Siapa sangka Riana kembali bertemu dengan Brian, mantan suaminya, pria yang benyak menoreh kan luka pada pernikahan mereka terdahulu.
Rupanya semalam itu membuahkan hasil, dan kini demi status sang anak, mereka terpaksa kembali menikah, tentunya dengan banyak perjanjian dan kesepakatan.
Tanpa sepengetahuan Riana, Brian punya niat terselubung, setelah anak yang dia inginkan lahir.
Bagaimana reaksi kedua orang tua Riana, manakala mengetahui pernikahan Riana yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Bagaimana kelanjutan pernikahan mereka setelah Riana mengetahui niat jahat Brian menikahinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
BAB 28
Brian membuka ponselnya, beberapa pesan dan panggilan tak terjawab dari Fabian dan dari Grace yang menanyakan kapan ia akan tiba di kantor.
Brian hanya membalas pesan Fabian, dan mengabaikan pesan dari Grace.
Brian masih berdiri di balkon ketika Riana menyudahi aktivitas mandinya, seperti yang sudah sudah Riana mengabaikan keberadaan Brian, ia justru mengambil beberapa helai pakaian yang akan ia bawa ke ruang ganti.
Tanpa Riana sadari, sejak beberapa saat lalu Brian mantapnya dengan kesal karena merasa diabaikan oleh sang istri, Brian pun mendekat dan …
CUP
Riana yang terkejut meraba pipinya, kemudian menatap Brian dengan tatapan tak suka, namun Brian dengan tengilnya menganggap itu bukan masalah besar.
“Kenapa? tak suka, untuk seseorang yang semalaman menikmati pelukanku, tak seharusnya kamu marah hanya karena sebuah ciuman kecil.”
Riana mendesis kesal, “Yah, aku marah!!” jawab Riana.
Hahahaha ….
Brian tertawa keras, “lalu kalau kamu marah, kamu mau apa? bahkan seisi Singapura tahu, kalau kita sudah menikah, dan sialnya aku adalah suamimu, apa kamu mau mengatakan kemarahanmu?”
Riana tak menampik hal itu, papa nya sendiri lah yang membuat pernikahan keduanya kali ini mewah bahkan terasa nyata, padahal Riana yakin hanya kekosongan yang akan menghiasi hari hari pernikahannya.
“Aku tahu pernikahan ini nyata, dan di saksikan banyak orang, tapi tolong diingat, kita punya perjanjian tertulis tentang hal ini, masing masing dari kita harus tetap menjaga privasi.”
Brian meletakkan kedua tangannya di pinggang, tatapannya kembali dingin, nyata sekali bahwa ia tak suka jika RIana mengungkit ungkit tentang perjanjian pernikahan mereka, “Bagaimana kalau aku tidak mau? bagaimana jika aku tetap ingin pernikahan ini nyata tanpa perjanjian?”
“Terlambat … kamu sudah menyia nyiakan kesempatan pertama mu dulu, maka kini aku tak perlu mengingatkanmu tentang perjanjian kita, jika kamu tak mau menjaga jarak dari ku, maka aku yang akan menjaga jarak denganmu.”
Riana berlalu menuju ruang ganti, sementara Brian yang kesal segera mendinginkan tubuhnya di bawah guyuran shower, ucapan Riana benar benar membuat pagi nya kembali suram seperti seminggu kebelakang, padahal ketika membuka mata pagi tadi, ia bahagia karena Riana masih terlelap di pelukannya, bahkan ia memberikan morning kiss di pipi Riana sebagai wujud bahagianya, tapi dalam waktu sekejap Riana berhasil merusak suasana pagi nya.
Brian sendiri merasa heran dengan dirinya, sesaat sebelum melangkah memasuki altar pernikahan, dirinya masih yakin bahwa ia mantap menikah kembali dengan Riana hanya demi anak mereka, setelah anak mereka lahir Brian akan segera membawa pergi bayi mereka, jauh tanpa kehadiran Riana, karena yang ia perlukan hanyalah seorang calon pewaris, tapi pagi tadi ia merasa bangun dengan perasaan nyaman, bahagia manakala terlelap dengan Riana berada di pelukannya, segenap inderanya menikmati aroma shampo dan aroma alami tubuh Riana, sungguh menenangkan perasaannya, meredakan rasa lelah nya, bahkan membiusnya hingga ia bisa tenggelam ke alam bawah sadarnya begitu saja.
🌹
🌹
🌹
Sarapan lengkap sudah tiba ketika Brian menyelesaikan aktivitas mandinya, Riana bahkan berbaik hati menunggunya selesai mandi, masih dalam balutan bathrobe mandinya, Brian bergabung dengan Riana yang masih sibuk dengan panggilan dari beberapa asistennya di rumah sakit, karena selama satu minggu kedepan Riana mengambil jatah cuti nya di rumah sakit.
