ANAK JENIUS TUANKU

Seminggu sudah Dani menginap di rumah Memey. Kini waktunya dia pulang ke rumah Rara. Bagaimanapun juga Dani harus adil pada kedua istrinya. Karena selepas kantor nanti Dani langsung pulang ke rumah Rara, dia pun berpamitan dengan istri dan putranya.

"Sayang, untuk seminggu ke depan, Papa tidak akan tidur disini. Papa akan tidur di rumah Bunda Rara, kalau kamu kangen Papa, kamu bisa ke kantor sama Mama," ucap Dani memberikan pengertian pada putranya.

"Iya Pa, nanti kalau Fahmi ada perlu sama Papa, Fahmi akan ke kantor," ucap Fahmi.

"Kalau kamu butuh apa apa, minta sama Mama," ucap Dani.

"Ya Pa," ucap Fahmi kemudian mencium tangan Papanya.

"Sayang, aku berangkat dulu ya, kalau kamu butuh apa apa, kamu telpon aja, atau kamu ke kantor juga boleh," pamit Dani sambil mengedipkan matanya.

Memey hanya tersenyum kemudian mencium tangan suaminya lalu berkata, "Hati hati Mas."

Setelah mencium kening istri dan putranya, Dani pun berangkat ke kantor bersama Ryan.

Selepas pulang kantor, Dani langsung menuju rumahnya bersama Rara. Begitu masuk, rumah dalam keadaan sepi. Dani hanya melihat ART nya sedang menyiapkan makan malam.

"Dimana Nyonya Bi?" tanya Dani pada ARTnya.

"Sepertinya ada di kamar Tuan," jawab Bibi.

"Apa Nyonya sering keluar kalau pagi?" tanya Dani.

"Sudah seminggu ini Nyonya tidak keluar kamar Tuan," jawab Bibi.

Dani pun mengehembuskan nafasnya, sesungguhnya hatinya masih sakit mengingat kejadian waktu itu. Namun dia mencoba memaafkan kesalahan istrinya.

Dani pun naik ke kamarnya. Dia melihat istrinya itu tengah tertidur. Dani pun membelai rambut istrinya. Sesungguhnya cinta untuk Rara masih ada, hanya saja tertutup oleh rasa kesal akibat ulah Rara yang keterlaluan.

"Selamat tidur, istriku," ucap Dani lembut. Dani pun ingin mencium istrinya, namun dia urungkan, hingga akhirnya, Dani hanya merebahkan tubuhnya disamping istrinya.

Keesokannya, Rara yang terbangun lebih dulu begitu bahagia kala mendapati sang suami tidur di sebelahnya. Rara pun memeluk suaminya dari belakang.

"Mas, aku kangen," lirihnya dengan suara mendayu dayu.

Dani pun melepaskan pelukan Rara, sebenarnya dia tidak tega melakukan itu. Tapi tadi malam saat ia ingin mencium istrinya, tiba tiba saja terbayang peristiwa di kelab malam itu. Dani masih belum bisa melupakan kejadian itu.

"Maaf sayang, aku butuh waktu, kuharap kamu bisa sedikit lebih sabar sampai aku bisa melupakan kejadian terkutuk itu," ucap Dani sendu. Dia tahu apa yang dia katakan mungkin akan menyakiti hati sang istri, namun apa daya, ingatan itu datang setiap dia berdekatan dengan Rara.

Rara yang kecewa karena penolakan suaminya langsung pergi meninggalkan kamarnya. Sebenarnya, dia ingin berteriak dan memaki suaminya, namun dia harus bisa mengontrol emosinya, karena dia tidak ingin Dani menjadi semakin benci kepadanya.

Rara pun menangis di taman belakang, dia memukuli dadanya, sebegitu hinanya dirinya sampai suaminya tidak ingin dia sentuh. Dia benar benar menyesal, andai waktu itu dia tidak pergi ke Bali, pernikahannya dengan Dani pasti masih baik baik saja.

Dani pun masuk ke dalam kamar mandi. Dia menyalakan shower, kemudian menangis dibawahnya. Setelah puas menangis, Dani pun mandi lalu berangkat ke kantor.

Dia memang tidak pamit pada istrinya, karena tak sanggup jika harus mencium kening sang istri seperti yang biasa dia lakukan saat akan berangkat kerja.

Sesampainya di kantor, Dani pun memghubunhi istri keduanya. "Sayang, kamu sedang apa?" tanya Dani begitu panggilan itu tersambung.

