NovelToon NovelToon
Tali Pocong

Tali Pocong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Ilmu Kanuragan
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: bang deni

Wabah corvid 19 membuat banyak perusahaan yang melakukan pengurangan karyawan , Jaka seorang pemuda tampan pun ikut terkena PHK, kehidupannya menjadi semakin terpuruk saat melihat sang istri berselingkuh dengan temannya yang sekaligus mantan atasannya , yang lebih menyakitkan lagi ternyata pemecatan dan tidak di terimanya ia bekerja juga karena ulah mereka berdua, bagaimana Jaka menghadapi penghianatan istri dan temannya....
yuk kita baca kisahnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ki Tangis Malam

Senja di perbatasan Kota Lama, cahaya matahari memerah di balik puing bangunan. Dinda bersandar di pundak Jaka, rambutnya yang panjang tertiup angin sore. Mata mereka saling bertemu… dan bicara lebih dari seribu kata.

“Kau terluka demi aku,” bisik Dinda lembut.

“Aku lebih terluka saat melihat kau bukan dirimu sendiri,” jawab Jaka lirih.

Dinda menggenggam tangan Jaka erat.

“Kau tahu… bahkan dalam kegelapan itu, aku bisa merasakan mu… seperti cahaya kecil yang terus memanggilku pulang.” Ucap Dinda

Jaka menoleh, membelai pipinya, lalu mencium kening Dinda perlahan.

Perjalanan ke desa tempat tinggal Dinda mereka tempuh lewat jalur belakang—melewati padang ilalang, dan hutan kecil yang sepi. Saat malam turun, mereka memilih beristirahat di sebuah pondok tua peninggalan petani, tersembunyi di lereng bukit.

Di dalam pondok itu, hanya ada dua kasur jerami yang lama tak terpakai… dan api kecil yang menyala.

Dinda membuka jaketnya, luka di bahunya terlihat samar. Jaka memeriksa dan membalutnya dengan lembut.

“Aku tak perlu berhati-hati,” ujar Dinda dengan senyum menggoda. “Agar kau terus merawat ku seperti ini.”

Jaka tertawa pelan. “Kau tak perlu terluka untuk itu.”

Dinda memandangnya lama.

Lalu pelan-pelan, ia menarik wajah Jaka mendekat. Bibir mereka bersentuhan, lembut… lalu makin dalam. Ciuman itu awalnya pelan, lalu meledak seperti bara yang tertahan sejak lama.

Tubuh mereka saling mendekap. Nafas mereka memburu. Jemari Dinda membuka ikat baju Jaka, sementara Jaka membelai punggungnya, memeluknya penuh kerinduan dan hasrat yang lama terpendam.

Ketika tubuh mereka bersatu di atas jerami itu, malam pun menjadi saksi bisu akan cinta yang dipatri bukan sekadar oleh gairah, tapi oleh perjuangan dan nyawa yang dipertaruhkan.

Desahan Dinda dan erangan tertahan Jaka menyatu dalam irama malam.

Satu malam, satu pondok, dua jiwa yang menyatu dalam kehangatan.

 Sementara itu, di rumah Mang Boris

Angin malam membelai jendela tua di mana Boris duduk di depan api, mengenakan kain dalam dan selendang wol. Di seberangnya, Ratri berdiri dengan gaun tidur tipis dari bahan halus yang menampakkan lekuk tubuhnya dengan jelas.

“Kau masih suka duduk begini malam-malam?” tanya Ratri pelan.

“Aku… terbiasa menunggu sesuatu yang tak pernah datang,” jawab Boris. “Tapi malam ini, ternyata kau datang.” ucap Boris sambil tersenyum

Ratri mendekat, berlutut di depannya.

“Boris… selama puluhan tahun aku hanya mengenang pelukanmu. Sekarang kau di sini. Izinkan aku… menghapus sunyi ku.” bisiknya pelan

Boris menggenggam wajahnya, mencium keningnya… lalu bibir mereka bertemu. Ciuman itu penuh kerinduan, namun pelan-pelan menjadi lebih panas. Boris bangkit dan mengangkat tubuh Ratri dengan kekuatan yang mengejutkan, membawanya ke atas dipan bambu.

 Gaun itu meluncur jatuh, memperlihatkan tubuhnya yang tetap muda hadiah sekaligus kutukan dari buah dewa.

