NovelToon NovelToon
Di Sebatas Saling

Di Sebatas Saling

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Enemy to Lovers
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Magisna

Apa dasar dalam ikatan seperti kita?
Apa itu cinta? Keterpaksaan?

Kamu punya cinta, katakan.
Aku punya cinta, itu benar.
Nyatanya kita memang saling di rasa itu.

Tapi kebenarannya, ‘saling’ itu adalah sebuah pengorbanan besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episot 8

Dua hari kemudian.

Dari ruang operasi sehari lalu, Puja telah dipindahkan ke ruang perawatan.

Berkumpul di dalam ruangan, ada Bening, Sedayu--ibu Puja dan juga Arjuna. Luna tak di sana karena sedang tour di luar kota dengan sekolahnya. Dikabari kakaknya baik-baik saja, barulah gadis itu paham dan tidak memaksa pulang dari kegiatan yang dilakukan.

Aji Manggala kembali ke perusahaan untuk menghadiri rapat penting menggantikan Kavi yang masih sedikit terguncang. Dia juga akan melakukan pengecekan cctv bersama Jimmy terkait kasus penembakan ini.

Terlihat di sana Sedayu tengah menyuapi Puja, saat itu Kavi yang nampak lebih tenang datang dengan sekeranjang buah berbeda jenis.

"Kav, kamu gak apa-apa, 'kan?" Walau sudah tahu, Puja tetap bertanya cemas, mengingat dari semenjak dia tersadar, Kavi belum nampak batang hidungnya.

Ternyata saat operasi pengangkatan peluru berlangsung, sesuai perintah Aji Manggala, Jimmy membawanya pulang demi menenangkan diri. Walau awal menolak, paksaan Jimmy dan Aji membuat Kavi terpaksa ikut.

Semua orang terperangah, termasuk Kavi sendiri.

 Wanita itu celaka, tapi malah dia yang mencemaskan keadaan suami cuek yang baik-baik saja.

Seraya berjalan mendekat ke ujung ranjang, Kavi menjawab, "Kayak yang lu liat, gua baik-baik aja. Khawatirin diri lu sendiri aja."

Sedayu menerima keranjang buah Kavi lalu meletakannya di atas nakas, tidak ada ucapan terima kasih, tidak ada kata. Dia tak suka bahasa Kavi yang frontal itu pada istrinya.

"Lain kali, tolong jangan buat begitu lagi. Jangan buat gua berutang sama lu.” Kavi menunjukkan penyesalan. “Tapi terima kasih ... karena lu udah selamatin gua. Makasih, Puja. Cepet pulih dan pulanglah.” Dia berbalik badan dan melangkah pergi sebelum Puja membalas kata-katanya.

Seperti itu saja setelah Puja hampir mati menggantikannya? Sedayu tak habis pikir.

"Kavi, kamu mau kemana?!" Bening berseru. "Kamu harus jaga istrimu di sini!"

Langkah Kavi yang mencapai mulut pintu terhenti sejenak untuk menoleh pada ibunya. "Aku masih banyak pekerjaan, Ma. Kalian aja yang jaga dia."

Arjuna ada di sana, tapi Kavi seperti pura-pura tak melihatnya. Pria itu hanya tersenyum kecut seraya menggeleng-geleng tak habis pikir. "Begitukah cara lu mau lepasin dia?"

Sementara Sedayu hanya bisa mendesah. Menatap putrinya penuh sesak. Sudah berkorban diri, tapi diabaikan begitu saja oleh suaminya sendiri. Diusapnya lengan Puja memberi kekuatan penuh. "Ibu di sini, Nak."

Puja membalas senyum ibunya, dia tahu tentu tak sebaik yang kelihatan. "Suapi aku yang banyak, Bu," katanya berusaha menunjukkan bahwa dia tak terpengaruh. Walaupun aslinya hanya kamuflase untuk menutupi rasa yang sebenarnya, dia tak boleh terlihat lemah di depan siapa pun, terlebih di depan ibunya sendiri.

"Dasar anak nakal!" Bening mengutuk kesal menatap pintu yang sudah tertutup, lalu kembali menoleh Puja. "Tolong maafkan dia ya, Sayang."

