NovelToon NovelToon
Cinta Lelaki Sempurna

Cinta Lelaki Sempurna

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Percintaan Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua / Suami ideal
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Shina Yuzuki

Hidup dalam lingkaran kemiskinan, membuat Rea ingin bekerja setelah lulus SMA, semua itu dia lakukan demi keluarga.

Namun takdir berkata lain, Ayahnya sudah memutuskan masa depan Rea, sebagai istri dari seorang lelaki bernama Ryan.

Dia tidak bisa menolak dan menerima keinginan sang ayah.

Hanya saja, Rea tidak pasrah, dia bukan wanita lemah, selama belasan tahun berjuang dalam kesengsaraan, melatih mental yang kuat menahan setiap penghinaan para tetangga.

Sehingga dia akan berusaha membuat Ryan menyesal karena sudah menikah dengannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shina Yuzuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan muhrim

Rea berkeliling sekolah, ini terasa aneh, ketika siswa kelas satu dan dua masih belajar di dalam kelas, dia kini berjalan-jalan tanpa perlu takut ada guru datang dan memasukkannya ke dalam ruang BK.

Meski pun tidak ada kenangan indah masa-masa sekolah yang penuh kisah romantis bertabur bunga-bunga dan bernyanyi seperti drama India. Tapi di tempat ini dia mengerti banyak hal, bahwa hidup sebagai seorang siswa masih lebih baik karena tidak perlu memikirkan tagihan listrik, beras habis atau pun hutang di warung yang ditagih karena tiga bulan tidak bayar.

Ini semua lebih seperti masalah pribadi yang sering dia alami di keluarganya, karena itu juga menjadi bayangan seberapa rumit kehidupan nanti setelah menikah.

Rea melamun selagi menatap foto ibu Kartini yang tergambar dengan raut ekspresi seorang wanita tanpa senyum di wajah.

Begitu lugu, begitu lelah dan menyedihkan. Tapi itu adalah bayangan wajah Rea sendiri yang terpantul di kaca bingkai.

Beliau sudah berjuang demi hak asasi wanita, tapi masyarakat tidak pernah paham apa itu kemerdekaan untuk memilih jalan hidup mereka sendiri.

Sebagian besar dari masyarakat hanya beranggapan, ketika anak perempuannya sudah memiliki suami, beban hidup yang ditanggung pun akan berkurang.

Rea ingin sekali berkata..."Jika aku bisa memilih, aku tidak pernah mau dilahirkan sebagai wanita yang pada akhirnya harus hidup hanya untuk menyerahkan diri kepada lelaki."

Tapi ungkapan hati itu tidak mungkin dia keluarkan kepada ayah atau ibunya. Hanya kalimat setan yang terlintas untuk membuat dirinya berdosa karena sudah menolak takdir tuhan.

Menoleh ke samping, Rea kini melihat Sean yang mengintip ke jendela kelas.

"Sean, apa yang ingin kau lakukan selanjutnya." Tanya Rea.

"Pergi ke kantin untuk berpamitan dengan Ibu Erni. Kau tahu, kita sering sekali mengambil gorengan lima bilangnya tiga." Jawab Sean masih tersenyum seakan tanpa dosa.

"Bukan itu, apa kau akan tetap di desa ini, atau pergi merantau untuk bekerja." Rea mengganti pertanyaan.

"Hmmm aku ingin bekerja, menjadi artis kalau bisa."

"Aku iri denganmu, aku juga ingin bekerja, tapi menjadi artis tidak cocok untukku."

"Sebenarnya bekerja atau pun menjadi ibu rumah tangga juga tidak cocok denganmu Rea." Sindir Sean.

Rea tersinggung..."Sembarangan kau bicara."

"Jangan emosi dulu, sekarang aku tanya, apa kau bisa masak ?."

"Sedikit." Jawab Rea dengan senyum pahit.

"Sedikit itu seberapa banyak ?."

"Masak air, masak mie, masak telor...."

Sean segera menghentikan Rea untuk menghitung, karena dia sendiri yakin itu tidak lebih dari lima jari ditangannya.