Boris mengelus kulitnya, menciumi tiap inci leher, pundak, dada, dan perutnya.

“Bahkan waktu tak mampu mencabut mu dari dalam hatiku,” bisik Boris.

“Lalu cintailah aku… sebagai pria dan wanita, bukan hanya pendekar.” pinta Ratri lirih

Tubuh mereka menyatu. Suara bambu berderit lembut dalam gelap. Mereka berguling, saling menjelajahi tubuh, mencumbu dalam napas yang tertahan. Dada mereka saling bertaut, dan ketika gairah memuncak, malam pun menjadi pelipur lara bagi ratusan malam sunyi yang dulu mereka habiskan dalam penantian

Pagi itu, matahari muncul malu-malu di balik kabut.

Jaka dan Dinda bangun saling memeluk di atas jerami, tubuh mereka berselimutkan selendang tipis. Dinda mencium dada Jaka sambil berkata:

“Kalau aku mati besok… malam ini akan kubawa sebagai surga.”ucap Dinda , ia bersandar di dada Jaka

“Kalau kau mati besok,” kata Jaka lembut, “aku akan mengantar jiwamu sampai ke ujung langit… dan membawamu pulang kembali" sahut Jaka , ia merengkuh tubuh Dinda seakan tak ingin di lepas lagi

Sementara itu, Boris memeluk Ratri di ranjang bambu, menyisir rambutnya dengan jari.

“Aku sudah tua, Ratri…” bisik Boris saat menyadari perbedaan fisik mereka berdua, Ratri terlihat seperti gadis 20 tahunan karena memakan buah dewa, sedangkan Boris terlihat seperti pria berusia 45 tahunan

“Tapi hatiku tak pernah mencintai yang muda,” jawab Ratri. “Aku mencintaimu karena kau adalah satu-satunya lelaki… yang pernah membuatku lupa pada langit malam.” sahut Ratri

Boris hanya tersenyum dan mencium keningnya.

Pagi itu, sinar matahari mengintip dari celah-celah dinding pondok kayu. Udara masih dingin, namun di dalam, kehangatan dua tubuh masih menyatu.

Dinda terbangun lebih dulu, mengenakan selimut tipis, duduk bersila di pinggir dipan jerami, tubuhnya hanya tertutup kain selendang yang hampir melorot dari bahunya. Rambut panjangnya terurai, sebagian menutupi punggung putihnya yang berembun oleh sisa peluh semalam.

Jaka terbangun perlahan. Pandangannya langsung jatuh pada sosok wanita itu yang duduk membelakanginya, membelai rambut sendiri dengan gerakan lambat dan sensual.

“Jangan duduk seperti itu kalau kau ingin aku beristirahat,” bisik Jaka sambil meraih pinggang Dinda dari belakang, menariknya ke dalam pelukannya.

Dinda tertawa kecil, menggeliat manja dalam dekapannya. “Kalau begitu, jangan istirahat dulu. Tubuhmu masih belum cukup panas untuk melawan udara pagi.”

Tanpa banyak kata, Jaka membaringkannya kembali. Kali ini, tidak dengan kelembutan penuh, tapi dengan gairah yang tertahan dan penuh tantangan. Tubuh mereka berguling-guling di atas jerami, saling mencumbu dengan penuh hasrat.

Dinda merintih, menggigit bibir saat Jaka menciumi leher dan bahunya.

“Di luar kau pendekar… tapi di sini kau liar,” bisik Dinda.

Jaka tersenyum. “Karena kau satu-satunya medan tempur yang tak ingin aku menangkan. Tapi kuharap aku selalu ingin bertarung.”

Desahan, cengkeraman, gerakan tubuh yang menyatu, hingga jerami bergeser dan terdengar dentingan cambuk yang jatuh ke lantai. Mereka menari dalam gelombang gairah hingga fajar benar-benar menyapa penuh.

Tubuh mereka bersimbah peluh, tapi hati mereka—terikat kuat oleh api cinta dan perjuangan.

Setelah mandi di aliran sungai kecil dan mengenakan pakaian bersih, Jaka dan Dinda berjalan menuju desa perbatasan.

Namun belum jauh dari pondok, mereka dihentikan oleh lima orang pria bertubuh kekar. Wajah mereka penuh tato, dan satu di antaranya mengenakan kalung tulang jari manusia.