Usai mandi, Brian sudah kembali ke mode jail nya, dengan seenaknya ia duduk menempeli Riana hingga membuat istrinya yang masih sibuk berbicara dengan asistennya di rumah sakit sedikit berjingkat menjauh, tapi bukan Brian namanya jika ia menyerah, bahkan Brian sengaja menyuapkan buah potong ke mulut Riana yang sejak tadi tak berhenti bicara, tanpa sadar Riana hanya pasrah membuka mulut, karena ia pun kelaparan, belum sempat menikmati sarapan, tapi panggilan dari asistennya membuat Riana mengurungkan niatnya untuk sarapan.
Sampai sepiring buah potong habis, Riana baru mengakhiri panggilannya, ia menatap Brian yang kini dengan santai nya memakan sarapannya.
Hanya melihat Riana makan tanpa protes membuat Brian bahagia, bahkan ia rela menahan rasa laparnya, asalkan anaknya bisa segera mendapatkan nutrisi pagi ini.
“Bisakah kamu berpakaian dulu?” tanya RIana tak nyaman.
Brian menatap dirinya sendiri, “kenapa? tubuhku tetap tertutup, walau aku hanya memakai Bathrobe,”
“Tetap saja aku tak suka, tidak sopan,”
“Terserah … aku lapar, sejak tadi aku menyuapimu, berdebat denganmu benar benar memerlukan banyak energi,”
“Aku bisa makan sendiri, kamu tak perlu bersusah payah menyuapi ku.”
“Anggap saja aku sedang menyuapi anakku, kasihan jika dia harus menahan lapar karena menunggu mommy nya menyelesaikan urusan pekerjaan.”
Riana tak lagi menjawab, benar kiranya apa yang Brian katakan, sejak tadi ia sibuk menerima panggilan, dan mengabaikan rasa laparnya, seperti kebiasaannya sebelum hamil, akhirnya Riana pun diam dan melanjutkan makan tak terasa sepaket sarapan lengkap di pagi hari ludes tak bersisa, mungkin para pegawai hotel akan menyangka, jika mereka benar benar kelelahan setelah melewati malam pertama sebagai pengantin.
“Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?”
Usai sarapan, mereka masih duduk bersandar nyaman di sofa, bahkan Riana tak mengelak ketika Brian mengusap perut Riana, sebagai bukti bahwa Riana mengizinkan Brian bertanggung jawab penuh atas anaknya, termasuk ia tak menolak ketika tadi Brian berusaha menyuapinya, walau di bibir ia mengatakan penolakan, tapi sesungguhnya ia mulai senang dengan perhatian dari daddy bayinya.
“Entah, semalam keluargaku sudah berpamitan, mereka akan terbang kembali ke Jakarta pagi pagi, karena hari ini sudah harus kembali bekerja.”
“Mau kencan denganku?”
Yah hanya ini yang Brian pikirkan, ia harus mulai mendekati Riana dan mendapatkan hatinya, agar semua rencananya berjalan lancar.
“Kamu tidak sedang demam kan?” tanya Riana heran, karena baru kali ini menerima ajakan kencan dari Brian.
Riana bahkan memeriksa suhu tubuh Brian, berlanjut dengan memeriksa nadinya, tidak demam, pikir Riana, lalu kenapa tiba tiba Brian mengajaknya kencan.
“Hentikan, aku 100% sehat, jika kamu bertanya padaku seminggu kemarin, mungkin aku akan menjawab ‘iya’, tapi mual, pusing, dan malasku hilang ketika kembali melihat dan berdekatan dengan mu.”
Riana tak percaya dengan pengakuan Brian.
“Bohong,”
“Aku sungguh sungguh, karena itulah, aku selalu mencari cari alasan agar bisa berada di dekatmu.”
Riana terdiam, “Masih belum percaya?” tanya Brian.
“Baiklah, kita bisa tetap di kamar, jika kamu tak mau kencan denganku, aku senang sekali karena sepanjang hari ini aku bisa menempel padamu seperti cicak.” Brian menyeringai senang, sementara Riana mulai panik membayangkan Brian akan menempel padanya selama mereka tetap diam dan berada di kamar.
“Baiklah, kita keluar,” pungkas Riana.
Brian tertawa senang ketika Riana akhirnya menyerah.
Keduanya bersiap untuk kencan pertama, setelah dua kali menikah, yang pastinya tidak akan jauh jauh dari pusat keramaian dan pusat kuliner, karena Brian tak ingin anak nya kelaparan.