Spin Off Tawanan Cinta Pria Dewasa.
Dua kali gagal dalam pernikahan, Justin Anderson menganggap semua wanita itu sama. Sebatas mainan dan hanya merepotkan, bahkan tidak ada wanita yang membuat dia betah.
Hingga, takdir justru mempertemukannya dengan seorang gadis cantik yang terjebak keadaan. Agny Tabina, gadis belia yang dipaksa terjun ke dunia malam akibat keserakahan pamannya.
"500 juta ... tawaran terakhir, berikan gadis itu padaku." - Justin Anderson.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29 - Belajarnya Cukup Hari ini (Justin)
"Kenapa diam?"
"Maunya gimana?" tanya Justin kemudian menatap wajah Agny yang tampak memerah, dia tersenyum simpul kala menyadari wanitanya tampak kebingungan berada di posisi ini.
"Geraklah, sampai kapan begini?"
"Katamu sakit, kalau aku gerak biasanya semakin sak_ iiitth," desis Justin kemudian memejamkan mata lantaran Agny sedikit bergeser lantaran berusaha memperbaiki posisi tidurnya.
"Om jangan bercanda, kalau cuma diam begini sampai subuh tidak akan seles_"
Berbeda dengan kemarin-kemarin, rasa sakit itu memang tidak begitu menyiksa walau sebenarnya masih ada. Pria itu tertawa sumbang kala lenguhan kecil itu mulai terdengar padahal tadi sibuk mengomel bahkan sudah menyampaikan pesan terakhirnya.
Justin tidak bisa mengutarakan apa yang sebenarnya dia rasa. Apa mungkin ini adalah cinta, akan tetapi kenapa secepat itu. Tidak, mungkin ini hanya sebatas naffsu, lalu jika memang hanya begitu kenapa Agny seakan menjadi candu untuk Justin.
Begitu banyak Justin berselancar selama ini, bahkan kedua istrinya tidak mampu membuat Justin seakan haus tak berkesudahan. Dia benar-benar jatuh dalam pelukan Agny, pria itu seperti gila rasanya dengan apa yang dia rasakan ini.
"Kamu suka begini?"
"Eum," jawab Agny seraya mengangguk karena dia tidak memiliki keberanian untuk mengutarakan iya atau tidaknya secara jelas.
Justin benar-benar berkuasa, bahkan dia ragu bisa berhenti dalam waktu dekat. Pria itu mampu mengontrol diri di awal, akan tetapi setelah beberapa saat dia semakin tertantang bahkan membuat Agny terengah-engah kala mengimbangi dirinya.
Permintaan Agny yang mengatakan jangan jambak nyatanya Justin ingkari begitu saja. Beberapa menit pertama memang dia melakukan semua layaknya seorang pemula, akan tetapi dia yang cepat bosan jelas saja memilih melakukan hal lebih karena pada faktanya Justin memang penjelajah.
Menyesal sekali dia mengatakan keinginan untuk mengimbangi Justin, karena kini pria itu benar-benar mendewasakan Agny dengan mengikuti fantasy Justin yang tiada habisnya.
Beberapa kali Agny mencapai puncak, dan Justin hanya tersenyum sesaat. Berbagai hal Justin lakukan hingga membuat Agny lemas sekali rasanya.
"Kapan selesainya?"
Jika ditanya lelah atau tidak jelas saja iya, akan tetapi celaka seorang Agny kala tubuhnya justru menginginkan dan menurut begitu saja ketika Justin memerintahkannya untuk bergerak.
Pria itu menepikan anak rambut benar-benar mengganggu di wajah Agny. Keringat yang mengucur di wajahnya sama sekali tidak Justin seka karena memang dia suka.
"Capek."
Agny menyerah, dia tidak lagi kuasa jika harus terus menuruti permintaan Justin. Pria itu tidak marah, Justin mengerti mungkin saja Agny belum terbiasa. Dia melingkarkan tangannya di tubuh wanita itu seraya kembali mendominasi permainan.
Agny tertunduk lemas dalam pelukan Justin sementara pria itu berusaha mengontrol napasnya dan kini mengecup Agny dengan penuh perasaan. Demi apapun, dia benar-benar mencintai permainan bersama wanita ini meski jam terbang Agny memang belum tinggi.
Agny pikir semua telah berlalu, sialnya pria itu ternyata istirahat sebentar.
"Masih sanggup?" tanya Justin yang kemudian Agny jawab dengan gelengan kepala, dia benar-benar seakan kehabisan tenaga sementara Justin terlihat biasa saja.
"Aku belum selesai, kita tuntaskan sebentar lagi."
Justin kembali berdiri dengan membawa Agny seenteng itu layaknya balita. Tanpa melepaskan dirinya, Justin mengecup bibir wanita itu seraya kembali ke tempat tidur dan mengambil posisi yang sekiranya Agny tidak terlalu lelah di tempat tidur.
"Aku tidak janji bisa berhenti, kamu terlalu nyaman, Agny."
Justin kembali melakukan apa yang dia mau. Pria itu juga butuh pelepasan, Agny saja yang semudah itu tak berdaya, ya mungkin karena dia pemula, pikir Justin.
Selama yang dia cari belum berhasil digapai, selama itu pula Justin takkan berhenti hingga dia merasakan kelegaan akan hal yang menyiksa dirinya.
Justin ambruk di atas tubuh wanita itu, dengan napas terengah-engah dan Agny juga demikian. Justin terbaring dengan mata terpejam seraya menstabilkan napasnya, ini adalah kali kedua dan rasanya masih sama bahkan lebih gila.
Agny yang sudah menduga akan ditinggal tidur seperti kemarin-kemarin segera menarik selimut untuk menutupi tubuh Justin dengan sisa tenaganya. Ya, dia hanya tidak ingin besok pagi dibuat terkejut dengan pemandangan tak lazim itu.
Gerakan Agny terasa jelas oleh Justin hingga pria itu mengira jika Agny hendak pergi. Sontak pria itu menariknya dalam pelukan hingga keduanya tidak lagi berjarak. Khawatir saja jika Agny berniat tidur di sofa setelah ini, sudah berusaha agar tubuh sama-sama terlindungi dan kini bersentuhan lagi.
"Tidur, belajarnya cukup malam ini."
"Iya, tidur ... tapi kakinya jangan begitu, geli."
Bagaimana tidak geli jika Justin mengunci tubuh Agny dan dia lagi-lagi bersentuhan sementara mereka dalam keadaan polos bagaikan bayi yang baru lahir.
.
.
.
- To Be Continue -