Dear My Ex Husband..
Terimakasih untuk cinta dan luka yang kau beri..
Mario menemukan sepucuk surat dari mantan istrinya sebelum pergi, dua baris kata yang entah mengapa seperti mengandung misteri untuknya..
Mereka berpisah baik- baik bahkan sampai mantan istrinya akan pergi mantan istrinya masih mengungkapkan bahwa dia mencintai Mario..
...
Kebodohan yang Namira lakukan adalah menikmati malam bersama mantan suaminya, hingga Namira menyadari apa yang dia lakukan menyakiti dirinya sendiri.
Apalagi saat mendengar kata- kata dari mantan suaminya..
"Aku harap dia tumbuh, untuk menjadi bukti cinta.." katanya sambil mengelus perut Namira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dahulukan Anak Kamu
"Nami, apakah Juni adalah anakku?"
Nami merasakan tubuhnya menegang, apa Mario sudah tahu?, Namira menelan ludahnya kasar sebelum berbalik dan menghadap Mario dengan wajah tanpa ekspresinya.
"Apa maksud Bapak?"
"Aku ingin tahu kebenarannya, Nami. Apakah Juni benar anakku?"
"Bukankah sudah aku bilang Juni anakku dengan suamiku.." Namira berusaha mengelak, Ibunya berkata benar harusnya dia memberitahu Mario jika Juni adalah anaknya, tapi ketakutan Namira terlalu mendominasi, takut dengan sesuatu yang akan terjadi nanti, jika Mario tahu Juni adalah putranya.
Belum lagi dengan kemungkinan- kemungkinan yang akan dia hadapi, Namira terlalu takut.
Mario mengangguk "Jadi kamu bersi keras menyangkalnya?" Namira merasakan jantungnya berdebar kencang saat Mario bergerak dan berjalan ke arahnya "Kamu tahu aku bisa melakukan sesuatu agar kamu tak bisa mengelak, hanya saja aku ingin mendengar langsung dari mulutmu."
"Apa maksud kamu?" Namira mengepalkan tangannya, kegugupan melanda hatinya, namun Namira masih bersi keras menyangkalnya.
"Aku melakukan tes DNA, pada Juni.."
"Lancang kamu!" Namira mengeraskan rahangnya dengan mata yang menatap tajam Mario yang kini tersenyum menyeringai.
"Kamu takut?"
"Kamu takut rahasia kamu terbongkar..?"
"Kenapa kamu merahasiakannya dariku Nami, jika saja aku tahu kamu mengandung saat itu.."
"Apa?" Namira menatap nyalang kearah Mario yang menghentikan langkahnya "Apa yang akan kamu lakukan?"
Mario tertegun, saat melihat mata Namira mengembun "Apa yang bisa aku harapkan dari lelaki seperti kamu.."
"Apa yang aku harapkan saat itu langsung menghilang, saat kamu mengatakan harapan kamu yang akan menjadikannya kenangan jika dia tumbuh, tahukah kamu bahwa dia sudah tumbuh saat itu, tapi saat itu juga aku menyadari jika pun kamu tahu dia ada, kamu tidak akan bisa memperjuangkannya.. dan saat itu juga aku menyadari jika kamu tidak benar- benar mencintaiku, karena alasan sebenarnya aku tidak di terima bukan karena aku tidak kunjung memiliki bayi, melainkan aku tidak akan bisa di terima sampai kapanpun.. bahkan meski Juni sudah ada.. belum lagi saat itu kamu bilang akan menikah, lalu apa yang harus aku lakukan?" Suara Namira semakin mengecil saat hatinya terasa sesak, Namira teringat percakapan antara Ibu Mario, dan Mario saat itu yang tidak sengaja dia dengar, bahwa Namira tidak diterima hanya karena berasal dari keluarga sederhana, jadi keturunan hanya sebuah alasan untuk menekan Namira saja, dan itulah yang membuat Namira hanya diam saat Mario mengucapkan kata cerai, dan memilih diam hingga proses perceraian selesai, meski Namira tahu Mario tidak menginginkannya, tapi Namira tak bisa lagi berusaha untuk bertahan, setelah bertubi- tubi dia tersakiti, Namira memilih menyerah di hari itu, karena kenyataannya Mario sendiri juga sudah menyerah
"Aku tidak bermaksud begitu.." Mario merasakan dadanya bergemuruh, Ya tuhan ini semua salahnya, berapa banyak kesakitan yang Namira terima dan semua karena dirinya.
"Maaf.." Hanya kata itu yang mampu Mario ucapkan, ludahnya yang sejak awal terasa pahit, menjadi semakin pahit lagi, saat mendengar kata- kata Namira.
"Sekarang apa yang akan kamu lakukan jika benar Juni anak kamu?" Namira mengepalkan tangannya, menunggu jawaban Mario.
"Aku tidak akan membuatnya kecewa, aku akan menjadi ayah yang baik.."
"Kau yakin?" Namira terkekeh "Bisakah kamu mendahulukan Juni dari pada Rivano?."
Mario mendongak "Apa hubungannya dengan Rivano?, ini adalah masalah kita."
Namira mengangguk "Benar, tapi bukankah kamu bilang Rivano bukan anakmu?, aku hanya meminta dahulukan anak kamu dibanding anak orang lain.."
"Aku akan berusaha."
.
.
Part selanjutnya, flashback ya, yang mau tahu kenapa Namira dan Mario bercerai cus 👇..
Like..
Komen..
Vote..