Setebal dan sepanas apa pun topeng yang dia pakai, Puja akan tetap bertahan, setidaknya sampai rumah itu resmi jadi milik keluarganya lagi. "Iya, Ma. Gak perlu merasa bersalah. Aku 'kan Puja." Ditutup dengan senyuman riang.

"Oh, andai anak itu bisa melihat betapa kamu semanis ini." Bening menyayangkan banyak dari sikap Kavi yang songong dan kekanak-kanakkan.

"Tunjukkan bahwa kamu bukan seperti ranting yang mudah patah, Puja. Kelak Kavi akan sadar nilaimu yang sebenarnya." Arjuna menambahkan bijak.

Yang lantas diangguki Bening menyetujui. "Betul kata Jun. Sayang, yang sabar ya."

Dan ternyata cukup berhasil mengurangi sumbang di hati Puja. "Makasih, Jun. Makasih, Mama."

Arjuna membalas dengan senyuman. "Kalo Kavi bener-bener gak menginginkan kamu, aku yang akan maju. Aku siap memberi kebahagiaan yang gak kamu dapat dari si bedebah itu."

*****

Arjuna tiba hampir tengah malam di rumah setelah puas menemani Puja di rumah sakit.

Membuka pintu dan masuk, kakinya menjejak ruang utama, lalu terkejut karena mendapati Kavi sudah ada di sana. Duduk diam seperti robot dengan tatapan tajam mengikuti pergerakannya yang mendekat.

"Lu di sini?"

Sebenarnya bukan hal aneh saat Kavi ada di sana. Jun berbagi kunci dengannya karena persahabatan mereka memang sedekat itu.

"Kayak yang lu liat," jawab Kavi, lalu merubah posisi jadi bersandar sofa dan menengadah kepala ke langit-langit.

"Ada apa? Kayaknya mood lu lagi gak bagus?” Arjuna menurunkan tubuh, mengambil posisi duduk di sofa berbeda, tepat di samping Kavi.

Sesaat tak ada jawaban, Kavi membatu diam seperti sedang memikirkan sesuatu. Sekian detik barulah dia mengangkat kepala dan menoleh Jun, memberi tatapan serius. "Bantu gua menemukan penembak itu."

Arjuna mengernyitkan kening, lalu tersenyum kecut. "Sebelum lu minta, gua udah lakuin lebih dulu."

Sontak Kavi terperanjat. "Maksud lu?"

"Gua kasih tahu besok. Badan gua lengket, gua mandi dulu," katanya seraya bangkit berdiri.

Kavi diam, menatap sahabatnya itu tanpa bergerak. Sikap Jun itu, aneh. Dia bahkan bertindak tanpa sepengetahuannya. Demi siapa? Demi dirinya sebagai sahabat, atau demi Puja?

Entah.

“Gua mau tinggal di sini!”

Sontak menghentikan langkah Arjuna yang baru akan menaiki tangga.

"Apa lu bilang?!"

“Gua mau tinggal di sini ... di rumah lu.”

Karena penasaran, langkah Arjuna menjajak tangga urung, lalu berbalik jalan kembali ke tampat Kavi untuk memastikan kalimat Kavi. “Lu serius?"

“Sangat!”

“Kenapa?! Nama lu dihapus dari data warisan keluarga?!"

"Kagak gitu, Sialan!" tampik Kavi.

"Terus?!"

“Gua cuma mau nenangin diri.”

"Karena Puja?" telisik Arjuna.

Napas Kavi terembus kasar. "Sebagian kecil iya, sisanya gua mau kerjasama bareng lu."

"Kerjasama?" Kening Jun mengernyit tebal. “Buat pelaku penembak?”

"Itu jelas!" jawab lekas Kavi. "Lainnya, tentang usaha bersama yang dulu sempat kita obrolin. Gua mau kita merealisasikannya. Gua pengen berkembang tanpa nama besar Papa.”

“Terus bini lu?"

“Biarin di rumah sama Mama. Gua belum ada hati ketemu dia."

Tak ada kata yang tepat lagi untuk menyanggah. Walau sedikit keberatan, tapi Arjuna juga tak bisa menolak itu. Paling-paling Bening akan menggempur rumah untuk membawa anaknya pulang.

"Asal lu kagak bawa perempuan sembarangan kemari, gua gak keberatan."

“Sipoke!”