"Ok, aku anggap itu rata-rata."

"Tapi tunggu. Aku juga sudah pernah bekerja."

"Apa itu ?."

"Kuli angkut beras di toko sembako haji Mahmud." Jawab Rea.

"Aku bertanya-tanya kau itu sebenarnya wanita seperti apa ?. Bagaimana mungkin kau yang ingin menjadi ibu rumah tangga tapi kau hanya bisa memasak air. Itu pun hampir gosong." Keluh Sean melihat sahabatnya terkejut.

"Darimana kau tahu !!!."

"Ibumu bercerita saat membeli sayur." Ungkapnya.

Kemampuan para emak-emak ketika menyebarkan berita memang sangatlah hebat. Namun Rea tidak merasa bangga untuk hal itu.

"Rea aku katakan kepadamu satu hal, ini karena kau sahabatku dari kecil dan juga aku tidak ingin kau sedih dengan keputusan orang tuamu." Sean menatap Rea serius.

"Apa ?."

"Bagaimana kalau kita kabur, kita pergi merantau ke Jakarta dan bekerja. Kau mungkin bisa membayar hutang orang tuamu di masa depan kan ?." Sean memberi solusi, sekali pun itu terdengar berat bagi Rea.

Sejenak Rea terdiam, dia memandang kembali bingkai gambar seorang wanita yang menunjukan tatapan muram penuh kesedihan, tapi bayangan itu tetap pantulan wajah Rea sendiri.

"Aku tidak mungkin melakukannya." Rea menjawab sedih.

"Bukankah kau menolak untuk menikah dengan lelaki yang tidak dikenal itu, jadi kenapa kau harus ragu-ragu ?."

Rea menundukkan wajahnya..."Bagaimana pun juga, aku tidak bisa membuat malu ayah dan ibu."

"Aku bingung, kau yang bisa menghajar anak nakal seperti Gee, memaki-maki tukang parkir karena kembalian kurang lima ratus dan memakan beling kaca, tanpa nasi pula."

Rea tidak senang dengan perkataan Sean..."Memang kau pikir aku kuda lumping."

"Tapi urusan kabur dari rumah, kau benar-benar penakut, padahal itu demi kebahagiaan mu sendiri, aneh." Sean mengeluh kesal.

Sean menarik tangan Rea pergi, dia membawanya ke belakang kantin, dimana itu menjadi tempat persembunyian bagi murid lelaki yang merokok. Tapi sekarang hanya adik kelas, menatap bingung ketika Rea muncul.

Tanpa perlu memperkenalkan diri, Rea memang sudah terkenal, meski bukan karena cantik, tapi cukup untuk membuat para berandalan kelas bertekuk lutut, secara khusus dengan tangan kosong.

"Apa yang kau lihat ?." Ucap Rea kesal karena murid-murid berandal itu menatapnya aneh.

"Tidak, kak." Mereka menggeleng kepala dan cepat pergi.

Di sekolah ini hanya Sean saja yang berani mengeluarkan kata kasar kepada Rea, kedekatan mereka sudah seperti keluarga, saudara meski tidak sedarah, dan terpenting adalah Rea berhutang banyak contekan dari masa sekolah dasar sampai lulus SMA.

"Rea aku tanya sekali lagi, apa kau benar-benar rela menikah muda dan menjadi istri lelaki yang entah asal usulnya itu ?."

"Tidak. Tapi..."

"Jangan beralasan dulu, biar aku selesaikan emosiku, sebelum aku lupa." Sean menghentikan ucapan Rea.

Rea mengangguk.

"Aku tahu, kau tidak mau membuat ayah dan ibumu malu dan juga sedih. Bertindak sebagai anak yang berbakti kepada kedua orang tua, agama dan negara. Tapi aku kesal sendiri, jika harus melihat mu kebingungan seperti sekarang."

"Maafkan aku."

