Sebelum lanjut membaca di sarankan membaca (Terjebak pernikahan dingin) kali ini menceritakan pasal pernikahan kedua yang mangakibatkan banyaknya prahara dalam rumah tangga Raditya bersama kedua istri. Memiliki dua wanita sekaligus tidak lantas membuat Raditya bahagia, justru akan membuatnya terjerat benang mereh. Dan bagaimana proses yang harus di lewati Liona selaku istri pertama? lalu sikap apa yang akan Zahra perlihatkan sebagai istri kedua Raditya? ikuti terus kelanjutkan kisah mereka, jangan sampai lupa like and tanda hatinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nur Hastaman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Raditya mengalami kecelakaan maut
Raditya mengalami kecelakaan tunggal setelah hendak menghindari seeekor kucibg jalanan yang tiba tiba saja menyebrang jalan. Demi menghindari dari kucing di tengah jalan Raditya membanting stir lalu kecelakaan tak dapat terhindarkan. Hampir setengah jam Raditya menunggu bantuan datang hingga darah mengucur deras dari kelapanya. Badannya terhimpit antara kursi kemudi dan stir kemudia hingga membuatnya kesulitan keluar dari dalam mobil. Kebetulan jalanan agak sepi hanya ada beberapa saja tapi mereka tidak menghentikan laju kendaraan mereka. Sampai suatu ketika ada seseorang pengendara motor menolongnya dan membawanya ke rumah sakit. Selama di bawa menuju rumah sakit terdekat, Raditya sudah tidal sadarkan diri. Badannya bersimpah darah.
"Kita harus segera mencari tanda pengenal untuk menghubungi keluarganya....." Ucap Pengendara motor tersebut.
Beberapa saat kemudian sampailah mereka di rumah sakit "Sepertinya di ponsel ini ada nomor angota keluarga dari pasien, Dok...." ujar snag penyelamat sembari menyodorkan ponsel Raditya. Pihak Rumah sakit mencari monor terakhir yang di hubungi Raditya sebelum kecelakaan terjadi.
"Apa? Suami saya masuk rumah sakit?" Liona merasa panik mendapat kabar dari salah satu rumah sakit bahwa Raditya mengalami kecelakaan maut. Sontak saja seluruh badan terasa lemas tak berdaya, perlahan kaki mulai melemah lalu terduduk di lantai. Dengan masih memagangi ponsel ia menangis sesenggukan. Tidak lama kemudian Bramantio datang hendak memeriksa kondisi Zahra.
"Liona....." Berlari menghampiri Liona yang sudah terduduk sambil menangis di samping ranjang tempat Zahra berbaring sekarang. Baru saja beberapa menit lalu ia datang membawa baju ganti untuk Zahra dan membantu membersihkan diri Zahra dengan tangannya sendiri. Melihat Zahra terbaring tanpa daya membuatnya iba dan bertekat akan mengurusnya sampai sadar nanti. Seburuk apapun perlakuan Zahra kepadanya tetap saja Liona merasa kasihan di buatnya.
"Ada apa ini?" Bramantio merasa cemas takut terjadi hal buruk pada Liona atau jabang bayi dalam kandungannya. Sigap Bramantio membantu Liona berdiri dengan susah payah "Kenapa kamu menangis, apakah ada yang sakit?" melihat dari ujung kepala sampai ujung kaki tapi tidak ada lecet sedikitpun.
Menggeleng kepala sembari menutup mulut, air mata mengucur membasahi pipi
Bramantio menghuyung badan Liona berulang kali "Liona jawab aku jangan menangis terus. Katakan padaku ada apa sebenarnya, apakah terjadi hal buruk padamu atau perutmu terasa kram lagi?" Reflek Bramantio menyentuh perut buncit Liona. Ia tidak akan membiarkan calon bayi Liona terluka sedikitpun. Meski bukan dsrah dagingnya tapi dia merasa sangat menyayangi bayi itu.
Menggeleng kepala dengan tatapan penuh air mata. Nanar matanya seolah berbicara bahwa Liona tidak sedang dalam kindisi baik baik saja.
Ketakutan seorang iatri kala suaminya pergi bekerja hanya satu, keselamatan suaminya. Di luar para suami berjuang mati matian demi rupiah, sedangkan para istri berjuang dari pagi hingga malam untuk selalu mendoakan keselamatan sang suami. Dengan cemas para istri menunggu suami pulang dengan selamat tanpa ada rintangan sedikitpun. Akan tetapi musibah tidak menganal waktu, satang tak terduga dan menimpa siapa saja yanh di kehendaki.
Bramantio menyeka air mata Liona "Hey....jangan membuatku cemas begini, katakan ada masalah apa Li? kalau ada yang sakit biar aku bantu obati ya" Hendak memapah tubuh Liona tapi Liona menolaknya.
Liona semakin menangis histeris "Mas Raditya....." Isak tangis menghalangi suaranya.
"Kenapa dengan Raditya? Ada apa sebenarnya Liona, Katakan dengan jelas" Menyentuh lengan Liona dengan sesekali melihat kesedihan dari dalam matanya.
"M.....mas Ra.....dit" belum sempat menjelaskan semua kajadian, Liona sudah jatuh pingsan. Secepat mungkin Bramantio membawanya menuju ruangan untuk di periksa lebih lanjut. Bramantio sudah menjelaskan bahwa dia tidak boleh banyak pikiran karena kehamilannya begitu lemah.