“Cantik sekali yang bersamamu, Kisanak. Mungkin bisa kami hibur dulu sebelum kau lanjut perjalanan,” ujar si tinggi besar dengan suara serak.

Jaka diam, menatap satu per satu.

“Silakan mundur sekarang… sebelum aku menyakiti kalian.” Ucap Jaka tegas

Salah satu preman meludah. “Sombong amat. Ini wilayah kami. Kau lewat, bayar dengan nyawa atau wanita.” ancam kepala preman itu

Tanpa banyak bicara, Jaka mencabut cambuk Gembolo Geni api merah langsung menyala.

SWAAAARRRR!!!

Blaaaar

Cambuk menyambar, dan satu preman langsung terlempar terbakar.

Empat lainnya menyerbu, tapi Jaka bergerak cepat—Ajian kidang kencana membuat tubuhnya bergerak seperti bayangan.

Wuuuut

Bugh

dugh

Plaaak

Tendangan, sabetan cambuk, dan tebasan cepat mementalkan mereka ke semak belukar.

Namun…

Tepuk tangan terdengar dari balik pohon.

Keluar seorang pria berpakaian hitam lusuh, tubuh kurus tinggi, wajahnya seperti tengkorak. Di pundaknya tergantung sebilah keris panjang bersarung sisik naga.

“ Aku tak menyangka ada seorang pendekar di sini” ucapnya sambil tersenyum sinis.

“Aku hanya pejalan. Tapi kau terlalu percaya diri menghadang jalanku" sahut Jaka

Pria itu tertawa.

“Aku Ki Tangis Malam, pewaris ilmu Ajian Gelap Mencari Daging. Dan wanita di sampingmu… rasanya terlalu bersih untuk berjalan bersamamu.” ucapnya sambil mengamati Dinda

“Dia bukan milikku dan bukan untukmu,” ujar Jaka tegas.

“Sayangnya aku sudah memesan,” Ki Tangis Malam mengangkat tangannya, dan tanah di bawah mereka mulai bergetar. Dari tanah muncul bayangan roh-roh preman yang sudah mati dipanggil kembali dengan wajah menyeringai, tak bernyawa.

Ajian Gelap Mencari Daging adalah ilmu menghidupkan dendam orang mati menjadi boneka haus darah.

Jaka merapal cepat:

“Ajian Gembolo Geni!"

Tubuh Jaka berpendar, dan saat ia melompat, cambuk Gembolo Geni menyapu ke depan.

BLAAARRRR!!!

Benturan api dan aura hitam terjadi. Pohon-pohon tumbang. Langit mendung mendadak menyala merah.

Ki Tangis Malam tertawa liar. “Ayo, . Tunjukkan padaku kenapa kau pantas memeluk wanita secantik itu!” ucapnya mencemooh

Jaka menggertakkan gigi.

“Bukan karena aku pantas… tapi karena aku bersumpah melindunginya!” bentak Jaka

Bagaimana hasil pertarungan Jaka dengan Ki Tangis Malam??'

Baca bab selanjutnya ....

1
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
mampir kk tho
Batsa Pamungkas Surya
siapaaaaaaq
Batsa Pamungkas Surya
yaaaaaa
Was pray
semakin seru kisah jaka, tapi kurang serunya up nya gak pasti
Blue Angel: nanti di up rutin Lagi kemaren lagi sibuk kak
Blue Angel: nanti di up rutin Lagi kemaren lagi sibuk kak
total 2 replies
Was pray
masih sering keliru menyebut nama ya thor? ada rangga dan budi pula..
Blue Angel: lagi buat novel lain jadi salah tulis, terima kasih nanti di revisi
total 1 replies
Batsa Pamungkas Surya
boleh boleh boleh
Batsa Pamungkas Surya
ok ok ok
Batsa Pamungkas Surya
semoga bertemu
Batsa Pamungkas Surya
lanjutkan
Bang Deni 0909
kekuatan oh kekuatan
Hiu Kali
rangga lage thor.. tuyul lampung nyasar kah iki thor..
( KANG SESAD ): lu gak bikin novel lagi bang
Blue Angel: maaf suka salah ketik nanti di revisi🙏🙏🙏
total 3 replies
Hiu Kali
rangga iki sopo thor? ra-ngganteng blass kah?
Blue Angel: salah nulis , Rangga MC di warisan gunung , nanti di revisi🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!