"Kenapa kau meminta maaf ?, kau tidak salah Rea. Kita itu sudah seperti saudara, kau seperti kakakku atau pun aku seperti adikmu. Begitu juga sebaliknya. Jadi apa pun yang terjadi kepadamu aku ada di sampingmu." Sean memberi kepercayaan diri bagi Rea.

"Aku tahu itu. Terimakasih Sean." Rea memeluk Sean.

"Kalau begitu, biar nanti pulang aku yang bicara dengan pakde Samroji. Aku akan minta biar kau bisa pergi ke Jakarta dan bekerja untuk membayar hutang mereka." Tegas Sean.

"Ayo kita lakukan." Rea pun menyakinkan tekadnya.

Sekembalinya di rumah...

Tepat di halaman depan, sudah terparkir mobil Mercedez berwarna hitam mengkilap hingga menjadi pusat perhatian orang-orang sekitar rumah.

Tetangga kiri atau pun kanan, murid-murid sekolah dasar yang baru pulang, pak tani dan Bu tani selesai menggarap sawah, rentenir panci harian datang membawa tagihan. Mereka semua menatap penuh kagum dengan mobil mewah itu. Bahkan tukang Es cendol yang tidak sengaja lewat menyaksikan adanya keramaian segera membuka lapak untuk jualan.

Rea bingung, apa lagi dengan Sean yang hanya bisa melongo melihat mobil mewah di depan rumah. Mereka berdua segera pergi melewati kerumunan orang-orang.

"Ayah, ayah, siapa yang seenaknya sendiri parkir di depan rumah kita, apa dia tidak tahu kalau itu menghalangi orang mau lewat." Panggil Rea dari luar, begitu kesal mengajukan keluhan.

Tapi sebelum dia membuka pintu beberapa orang keluar dari rumah bersama dengan Ayahnya.

Melihat Rea yang sudah ada di depan pintu, ekspresi pak Samroji tersenyum lebar dan berkata..."Rea kau sudah pulang, perkenalkan, ini adalah anak bapak Rahmat, Ryan. Dia calon suamimu."

Seakan tidak percaya, perkataan ayahnya itu ibarat suara gemuruh petir yang menyambar di atas kepala.

"Akhirnya kita bertemu, Rea." Ucap Ryan dengan senyum ramah dan tangan yang berniat mengajak bersalaman.

Rea menolak ... "Ya, tapi maaf bukan muhrim."

"Maafkan aku. Kalau begitu aku pamit dulu pak, aku tidak bisa berlama-lama karena harus mempersiapkan dokumen untuk pernikahan nanti." Cara bicara Ryan benar-benar sopan kepada pak Samroji.

Samroji pun dengan senyum ramah membalasnya..."Baiklah, Ryan hati-hati di jalan."

"Rea sampai jumpa lagi."

'Aku harap sih tidak bertemu lagi.' Ucap Rea dalam hati.

Ketika dia hendak membuka pintu mobil, Ryan dengan sopannya meminta orang-orang untuk memberinya jalan, cara dia berbicara benar-benar lembut tanpa menyakiti perasaan mereka.

1
partini
semakin mencurigakan hubungan majikan sama pelayan
Re
ya benar sekali, kita sedang membahas martabak
partini
lelaki waras ?
apa banyak misteri di antara mereka ber dua bukan cuma majikan ma pelayan ,,aihhh
partini
aku masih dan belum faham alurnya
ig.sayventoon: sebenarnya sederhana, cuma gadis desa menikah dengan orang kaya. gitu kak....
total 1 replies
partini
aihhhh pembantu body aduhai hot meleleh bosnya malah kalah jauh 🤦🤦🤦 perbaiki come on you can do it aihhhh lucu bos vs majikan tapi Banyak sih di dunia real majikan kikuk kikuk ma bosnya
Re
lanjut terus Thor, jangan sampai berhenti ya... karya mu paling di tunggu...
Re
Emang lucu n out the box, paling di tunggu nih karya author satu ini, cuma sayang aja karya-karya yang lain jadi terbengkalai....

mohon untuk up terus Thor...
ig.sayventoon
karya terbaik yang pernah aku tulis
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!