Novel Xianxia ini menceritakan tentang kisah perjalanan seorang anak dari pedesaan yang bernama Qiao Feng.
Anak itu mempunyai cita-cita ingin menjadi pendekar terkuat dan nomor satu di Kekaisaran Yuan.
Sayang sekali, untuk menggapai cita-cita itu tidaklah mudah. Qiao Feng harus rela menjalani kehidupan yang berliku dan penuh dengan cobaan berat.
Mulai dari penyerangan terhadap sektenya, misteri dalam dunia persilatan, gangguan dari para pendekar aliran sesat, maupun kekacauan di negerinya sendiri.
Bagaimana kisah lengkapnya? Apakah Qiao Feng berhasil menghadapi semua cobaan itu? Apakah impiannya akan terwujud?
Mari ikuti kisah perjalanannya dalam novel yang berjudul Pendekar Sembilan Pedang!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nnot Senssei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kuda Naga
Pemilik kandang kuda langsung membelalakkan kedua bola matanya. Ia benar-benar kaget. Sungguh, dirinya masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.
Untuk beberapa saat, dia masih berdiri sambil menatap ke arah Qiao Feng.
Kekagetannya bukan timbul karena melihat ratusan keping emas itu. Apalagi, sebagai orang kaya, tentu saja dirinya sudah tidak asing dengan hal tersebut.
Yang membuatnya terkejut melainkan karena dia tidak menyangka bahwa anak muda tersebut rupanya benar-benar mempunyai banyak harta.
"Bagaimana? Jadi atau tidak?" tanya Qiao Feng setelah si pemilik kandang kuda itu terdiam cukup lama.
Mendengar pertanyaan itu, tiba-tiba saja dia tersadar dari lamunannya. Pria bertubuh gemuk tersebut menggelengkan kepalanya beberapa kali. Kemudian dia menjawab.
"Jadi, Tuan Muda. Tentu saja jadi,"
"Baiklah. Kalau begitu tolong keluarkan kuda tersebut," pintanya.
"Baik, baiklah,"
Si penjual kuda lalu memanggil pegawainya. Sesaat kemudian muncul satu orang pria tiga puluh tahun yang berjalan tergopoh-gopoh.
"Tuan Besar ada perintah apa?" tanyanya penuh hormat.
"Tolong keluarkan Kuda Setengah Siluman itu," katanya memberi perintah.
"Siapa yang akan membeli kuda tersebut, Tuan Besar?"
"Siapa lagi? Tentu saja Tuan Muda ini,"
Pegawai tersebut memandang Qiao Feng seperti tidak percaya. Ia pun melamun cukup lama.
"Mengapa kau diam saja?" bentak sang majikan dengan kasar.
"Ah, maaf Tuan Besar. Maaf," buru-buru dia masuk ke kandang kuda. Ia benar-benar takut apabila majikannya sudah marah seperti itu.
Sekitar lima belas menit kemudian, Kuda Setengah Siluman akhirnya berhasil dikeluarkan juga. Rupanya apa yang diucapkan oleh si penjual memang benar. Kuda Setengah Siluman tersebut benar-benar sudah jinak.
"Ini uangnya. Kalau lebih, anggap saja itu bonus," kata Qiao Feng seraya tertawa.
Sekarang, Kuda Setengah Siluman sudah resmi menjadi miliknya. Karena tidak mau membuang waktu lebih lama, dengan cepat Qiao Feng pergi dari sana.
Uniknya, pemuda itu tidak langsung naik di punggung kuda. Ia justru menuntunnya dengan tangan. Alasan kenapa dia melakukan hal tersebut, bukan lain adalah karena Qiao Feng belum bisa mengendalikan kuda.
Maklum, ini adalah kali pertamanya dia memiliki seekor kuda. Apalagi kuda pertamanya itu adalah kuda yang istimewa.
Setelah berada di tempat yang cukup sepi, Qiao Feng tiba-tiba menghentikan langkah.
Ia mengelus-elus kepala kuda tersebut. Kemudian mengajaknya untuk bicara.
"Kau harus patuh kepadaku, ya. Aku ini adalah majikan barumu," ujar Qiao Feng seolah-olah sedang berbicara dengan sahabatnya. "Karena kau belum mempunyai nama, bagaiamana jika aku panggil kau Kuda Naga saja?"
Kuda yang perkasa itu menempelkan kepalanya ke tubuh Qiao Feng. Dia pun sempat meringkik pelan. Seakan-akan dirinya juga setuju dengan nama baru tersebut.
"Kau suka dengan nama baru itu? Baiklah, nama itu pun tidak terlalu buruk juga. Mulai sekarang, aku akan memanggilmu Kuda Naga," Qiao Feng kembali mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang.
Setelah itu, dengan coba-coba, ia melompat naik ke atas punggungnya.
