dengannya." Ujar Andreas.
" Iya sayang." Sahut nyonya Ratna.
" Semoga kalian tidak bertemu lagi, mama terlalu takut menghadapi kenyataan Andreas. Mama takut kamu akan terpuruk lagi dan kamu akan membenci mama lagi. Mama sudah kehilangan papa kamu, jadi mama tidak mau kehilangan kamu juga. Andai waktu bisa mama putar kembali, mama tidak akan memaksamu menikahi Luna. Tapi biarlah semuanya sudah terjadi. Aku hanya ingin hidup damai bersamamu nak. Masalah papamu biarlah dia bersenang senang dengan wanitanya dulu. Setelah kamu kembali normal mama pasti akan mengembalikan keadaan seperti semula."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Waktu berlalu dengan begitu cepatnya. Tak terasa delapan bulan sudah Vanni menjalani biduk rumah tangga dengan Tama. Selama ini tidak ada masalah yang menerpa rumah tangga mereka karena Tama selalu mengalah jika ada perbedaan pendapat. Ia benar benar memperlakukan Vanni layaknya seorang putri. Apapun yang Vanni mau, akan selalu ia berikan dengan senang hati tanpa perdebatan terlebih dahulu. Vanni benar benar merasa bahagia dengan takdir yang telah Tuhan tuliskan untuknya.
Kini usia kandungan Vanni menginjak sembilan bulan. Hari perkiraan lahir tinggal menghitung mundur. Tidak ada perubahan berarti pada fisik Vanni, ia tetap sexy bak gitar Spanyol hanya saja perutnya yang terlihat membesar.
Jam tujuh pagi Tama membangunkan Vanni yang masih asyik mengarungi alam mimpi. Entah mengapa semakin besar usia kandungan Vanni, ia semakin malas untuk melakukan aktivitas apapun. Apalagi di pagi hari, bawaannya ia hanya ingin tiduran dan rebahan saja di dalam kamar. Tama duduk serong menghadap Vanni. Ia menatap wajah cantik yang masih terlelap.
Cup...
Tama mencium pipi Vanni dengan lembut. Tujuannya memang agar Vanni terganggu dan terbangun dari tidurnya. Namun sepertinya Vanni tidak terganggu sama sekali.
" Sayang bangunlah! Sudah siang, aku bawakan susu strawberry kesukaanmu." Bisik Tama di telinga Vanni.
" Masih ngantuk mas, sebentar lagi." Gumam Vanni tanpa membuka mata.
" Kata mbak Nadya, nggak baik buat ibu hamil jam segini baru bangun sayang. Seharusnya kamu itu sudah jalan jalan dan makan sarapan. Ayo bangun terus mandi, mas akan menemanimu jalan jalan setelah itu." Ujar Tama merapikan anak rambut yang menutupi wajah Vanni.
" Enggak mau." Vanni menggelengkan kepala.
" Mas gendong." Tawar Tama.
Vanni mengerjapkan matanya, ia mengulurkan kedua tangannya ke depan Tama.
" Manjanya istri mas ini." Tama pun membantu Vanni bangun dengan menarik pelan tangannya hingga Vanni duduk. Vanni mengucek kedua matanya yang masih terasa lengket.
" Ayo mandi!" Ajak Tama.
" Katanya mau gendong." Ucap Vanni menatap Tama. Pria yang sudah berhasil mengisi hatinya selama ini. Siapa yang tidak akan luluh dengan seorang Tama? Perhatian dan kasih sayangnya tidak kaleng kaleng.
" Baiklah ayo!"
Tama menggendong Vanni ala bridal style menuju kamar mandi. Sampai di sana Tama mendudukkan Vanni du atas closet. Dengan telaten ia membuka seluruh pakaian Vanni lalu menggendong Vanni lagi dan menurunkannya ke bathup yang sudah ia isi air hangat.
" Apa airnya kepanasan sayang?" Tanya Tama sambil mengguyur kepala Vanni.
" Enggak mas, pas kok." Sahut Vanni.
Tama membasahi rambut Vanni lalu memberinya shampoo. Ia memijat kepala Vanni dengan pelan membuat Vanni merasa relaks. Ia merasa sedang berada di sebuah salon untuk melakukan perawatan.
" Hari ini mau kemana biar mas antar?" Tanya Tama menatap Vanni melalui pantulan kaca.
" Aku mau di rumah aja mas, habis makan terus mau bobok lagi."
Tama menghela nafasnya panjang, niat hati ingin membuat Vanni tidak tidur lagi malah gagal.
" Gimana kalau kita jalan jalan ke taman atau ke pantai? Sejak kamu hamil kamu jarang jalan jalan sayang. Atau mau shopping gitu biar nggak suntuk di rumah terus." Ujar Tama.
" Malas ah. Besok aja kalau anak kita udah lahir jadi kita bisa jalan jalan bertiga." Sahut Vanni.
" Baiklah terserah kamu saja." Sahut Tama melanjutkan kegiatannya mengeramasi rambut sang istri.
Tiba tiba Vanni merasakan mulas di bagian perutnya.
" Awh mas perutku sakit." Pekik Vanni sambil memegangi perutnya.
" Sayang kenapa perutmu bisa sakit? Apa kamu salah makan? Ah pasti karena kamu telat makan ini, habis ini kita langsung makan ya." Ujar Tama slow connect.
" Mas sepertinya aku mau melahirkan."
" Apa??? Melahirkan?" Pekik Tama. Tiba tiba ia terserang panik seketika. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ilmu yang selama ini ia dapatkan dari kelas ayah siaga buyar sudah.
" I.. Iya mas rasanya sakit sekali." Ujar Vanni.
" Baiklah tunggu sebentar mas akan minta bantuan." Karena terlalu panik Tama malah keluar meninggalkan Vanni sendiri. Ia turun ke bawah mencari seseorang yang bisa menolongnya saat ini karena kebetulan ia meliburkan semua pekerjanya hari ini karena hari libur nasional. Ia benar benar merutuki kebodohannya, kenapa ia tidak berpikir jika Vanni akan melahirkan sewaktu waktu tanpa bisa ia pastikan.
Vanni yang di tinggalkan Tama merasa kesakitan pada perutnya. Bahkan rasanya semakin sakit dan teratur. Keringat dingin mengucur membasahi seluruh tubuhnya.
" Ya Tuhan, tolong kurangi rasa sakit ini. Mas Tama malah kemana ini? Awh rasanya sudah tidak tertahankan. Lebih baik aku pakai baju dulu."
Dengan hati hati Vanni turun dari bathup, ia memakai bathrobe yang sudah Tama sediakan. Ia hendak keluar namun sepertinya lantai kamar mandinya licin hingga kakinya tergelincir dan....
Gantung dulu ya..
TBC...