NovelToon NovelToon
DARAH SOKA

DARAH SOKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Penyelamat
Popularitas:464
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Shinkai. Sosok lelaki berusia 25 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah sewa yang terletak tepat di sebelah toko bunga tempat ia berada saat ini. Toko bunga itu sendiri merupakan milik dari seorang wanita single parent yang biasa dipanggil bu Dyn dan memiliki seorang anak laki-laki berusia 12 tahun. Adapun keponakannya, tinggal bersamanya yang seringkali diganggu oleh Shinkai itu bernama Aimee. Ia setahun lebih tua dibanding Shinkai. Karena bertetangga dan sering membantu bu Dyn. Shinkai sangat dekat dengan keluarga itu. Bahkan sudah seperti keluarga sendiri.

Novel ini memiliki genre action komedi yang memadukan adegan lucu yang bikin tertawa lepas, serta adegan seru yang menegangkan dari aksi para tokoh. Adapun part tertentu yang membuat air mata mengalir deras. Novel ini akan mengaduk perasaan pembaca karena ceritanya yang menarik.

Yuk, baca kisah lengkap Shinkai dengan aksi kerennya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 1

“Sebuah keajaiban dunia bisa melihatmu bangun sepagi ini,” ujar Shinkai.

Seorang wanita yang dimaksud hanya melirik tajam sambil menutup mulutnya yang akan menguap.

Matahari menyingsing di arah timur. Semerbak aroma bunga nan indah tercium.

Shinkai. Sosok lelaki berusia 25 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah sewa yang terletak tepat di sebelah toko bunga tempat ia berada saat ini. Toko bunga itu sendiri merupakan milik dari seorang wanita single parent yang biasa dipanggil bu Dyn dan memiliki seorang anak laki-laki berusia 12 tahun. Adapun keponakannya, tinggal bersamanya yang seringkali diganggu oleh Shinkai itu bernama Aimee. Ia setahun lebih tua dibanding Shinkai. Karena bertetangga dan sering membantu bu Dyn, Shinkai sangat dekat dengan keluarga itu. bahkan sudah seperti keluarga sendiri.

“Apakah hari ini kamu akan pergi kerja, Shin?” tanya bu Dyn.

“Tidak. Proyek tambang berlian putih sudah selesai dua hari yang lalu.”

“Kalau begitu bolehkan kamu menemani Aimee untuk mengantar pesanan bunga Krisan di Tanduk Lebah.”

“Ah, daerah penghasil madu itu? Baiklah. Tapi aku ingin membeli madu juga di sana,” ujar Shinkai.

“Dasar. Biar aku aja, bu Dyn. Shin hanya akan fokus untuk mencari toko madu. Bukan rumah pemesan krisan,” timpal Aimee, sambil melotot ke arah Shinkai.

“Apa? Terakhir kali kamu pergi ke sana, wajahmu bengkak seperti bapau gosong. Sudah disengat, hari sedang panas-panasnya pula.”

“Itu hanya musibah kecil.”

“Tidak. itu adalah bukti bahwa kau melempar sarangnya untuk mencuri madu.”

“Diam, rambut sarang burung sialan!”

Sang pemilik toko bunga tersenyum lebar. Kelembutan sikapnya dapat membius siapapun. Ia selalu menjadi air bagi dua kobaran api di hadapannya. Bukan hal yang baru. Tiada hari tanpa keributan. Namun itu juga yang membuat kehidupan sang pemilik bunga lebih berwarna.

“Tenang saja. aku akan memberikan kalian uang untuk membeli masing-masing satu botol madu.” Bu Dyn menyejukkan suasana.

Seketika keduanya terdiam. Bersamaan dengan itu, muncul seorang anak laki-laki dengan baju kotor. Pagi-pagi sekali, ia sudah pergi menangkap serangga dengan teman-temannya.

“Neptune, apa yang terjadi dengan pakaianmu?” bu Dyn bertanya, sembari memegang bagian pakaian yang bernoda.

“Aku jatuh di kubangan, Bu,” jawab Neptune.

kemudian beralih melihat ke arah Aimee, “Hei, kak Aimee sedang menunggu jatah berlian gadis cantik?”

Shinkai menyipitkan mata dan memasang wajah curiga pada Aimee.

“Eh? Jadi itu alasanmu bangun pagi. Berlian? Gadis cantik? Pffftt,” cetus Shinkai, menahan tawa.

Dhuakkk.

Tendangan lurus Aimee telak mengenai perut Shinkai. Segera saja pemuda itu langsung memegang perutnya.

Jatah berlian gadis cantik merupakan tradisi yang dilakukan oleh seorang laki-laki yang hendak mengungkapkan niatannya untuk menikahi seorang perempuan idamannya. Hal itu ditandai dengan munculnya sebuah berlian berbentuk hati yang diukir dengan nama pemilik berlian dan nama seorang gadis yang diinginkan. Biasanya dijumpai pada teras rumah, jendela, atau halaman.

“Perempuan di atas seperempat abad memang sudah waktunya memikirkan masa depan semacam itu,” ujar Shinkai dengan suara tercekat karena bekas tendangan Aimee.

“Apakah kau mau kena tending untuk yang kedua kalinya, tuan rambut sarang burung?”

