Ikuti setiap bab nya dan jangan lupa tinggalkan dukungannya ♥️
****
Anindira dan Anindita adalah saudari kembar yang terpisah sejak lahir. Keduanya memiliki nasib yang berbeda, Anindira sudah menikah tetapi dirinya selalu di sakiti oleh sang suami dan tidak mendapatkan kebahagiaannya. Sementara Anindita, dirinya hanya bisa menghamburkan uang dan angkuh.
Suatu hari, tanpa sengaja Anindita menggantikan peran Anindira. Dirinya masuk ke dalam kehidupan suami Anindira, dan tidak menyangka betapa hebat saudari kembarnya itu bisa hidup di tengah-tengah manusia Toxic.
Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya?
SO STAY STUNE!
NO BOOM LIKE, BACA TERATUR DAN SEMOGA SUKA 😍🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 19 TWINS A
Keesokan paginya.
Daffa membuka pintu gudang, dia melihat Anindira yang tergeletak tak sadarkan diri. Tanpa merasa bersalah dan kasihan, Daffa menyiramkan air ke tubuh Dira hingga membuat wanita itu terkejut.
Anindira terbangun dengan napas terengah-engah, dia meraup wajahnya yang basah lalu mendongak, menatap Daffa.
"Kenapa kau kasar sekali, Daffa?" tanya Dira sembari meneteskan air mata.
"Bangun! Cepat sarapan dan bersiap, karena kau akan kembali bekerja di restoran." ujar Daffa tanpa membicarakannya terlebih dahulu pada Dira.
Wanita itu hanya menurut, dia bangkit dan mengikuti langkah Daffa. Dirinya melihat makanan yang sudah disiapkan di atas meja. Dira yang memang sudah kelaparan langsung mendekati meja itu.
"Cepat habiskan!" perintah Daffa dan di angguki oleh Anindira.
Beberapa menit kemudian.
Anindira sudah bersiap untuk pergi ke restoran, badannya terlihat sedikit lebih segar.
"Anin, aku ingin mengingatkan sesuatu padamu." Daffa menatap wajah polos Anindira. "Pertama, kau harus merahasiakan pernikahan kita, jangan sampai ada yang tahu. Kalau tidak, aku akan berikan hukuman yang lebih sadis lagi padamu. Kedua, sebaiknya kau pergi menggunakan taksi atau ojek, karena aku tidak mau ada curiga kalau kita pergi bersama. Kau paham?"
Anindira mengangguk.
"Bagus! Ingat hal itu baik-baik." ucap Daffa lalu masuk ke dalam mobilnya, pria itu melajukan kendaraan tersebut.
"Hei gadis miskin! Kenapa hanya diam saja? Sana pergi!" usir Zuma membuat Anindira melangkah pergi.
"Sampai kapan aku seperti ini? Diperlakukan tidak baik dan hanya bisa menurut. Aku tidak menyangka, kehidupan pernikahanku sangat menyedihkan." gumam Anindira terus berjalan menuju pangkalan ojek.
Ilham yang kala itu juga ingin pergi bekerja melihat Anindira dari kejauhan. Dia menghentikan laju motornya tepat di dekat Anindira.
"Dira!" teriak Ilham memanggil, Anindira pun menoleh. Dia tersenyum tipis setelah mengetahui siapa yang dia temui pagi ini.
"Ilham?" Anindira berjalan mendekati Ilham yang sudah turun dari motornya.
"Kau mau kemana?" tanya Ilham menatap Dira.
"Aku ingin pergi bekerja."
Pria itu mengingat sesuatu dan langsung mengajak Anindira duduk di bangku yang ada di dekat mereka.
"Kemari! Ada yang ingin aku bicarakan padamu." ajak Ilham menarik tangan Anindira dengan lembut.
"Katakan padaku, kemana saja kau belakangan ini? Maksudku, sudah hampir satu Minggu kau tidak masuk kerja. Apa ada masalah, Dira?"
Anindira menyembunyikan kegugupannya, baru kali ini dia berbohong dan itu rasanya sangat berat. "Aku sibuk membantu Mamaku, dia harus merawat papa yang sedang sakit dan membuat cake. Jadi, aku memutuskan untuk mengambil cuti selama seminggu." titahnya.
Ilham hanya mengangguk. "Tunggu dulu! Kemarin aku melihatmu, mengendarai mobil. Hm?"
"Aku? Kemarin, satu harian aku berada dirumah, tidak keluar walaupun hanya sedetik."
Ilham berpikir keras, dia menatap mata Anindira yang memang mengatakan kejujuran. "Jika bukan kau, lalu siapa wanita itu?"
"Wanita? Aku tidak paham apa yang kau katakan." Anindira pun mulai bingung.
"Kemarin siang, waktu aku dalam perjalanan menuju restoran, ada sebuah mobil sport yang menabrak motorku dari belakang. Dan kau tau, Dira. Pengemudi mobil itu keluar, lalu aku terkejut, karena wajahnya sangat mirip denganmu." jelas Ilham membuat Anindira terkekeh.
"Ada-ada saja kau ini. Mungkin kau mengigau, Ilham." ejek Dira.
"Ini serius, Anindira Nugroho." ucap Ilham tidak menggubris gurauan Anindira. "Aku ingat! Wanita itu marah ketika aku memanggilnya dengan sebutan Anindira, dia mengatakan kalau namanya..." Ilham berpikir keras. "Ayuna! Ya, namanya Ayuna." lanjutnya berhasil mengingat.
Senyum yang sedari tadi terpatri kini berubah menjadi surut, sungguh aneh dan entah kenapa ketika mendengar cerita dari Ilham, jantung Anindira tiba-tiba berdegup dengan kencang.
"Kau pernah dengarkan, kalau di belahan dunia ini ada tujuh wajah yang sangat mirip dengan kita? Mungkin ini salah satunya." ucap Anindira tidak ingin memperpanjang.
"Tapi Dira—"
"Sudahlah! Ayo kita berangkat sekarang, hari sudah semakin siang. Jika kita sampai terlambat di restoran, pasti Pak Daffa akan marah." Anindira beranjak dari tempat duduknya, dia menarik tangan Ilham menuju ke motor.
'Apa hal ini yang membuat Daffa marah besar padaku? Tapi siapa wanita itu? Kenapa wajahnya sangat mirip denganku? Setelah pulang kerja, aku akan tanyakan pada Mama. Perasaanku tiba-tiba tidak enak.' batin Anindira.
BERSAMBUNG
mudah2 an mereka saling menerima 1 sama lainnya