Dalam gelapnya pandangan sekilas wajah Raditya melintas di depan wajahnya sembari melambaikan tangan. Senyum palsu wajah pucat lalu perlahan berjalan menjauh "Tidak......" sontak Liona terbangun "Bram, di mana mas Raditya? dia pasti baik baik saja kan, Bram? Pasti aku hanya mimpi kan Bram?" air matanya kembali berjatuhan. Bramantio masih belum mengerti kenapa Liona terus menyebut nama suaminya, Sampai pada akhirnya Liona memberitahu bahwa Raditya mengalami kecelakaan tunggal kala hendak pulang dari kantor. Bramantio bersedia mengantar Liona ke rumah sakit itu janji Liona baik baik saja begitu juga dengan bayi dalam kanduangannya itu.
Sesampainya di rumah sakit mereka mencari pasien atas nama Raditya pasien laka lantas yang baru saja masuk. Tidak lama kemudian mereka di beritahu bahwa pasien sudah dibrawat intensive. Liona berlari tanpa mengjoraukan bagiaman sang buah hati.
"Jangan lari begitu Li sangat berbahaya ingat janin dalam rahim kamu" Ujar Bramantio dari kejauhan. Dia mengikuti langkah kaki Liona sampai pada penghujung ruangan. Segera Ia mmemasuki ruangan lalu melihat suaminya terbaring lemas "Mas Raditya......" Air mata tak dapat di bendung lagi melihat sosok laki laki yang paling di cinta terbaring tak berdaya. Melihat banyak luka lebam di wajah dan hampir sekejur tubuh di penuhi luka. Bakas darah memerah sampai seluruh bajunya terdapat noda.
Liona memeluk Raditya "Mas bangun, kasihani aku dan anak kita cepatlah bangun mas, buka matamu" Isak tangis tak kuasa terbendung lagi melihat kondisi sang suami terkapar tanpa daya.
Bramantio mendekati Liona berusaha membuatnya tenang "Yang sabar Liona semua adalah ujian, kamu tidak boleh stres kasihan janin dalam kandungan kamu....." Menyentuh pundak rapuh Liona.
Menoleh menatap wajah Bramantio "Bagaimana aku bisa tenang kalau mas Raditya belum membuka matanya, coba kamu duduk di posisiku apa kamu maaih bisa bilang setenang itu?" Ucap Liona dengan nada tinggi. Saking cas memikirkan kondisi Raditya sampai dia kehilangan kesadaran. Emosi terlalu mengusainya saat ini, jadi Bramantio mamaklumi semua itu dan dia hanya bisa diam tanpa kata.
"Kalau begitu aku tunggi di luar saja ya...." Bramantio hendak meninggalkan tempat, tapi tiba tiba saja Raditya menggapai tangan Bramantio.
Sontak mereka terkejut sekaligus bahagia "Mas....kamu sudah sadar, kamu membuatku takut" Langsung memeluk tubuh sang suami "Aku sangat takut mas" Isak tangis Liona membasai dda Raditya yang masih terasa sesak nafas. Mata mengerjab berberapa kali seolah lemah tak berdaya "A....ku baik baik saja, sayang" lirihnya nyaris tak terdengar.
Bramantio melepas tangan Raditya lalu berjalan mendekat "Akhirnya kamu sadar juga, kalau tidak aor mata istrimu bisa kering tau" celetuk Bramantio.
Raditya berusaha memaksakan senyum meski begitu berat untuknya "Dok, saya titip Liona dan anak dalam kandungannya...." Tiba tiba Liona membungkam mulut Raditya "Mas jangan bicara sembarangan. Sampai kapanpun kami adalah tanggung jawabmu, hanya kamu mas. Aku mohon jangan bicara macam macam. Lihatlah anak kuta akan tumbuh besar bersama ayah dan ibunya" Entah kenapa ucapan Raditya membuat Liona begitu takut seperti akan meninggalkannya sejauh mungkin.
Nafas Raditya semakin tersengal "Maafkan aku...." Berusaha mengelus perut Liona "Jagalah ibumu sayang" tatapan Raditya mengarah pada Bramantio.
"Aku mohon jaga mereka untukku" Raditya mulai perlahan menutup kedua matanya.
"Mas Radit, mas jangan bercanda seperti ini cepat bangun" Menghuyung badan Raditya berulang kali tapi tidak ada respon darinya.
Sesegera mungkin Bramantio berlari meminta bantuan dari tim medis "Mohom maaf kalian tunggu di luar saja" tutur salah satu tim medis yang ikut menangani Raditya.
"Tidak, aku mau menemani suamiku di dalam...." Liona berusaha menerobos masuk tapi Bramantio mengentikannya dengan memeluknya. Para medis melakukan tindakan cepat.
"Periksa denyut nadi pasien" Dokter nammpak panik melihat kondisi Raditya sekarang ini. Kondisi di mana hidup sedang di pertaruhkan. Kesempatan hidup hanya tinggal beberapa persen saja karena terjadi pendarahan di bagian otak sehingga membuat para medis tidak bisa berbjat banyak setelah semua yang mereka usahakan.
sekarang wanita tangguh2 sentil buang😏