Marya terpaksa harus menjadi istri di atas ranjang bos dari perusahaan tempatnya bekerja. Demi bisa mendapatkan pinjaman untuk membayar hutang Ayahnya di perjudian, yang telah menggadaikan rumah mereka.
Kanzo memperlakukannya dengan baik, sehingga Marya jatuh cinta. Namun Marya harus membuang jauh jauh perasaan itu, mengingat Kanzo memiliki istri lain yang dia cintai.
Apakah Kanzo juga jatuh cinta pada Marya. Mengingat Kanzo memiliki istri lain yang lebih pantas dari Marya. Dan apa alasan Kanzo menikahi Marya?.
"Ingat Marya! kamu tidak boleh jatuh cinta. Kamu hanya istrinya di atas ranjang. Dia tidak mencintaimu" Marya.
Bagaimana kisahnya, yuk ikuti ceritanya. Di jamin baper tingkat tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan kaku
Kanzo terdiam, menelan air ludahnya bersusah payah. Melihat raut wajah Marya yang terlihat begitu sedih dan hancur.
"Impianku menikah... berumah tangga memiliki anak dan suami yang mencintaiku, sudah hancur. Aku tidak memiliki masa depan itu lagi" kirih Marya menundukkan pandangannya.
Kanzo menurunkan Marya dari pangkuannya dan turun dari atas kasur melangkah ke arah teras resort. Kanzo menghela napasnya memandang lurus ke arah lautan luas di depannya. Dia sudah melakukan ke salahan, menghancurkan masa depan dan impian gadis yang tak bersalah itu. Dan mungkin juga sudah menghancurkan perasaannya.
Marya yang berada di atas tempat tidur, menagis terisak terdengar pilu ke telinga Kanzo. Kenapa dia tidak memikirkan itu saat memaksa Marya menjadi istrinya, menjadikannya pemuas nafs*nya. Lebih tepatnya menjadikan Marya objek untuk sebuah misi.
Marya turun dari atas kasur, melangkahkan kakinya masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai, Marya langsung ke luar, memungut pakaiannya dari lantai untuk memakainya kembali.
"Jangan memakai itu lagi."Kanzo mendekati Marya, mengambil pakaian dari tangan wanita itu.
"Aku memakai apa?" lirihnya menunduk. Meski dadanya terasa sesak, Marya harus tetap berdamai menerima kenyataan menjadi wanita simpanan Kanzo.
"Pakai ini" Kanzo meraih paper bag dari atas meja nakas memberikannya pada Marya.
Marya menerimanya dan langsung mengeluarkan isi paper bag itu. Ternyata di dalamnya juga ada sepasang pakaian dalam untuknya. Marya langsung memakainya, setelah selesai langsung keluar dari dalam resort tanpa berpamitan pada Kanzo.
Kanzo yang melihatnya, diam dan menghela napasnya dalam, membiarkan Marya pergi begitu saja.
Marya yang sudah bergabung dengan karyawan lain di lapangan. Kembali mengikuti lomba. Namun Marya tidak pernah menang lagi.
" Marya!" teriak Widuri memberi semangat sahabatnya yang sedang bertanding balap karung di lapangan. Marya sangat jauh berada di belakang.
Lomba berikutnya, Marya juga kalah, tidak seperti mengikuti lomba sebelum menemui Kanzo, Marya selalu menang.
"Kamu kenapa?" tanya Widuri setelah Marya keluar dari area perlombaan.
"Lapar, belum makan" jawab Marya.
Dia belum makan siang, dan juga tenaganya sudah habis terkuras di atas ranjang. Wajar saja, jika tenaganya tidak cukup untuk memenangkan pertandingan.
"Emang tadi suamimu gak memberimu makan?" bisik Widuri. Berpikir kalau sahabatnya itu sudah makan siang bersama Kanzo.
"Aku malas" jawab Marya melap keringat di wajah dan lehernya dengan tissu.
"Kenapa?" Widuri semakin penasaran.
"Aku malas berlama lama bersamanya. Selesai tugasku aku langsung pergi" jawab Marya melangkahkan kakinya ke arah hotel, di ikuti Widuri.
Hari sudah sore, sebelum acara selanjutnya, mereka butuh istirahat dan membersihkan diri dulu.
Malam hari
Marya dan Widuri yang sudah rapi dan cantik dengan gaun malam mereka, sama sama keluar dari dalam kamar. Malam ini adalah acara puncak acara yang akan di adakan di restoran hotel itu, yang berada di dekat pantai.
Malam ini Marya tampil sangat berbeda. Dia terlihat sangat cantik dengan gaun panjang berwarna hitam pas body, berlengan tali spageti, bagian dada berbentuk V, bawah gaun belah hingga ke paha, sehingga menampakkan sebelah kaki jenjangnya yang terlihat mulus. Di lengkapi dengan high heel berwarna merah menempel di kakinya. Marya juga tidak lupa merias wajahnya dengan make up tipis, dan memberi warna merah di bibirnya, rambut panjangnya di sisir rapi dan biarkan tergerai. Membuat aura kecantikannya bertambah berkali kali lipat.