Panggilan Shinkai yang semacam itu dikarenakan karena Shinkai memiliki warna rambut seperti coklatnya sarang burung. Adapun karena agak tebal, rambutnya akan mirip kusutnya sarang burung saat baru bangun tidur.

“Aku sampai lupa. Ternyata ini adalah hari pertama tradisi berlian gadis cantik,” ujar bu Dyn.

“Sayangnya, hari ini sudah lewat pukul 07:00. Artinya, semoga beruntung di hari lain, Aimee.” Shinkai berkata.

Shinkai langsung berlari kencang begitu Aimee menyiapkan ancang-ancang untuk menendangnya lagi.

Bu Dyn dan Neptune tertawa renyah.

Satu-dua pelanggan mulai berdatangan. Keduanya langsung memesan bunga mawar. Jenis bunga yang paling laku. Kedua pelanggan itu adalah sosok pemuda yang mungkin sepantaran dengan Shinkai, atau sedikit lebih muda. Padahal tidak terlihat seperti dua orang yang saling mengenal. Namun keduanya menampakkan sorot mata dengan binary yang sama. Serta sesekali tersenyum tipis.

“Mereka pasti telah melakukan jatah berlian gadis cantik,” bisik Shinkai pada Aimee.

Gadis itu tidak menanggapi. Ia sudah muak dengan ejekan Shinkai perihal tradisi menyebalkan itu. ia hanya fokus mencari-cari kantong plastik untuk dua pelanggan pertamanya.

Neptune sudah kembali setelah beberapa menit ke rumahnya untuk mandi. Aroma keringat bercampur lumpur itu menjelma aroma sabun dengan ekstrak buah manis. Ia sempat melihat kedua pelanggan itu ketika hendak membayar.

“Mawar lagi. Kenapa semua orang suka sekali dengan bunga jahat itu?” tanya Neptune, polos.

“Mau bagaimana lagi. Itu adalah bunga yang sangat cantik.” Aimee menjawab.

“Benar,” timpal Shinkai.

Sebuah jawaban yang membuat Aimee menoleh. Sebab ia jarang sekali mendengar Shinkai menggapi ucapannya seperti itu. biasanya, ia akan di bagian oposisi.

Lengang sejenak. Aimee masih melirik.

“Benar, kenapa orang-orang menyukai bunga dengan duri yang berkali-kali membuatnya terluka?” lanjut Shinkai.

Sial. Aimee membatin. Wajahnya tampak manyun dan masih melirik Shinkai dengan wajah tanpa dosa itu.

“Apa? Kau menunggu seseorang membawakanmu bunga mawar?” tanya Shinkai yang balas melirik.

Seketika Aimee berpindah ke depan Shinkai, “Hah? Apa kau bisa mendengar suara gaib tentang keinginan seseorang dalam hatinya?”

“Benar. Sekarang kau malah mengakui itu secara tidak sadar.”

Anatara malu dan marah bersatu. Wajah Aimee merah seperti kepiting rebus. Ia segera menarik kerah baju Shinkai sekuat tenaga dengan jeritan mautnya. Seperti biasa. Bu Dyn dan Neptune berperan sebagai penonton yang menikmati pertunjukkan tiada ujung.

“Apakah kalian tidak lupa untuk ke Tanduk Lebah?” Bu Dyn mengingatkan.

___ ___ ___

“Kak, apakah Tanduk Lebah masih jauh?” tanya Neptune.

Pada akhirnya, Neptune mengikuti langkah Shinkai dan Aimee untuk mengantarkan pesanan bunga.

“Sekitar seratus meter lagi, Neptune,” jawab Aimee.

“Berapa itu seratus meter? Apakah sama dengan push up sebanyak seratus kali?”

Shinkai menepuk dahi, “Tak ada laki-laki yang mengeluh, Neptune. Jadilah pria sejati atau kau akan tumbuh lembek seperti gadis galak di sampingmu.”

“HEI!”

“Tapi aku lelah sekali. Aku mau digendong!” keluh Neptune.

“Kamu sudah dewasa. Kakimu jauh lebih kuat dibanding kami.”

“Tidak. aku masih dua belas tahun!”

Sebuah jawaban yang membuat Shinkai seketika terdiam. Ia teringat akan sesuatu tentang masa lalunya. Kisah penuh lika-liku yang mengantarkannya pada desa penghasil tambang berlian terbesar itu. tentang bagaimana semuanya telah sampai ujung.

Ia yang pertama kali melihat dunia dengan penuh warna menyilaukan. Lalu menjelma buram, lantas redup. Hingga padam. Warna-warna itu raib hingga suatu hari datang sosok yang membawakan warna baru. Tidak sebanyak warna pertama. Cukup warna yang membuatnya tersadar, bahwa dunia tidak sebaik itu. Namun kau bisa menikmatinya dengan menjadi baik. Dengan kekuatan yang kau tempa dalam diri. Sekalipun sekali lagi ia kehilangan pembawa warna itu. hanya saja, warna yang ia bawa masih terpatri dalam sanubari.

“Kak?”

“Baiklah. Dia mulai terjebak dalam lamunannya,” ujar Aimee.

Dhuakkk.

Gadis itu menendang betis Shinkai.

“Argh!” keluh Shinkai yang terkaget-kaget. Seraya langsung melotot ke arah Aimee.

“Hei, Neptune. Dia sedang berkhayal meletakkan berlian di teras rumah Helai.”

Poin satu sama.

Neptune tertawa.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!