"Lagi di salon Mas, badanku rasanya capek semua, jadi pengen luluran, kan lumayan bisa sekalian dipijitin sama mbaknya," jawab Memey.

"Suit suit, kalau luluran, nggak pake baju dong, wow, mau dong kesana," goda Dani.

"Apa sih Mas, mesum banget, udah ya, kalau nggak aku tutup nih," decak Memey.

"Jangan dong sayang, kan aku masih kangen," rayu Dani.

"Gombal, baru juga sehari nggak ketemu," sanggah Memey.

"Sayang, sehari itu rasanya setahun, kamu ke kantor ya, ajak Fahmi sekalian, aku kangen sama Dia," ucap Dani.

"Kalau Fahmi mau, aku kesana," balas Memey.

"Oke sayang, I Love You," ucap Dan.

"Love You More," balas Memey.

Sebenarnya, hari ini Memey merasa agak kurang enak badan, tiba tiba badannya lemas dan kepalanya berputar putar. Namun dia tidak ingin suaminya khawatir, maka dari itu dia tidak bilang tadi.

Memey hanya berbaring di kamarnya. Rasanya dia tidak sanggup untuk berjalan. Fahmi yang baru pulang dari sekolah, langsung khawatir saat melihat sang Mama meringkuk di balik selimutnya.

"Mama, Mama kenapa? Mama sakit?" tanya Fahmi khawatir.

Memey hanya tersenyum, "Kamu sudah pulang sayang, Mama nggak apa apa kok, cuma meriang aja, mungkin mau flu," jawab Memey yang tak ingin putranya khawatir.

"Aku ambilin makanan ya Ma, setelah itu minum obat," ucap Fahmi lalu pergi mengambilkan Mamanya makanan.

Setelah mengganti bajunya, Fahmi pun mengambilkan Mamanya makanan. Melihat Mamanya memejamkan matanya, Fahmi pun mencoba membangunkannya.

"Ma, bangun sebentar, makan dulu, ayo Fahmi suapin," ucap Fahmi seraya menggoyang goyangkan kakinya.

Memey pun membuka matanya, sebenarnya dia tidak berselera makan, namun karena tak ingin mengecewakan sang putra, dia pun membuka mulutnya. Namun baru satu suapan, perut Memey langsung bergejolak.

"Sebentar ya sayang, Mama mau ke kamar mandi," ucap Memey. Memey pun mencoba berjalan ke kamar mandi tidak mungkin kan, kalau dia muntah dihadapan Fahmi.

Sampai di wastafel, Memey langsung memuntahkan makanannya. Fahmi yang panik pun langsung berlari ke kamar mandi. Dia pun memijit tengkuk Mamanya, seperti yang dilakukan sang Mama kalau dia muntah muntah.

"Ma kita ke dokter ya, Fahmi takut kalau Mama kenapa napa," ajak Fahmi.

"Nggak perlu, Mama cuma masuk angin aja, istirahat sebentar juga sembuh," tolak Memey.

Setelah dirasa tidak ada yang keluar, Memey pun mencoba berdiri, meski dengan kepala yang berkunang kunang, Memey mencoba berjalan pelan menuju ke ranjang. Belum sampai ke ranjang, tubuhnya sudah limbung jatuh ke lantai.

Fahmi langsung menangis melihat Mamanya terjatuh di lantai. "Ma, Mama bangun Ma," teriak Fahmi.

Tanpa pikir panjang, Fahmi langsung menghubungi Papanya. Namun hingga dering ke sepuluh masih belum ada jawaban.

Takut terjadi apa apa pada sang Mama, Fahmi pun menelepon Opa Burhan. Untungnya Opa Burhan langsung mengangkat panggilannya.

"Ya sayang," jawab Opa Burhan.

"Opa, Mama tadi muntah muntah terus sekarang jatuh pingsan, daritadi Papa tidak bisa dihubungi, Fahmi takut Opa," cerita Fahmi sambil menangis.

"Tenang sayang, kamu jangan panik, Opa akan kirim bantuan sekarang ya," ucap Opa Burhan kemudian menutup teleponnya.

Opa Burhan pun menelepon Ryan. " Ya Tuan," jawab Ryan setelah memencet tombol warna hijau.

"Ryan, kamu bilang pada majikanmu, jika tidak becus mengurus 2 istri suruh ceraikan salah satu, sekarang suruh dia pulang, karena Memey pingsan" bentak Opa Burhan emosi.

Ryan langsung berlari menuju ke ruang meeting, "Bos, Nyonya Muda pingsan di rumahnya," teriak Ryan begitu dia membuka pintu ruangan.