*****

"Apa kamu gila, Kavi?! Gimana bisa kamu tinggal di rumah Jun sementara istrimu tinggal di sini!" Bening meneriaki, tak setuju dengan keputusan putranya.

Tapi siapa yang akan mendengar, Kavi sudah mengemas barang-barangnya ke dalam koper. "Maaf, Ma, ini udah keputusan aku. Urusan Puja, Mama aja yang urus, kan Mama yang suka dia."

Siapa yang senang dengan jawaban seperti itu, Bening melebarkan mata. "KAVI!” bentak kerasnya.

"Aku pamit, Ma. Kalo Mama mau ketemu, Mama bisa berkunjung. Rumah Jun bukan di Amerika, 'kan?" Dengan tanpa merasa bersalah apalagi menyesali karena membuat marah sang ibu, Kavi pergi dengan tekadnya yang kurang ajar.

"Tuhan ... apa salahku hingga melahirkan anak yang seperti itu?”

1
Wan Trado
puja demi obsesinya rela menyiksa diri, sayang kavi lebih mengagungkan kesempurnaan, kalaupun sekarang kavi mulai terlihat menyukai puja itu semata karena puja berubah secara fisik..!! coba kalau tetap seperti dulu tampilan puja 3 kontainer pun cinta yang dibawakan puja takkan berarti..
jadi lupakan obsesi cintamu puja..
ada jim dan jun, walaupun mereka belum teruji, jim karena kedekatan kerja.. jun terkesan memancing di air keruh..
Wan Trado
disaat kavi bergerak ke perubahan dari keegoisan, gantian puja mulai membohongi perasaan demi benteng kekerasan hati kavi yang sudah lama tercipta
Wan Trado
mulaiii... kann.. 😆
Wan Trado: wuiiih ada narsisme disini.. 😂
but, okelah Semoga sepadan dg hasil.. 😁
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: Asalkan aku gk termasuk dari kebodohan itu, maka dunia orang waras akan tetap baik2 aja🤣
total 4 replies
Wan Trado
wah wahhh.. nakal yaa @Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт
Wan Trado
bisa ga perumpamaan nya yg lebih manis dikit... ini kan jadi bau tau.. 🤣🤣
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: hiperbola juga butuh plesetan, Kak./Toasted/wkwkwkwk!
total 1 replies
Wan Trado
tunggu saja sampai puja juga membentengi hatinya darimu dan aku mulai mencari celah untuk menguasai benteng hatinya puja, batinnya juna berkata..
Wan Trado: komentator belajar nulis pulak 🤣🤣
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: Hahaha!
Ada yg menambahkan.
total 2 replies
Be___Mei
Annyeonghaseooooo 👻👻👻
Be___Mei: Kwkwkw nanti kita tanyakan kepada rumput yang bergoyang 😂
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: Annyeong haseo, Eonni. Gomawo sudah mampir./Smile/
Bogoshipeo ... kapan ada rilisan baru di akunmu?
total 2 replies
Wan Trado
untuk sementara tidak ada komentar
Wan Trado
yakin ga akan terjebak dg janjimu hari ini kavi... yakiiinn..??
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: "janji adalah jebakan"..🤣
total 1 replies
Wan Trado
ngomelin siapa sebenarnya sihh.. 😂
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: Hahaha!

Gomawoyo ....🤩
Wan Trado: sungguh spesial wanita satu ini... 😊
nih ☕ spesial buat 👉 kamu..
total 3 replies
Wan Trado
dimanaaa😁
Machan
gua berasa balik ke jaman sekolah, punya temen namanya Kokom dipanggil baskom🤣
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: Gua juga ada temen namanya Idrus dipanggil Kardus🤣
total 1 replies
Machan
anjay, baskom cuciaan
Machan
minyaaaaakkkk
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: Wkwkwk!
Balik ke sisi melo dulu gua🤣
total 1 replies
Wan Trado
☝aku datang.. 🤝
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: Wkwkwk! Selamat dadang, Kak..
total 1 replies
Wan Trado
harus ada suprise karakter ya kak, jangan lurus-lurus saja dari tidak suka menjadi bucin.. 😁👍
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: udah ...
speechless🥲
Wan Trado: i told you before, always 👉 you 😍
total 5 replies
Wan Trado
hadir dan nyimak perangainya dulu.. 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!