"Kuda Naga, mari kita mulai perjalanannya. Aku ingin kau membawaku ke tempat ramai,"
Kuda Naga meringkuk cukup kencang. Kedua kaki depannya diangkat ke atas.
Wushh!!!
Ia kemudian berlari dengan sangat cepat. Debu langsung mengepul tinggi ke atas. Kuda Naga berlari sekencang angin. Baru sebentar saja, dia sudah berada jauh dari tempat tadi.
Awalnya Qiao Feng merasa cukup ngeri. Tapi setelah beberapa kejap kemudian, dia mulai terbiasa. Dia justru tertawa-tawa sendiri. Anak muda itu mulai menikmatinya.
Perjalanannya kali ini cukup jauh. Jadi dia tidak banyak berhenti di tengah jalan supaya bisa menghemat waktu.
###
Sepuluh hari kemudian, Qiao Feng baru saja tiba di kampung kecil yang terletak di sebuah kota besar. Entah apa nama kampung tersebut, dia sendiri belum mengetahuinya.
Cuma, begitu masuk ke kampung itu, Qiao Feng mulai merasa ada sesuatu yang aneh. Suasana di sana sepi hening. Di depan rumah-rumah warga yang yang berderet, tidak terlihat satu pun anak-anak yang bermain.
Padahal biasanya, di saat sore hari begini pasti banyak anak-anak yang bermain riang gembira bersama rekan-rekannya n. Siapa sangka, pemandangan di kampung sepi itu justru berbeda.
"Ke mana penduduknya? Mengapa kampung ini sangat sepi?" Qiao Feng bergumam sendiri. Dia melihat-lihat ke rumah yang tertera di sana.
Sayangnya dia tidak menemukan satu orang penduduk pun.
"Apakah di sini tidak ada warung arak?"
Baru saja bergumam demikian, tiba-tiba tanpa sengaja matanya menatap ke depan sana. Kebetulan sekali, tidak jauh dari tempatnya sekarang ada sebuah warung arak yang buka.
Tanpa berlama-lama lagi, buru-buru Qiao Feng menyuruh Kuda Naga untuk pergi ke warung arak tersebut.
Begitu tiba di depannya, dia langsung turun dari punggung kuda dan segera masuk ke dalam. Sedangkan Kuda Naga ia biarkan merumput di sekitar situ.
"Paman, aku ingin arak keras," katanya setelah berada di dalam.
"Oh, baiklah, Tuan Muda. Silahkan tunggu sebentar," jawab pemilik arak yang usianya sudah sangat tua.
Qiao Feng lalu duduk di kursi yang kosong. Tidak berapa lama setelah itu, pemilik warung arak sudah datang menghampiri sambil membawakan pesanannya.
"Silahkan, Tuan Muda,"
"Terimakasih, Paman,"
Pria tua itu mengangguk. Baru saja dia akan kembali ke belakang, Qiao Feng malah menahannya.
"Tunggu dulu, Paman. Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu,"
"Tanya apa, Tuan Muda?"
"Mengapa keadaan di kampung ini sangat sepi? Apakah semua rumah yang ada sudah ditinggalkan oleh pemiliknya?"
Pemilik warung arak itu tiba-tiba menelan ludah. Raut wajahnya berubah. Sepertinya dia tidak ingin menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Qiao Feng barusan.
"Aku tidak tahu, Tuan Muda. Tidak tahu sama sekali,"
Ia berniat untuk buru-buru pergi dari meja itu, namun lagi-lagi Qiao Feng menahan langkahnya dengan cara memegangi tangan orang tua tersebut.
"Paman, tolong jawab. Aku rasa, kau juga tahu kejadian yang sebenarnya,"
"Aku ... aku tidak mau menjawab pertanyaanmu, Tuan Muda. Lebih baik, Tuan Muda cari orang lain saja,"
"Aku sudah coba mencarinya. Tapi tidak ada satu pun orang yang berhasil aku temukan. Kecuali hanya kau sendiri, Paman,"
Qiao Feng berkata dengan nada sedikit memelas. Suaranya sangat menyentuh hati. Sehingga pada akhirnya, pemilik warung arak itu menghela nafas berat.
"Baiklah. Tapi, aku takut sesuatu akan terjadi kepadaku, Tuan Muda," katanya berat hati.
"Percayalah, kalau sudah mengetahui kejadian yang sebenarnya, aku pasti akan memberikan bantuan kepadamu, Paman," dia menatap pemilik warung arak dengan tatapan serius.
"Baiklah, Tuan Muda. Aku akan menceritakannya dengan singkat,"
Dia kemudian duduk di bangku depan Qiao Feng. "Dulunya kampungku tidak sepi seperti sekarang. Tapi setelah terjadinya peristiwa tersebut, semua keadaannya langsung berubah,"
"Peristiwa apa, Paman?" anak muda itu merasa penasaran. Dia mulai tertarik dengan cerita tersebut.