Sampai di restoran, di sana sudah banyak orang. Sepertinya acaranya sudah akan di mulai.
"Hai Marya, kamu cantik banget" sapa Simon yang sudah sampai di restoran terlebih dahulu.
"Hai juga, kamu juga terlihat sangat tampan" balas Marya tersenyum.
"Kalau begitu" Simon mengulurkan tangannya ke arah Marya." Jadilah pasanganku untuk berdansa malam ini" ucapnya tersenyum.
"Hm...baiklah!"balas Marya.
"Yes! aku yakin kita pasti menang" Simon mengepalkan tangannya, semangat." Kalau begitu, mari" Simon mempersilahkan kedua wanita itu untuk duduk.
Tak lama kemudian, seorang panitia acara pun menyerukan suaranya lewat mikrophon dari atas pentas. Meminta kepada karyawan yang ingin mengikuti lomba karaoke dan dansa untuk mendaftarkan diri.
"Marya, kamu gak ikut lomba menyayi?" tanya Widuri melihat Marya diam saja.
Marya menggelengkan kepalanya, ia tak bersemangat untuk bernyayi. Lagian dia dan Simon sudah mendaftar menjadi peserta dansa.
"Kenapa?" tanya Widuri, padahal sahabatnya itu bisa di katakan bisa bernyayi.
"Lagi malas" jawab Marya.
📣Okeh! untuk peserta lomba dansa, silahkan mengambil tempat di bawah panggung. Berbaris dengan pasangan masing masing!."
"Sana, lombanya sudah akan di mulai" suruh Widuri pada Marya.
Simon yang tidak jauh duduk dari meja mereka pun, berjalan mendekati Marya. Memberikan setangkai bunga mawar pada Marya.
Marya pun menerima bunga mawar itu.
"Mari Nona" ajak Simon menegulurkan tangannya ke arah Marya, supaya wanita cantik itu menyematkan tangannya di atas telapak tangannya.
Marya mengangguk sembari tersenyum, perlahan mengangkat satu tangannya meletakkannya di atas telapak tangan pria yang berdiri di sampingnya.
Simon semakin melebarkan senyumnya, kemudian membantu wanita itu berdiri, mengiringnya berjalan ke depan panggung, bergabung dengan pasangan lain yang siap bertanding.
📣Okeh! sudah siap?
Seru panitia acara itu melalui mikrophon di tangannya, setelah melihat pasangan lomba sudah bersiap di bawah panggung.
Kanzo yang duduk di meja paling depan restoran itu, berbisik pada Cici yang duduk di sampingnya. Terlihat Cici mengangguk, lalu berdiri dari tempat duduknya berjalan naik ke atas panggung, mengatakan sesuatu pada panitia acara itu, dan langsung pergi.
📣Sebentar!
Panitia acara yang memegang mikropon itu mengarahkan tangannya ke arah pemain musik di atas panggung yang sudah mulai memainkan musiknya.
📣Ehem! Pak Kanzo katanya ingin ikut lomba dansa. Tapi Pak Kanzo....
Panitia acara itu menghentikan bicaranya, melihat Kanzo berdiri dari tempat duduknya melangkah ke arah Marya dan Simon yang kebetulan berdiri tidak jauh dari mejanya.
"Boleh saya meminjamnya?" tanya Kanzo pada Simon yang berdiri berhadapan dengan Marya.
"A- Iya Pak" terpaksa Simon menyingkir, tidak berani menolak permintaan bos besar itu.
"Trimakasih" balas Kanzo.
Marya membeku dan terlihat gugup tak berani melihat wajah Kanzo.
📣Maaf ya Simon!
Seru panitia acara itu dari atas panggung, melihat Simon melangkah gontai ke arah meja penonton, karna Kanzo memilih Marya sebagai pasangannya.
📣Kamu boleh memilih wanita lain menjadi pasanganmu!."
Ujar panitia itu, sedikit tak tega melihat wajah Simon yang malu karna tersingkir sebelum perlombaan di mulai.
Simon mengabaikannya, dan memilih keluar dari restoran. Tidak sedikit yang menatapnya sampai menghilang dari dalam restoran. Dan tidak sedikit juga yang lebih pokus memperhatikan Kanzo dan Marya yang berdiri berhadapan. Mereka berbisik bisik mengatakan Marya beruntung sekali bisa berdansa dengan bos besar mereka, ada juga yang memandang iri dan tidak suka.
Musik pun mulai terdengar, peserta pria yang berdiri di depan pasangannya mulai meraih pinggang wanitanya masing masing, termasuk Kanzo.
"Jangan Kaku, kalau kamu ingin menang" ucap Kanzo, saat meraih pinggang ramping Marya, menariknya sampai tubuh mereka menempel sempurna. Kemudian meraih ke dua tangan Marya bergatian, melingkarkannya ke lehernya.
"Pak Kanzo, nanti orang orang bisa curiga" Marya melirik para penonton yang duduk di kursi masing masing.
Posisi mereka sangat intim, tidak seperti peserta yang lain.
part widuri dan haris..
saya gk mao tau author hsr tanggung jawab