Fenomena pernikahan tidak selalu berjalan sesuai harapan. Pengkhianatan pasangan menjadi salah satu penyebab utama keretakan rumah tangga. Dalam banyak kasus, perempuan sering menjadi pihak yang dirugikan. Namun, di tengah luka dan kekecewaan, tak sedikit perempuan yang mampu bangkit dan membuka hati terhadap masa depan, termasuk menerima pinangan dari seorang pria.
Pertemuan yang tak terduga namun justru membawa kebahagiaan dan penyembuhan emosional.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cumi kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 10 CINTA YANG HILANG.
Cahaya pagi menyusup lembut ke dalam kamar Sofia lewat celah tirai. Burung-burung berkicau, embun masih menggantung di jendela, dan aroma kopi dari dapur perlahan membangunkan suasana rumah.
Sofia terbangun perlahan. Ia duduk di tepi ranjang, menarik napas panjang sambil memandangi layar ponselnya yang masih sepi.
Tak ada pesan dari Ilham.
Ia mengetuk layar ponsel, membuka aplikasi pesan, menatap nama Ilham yang masih ada di urutan atas—tapi tetap tanpa notifikasi. Jari-jarinya sempat hendak mengetik, tapi berhenti. Entah kenapa, ia tak ingin memulai percakapan pagi ini.
Sofia bangkit, mengganti baju dengan blouse putih lengan panjang sederhana dan celana panjang jeans gelap. dengan kerudung berwarna hitam. Saat keluar kamar, aroma roti panggang dan telur orak-arik menyambut dari dapur.
“Pagi, Sayang,” sapa Umi sambil menyusun sarapan di meja makan.
“Pagi, Mi,” balas Sofia sambil mencium tangan ibunya.
Abi sudah duduk dengan koran di tangan, sesekali menyeruput kopi. Bang Dafi tampak masih sibuk di kamarnya, bersiap untuk perjalanan ke kota. Dan Ammar sudah duduk di sudut meja dengan secangkir teh di tangan.
“Pagi,” sapanya pada Sofia sambil tersenyum.
Sofia membalas dengan anggukan kecil dan senyum ringan. Ada sesuatu yang tenang dalam senyum pria itu—tak mendesak, tapi mengisi kekosongan tanpa suara.
“Bang ammar udah dari tadi?” tanya Sofia sambil duduk.
“Baru aja. Dafi masih dandan, katanya mau tampil maksimal hari ini,” jawab Ammar, membuat Sofia terkekeh kecil.
“Biasalah. Kalau soal penampilan, Bang Dafi suka lebay.”
Umi yang mendengar ikut tertawa. “Namanya juga mau belanja hantaran, Fi. Harus kelihatan mantap. Siapa tahu nanti ketemu calon besan di jalan.”
Abi melipat koran, menatap ke arah anak-anaknya. “Hari ini perjalanan panjang. Harus saling jaga, jangan ada yang banyak melamun ya.”
Sofia tersentak sedikit. Seolah Abi tahu apa yang berkecamuk dalam hatinya. Ia hanya mengangguk pelan.
Setelah sarapan, mobil keluarga sudah siap di garasi. Dafi keluar dengan kemeja rapi dan parfum yang semerbak, mengangkat alis melihat Sofia dan Ammar sudah di mobil duluan.
“Wah, kalian semangat banget,” celetuknya.
Sofia hanya tersenyum, sedangkan Ammar menyahut santai, “Yang belanja kan kamu, kita cuma tim penilai.”
Mereka berangkat tak lama kemudian, meninggalkan rumah dengan penuh harapan.
Tapi di dada Sofia, masih ada ruang kosong. Ia membuka ponsel sekali lagi.
Masih tak ada pesan dari Ilham.
" Kang ilham kemana, kenapa tidak memberi kabar kepadaku? apa pekerjaan sangat sibuk, membuat kang ilham tidak memiliki waktu untuk mengirim pesan " Gumam hati Sofia.
Tiba-tiba saja perasaan Sofia menjadi gelisah, entah kenapa. namun pikirannya masih tertuju kepada ilham.
" Sofia "
" Iya bang " Jawab Sofia langsung
" Nanti kamu pilihkan perhiasan yang cantik ya buat kakak ipar "
" Cieee.. kakak ipar ya bang " Ledek Sofia
" Ya iya dong. kan sebentar lagi kamu akan memiliki kakak ipar "
" Ahem.. wajahnya berseri-seri sekali sih. ingat kakak ipar ya " Sofia sangat senang meledek abang nya ini.
Umi dan abi saling lirik lalu tersenyum mendengar ucapan sofia.
Mobil melaju melewati jalanan kota kecil menuju arah pusat. Di dalamnya, duduk seorang perempuan yang perlahan mulai mengerti. ada cinta yang tenang, dan ada cinta yang hilang… bahkan sebelum ia sempat sadar sedang ditinggalkan.
lanjutkan Thor 🙏🙏🙏