"Jasku ini sangat mahal! Bagaimana bisa kamu menyentuhnya sesuka hatimu? Apa orangtuamu tidak mengajarimu sopan santun?" bentak seorang pria.
"Namaku Quinn! Aku berusia 6 tahun. Tolong, berikan aku pekerjaan! Aku akan bekerja dengan baik!" Quinn, bocah berusia 6 tahun itu melebarkan senyumnya.
"Apa? Ha-ha-ha! Memangnya kau bisa apa, Bocah?"
"Menemukan bug di perusahaanmu mungkin?" tawar Quenn.
"Apa? Kau seorang hacker? Apa kau sedang bermain, Nak?" Suara gelak tawa dari pria itu terdengar lantang. "Baiklah. Namaku Luca. Berapa uang yang kau inginkan?"
Sebuah pertemuan yang tidak sengaja. Membuka tabir rahasia yang telah tersimpan selama 7 tahun lamanya. Bagaimana kisah Quinn si gadis kecil menggemaskan itu? Lantas siapa ibu dari Quinn? Juga seperti apa kontribusi dari Quinn untuk Luca?
Simak kisah ini hanya di Putri CEO tersembunyi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Izin Dulu
"Aku harus menanyakan masalah ini kepada Joni. Dia yang sudah mengatur jadwal harianku. Jika malam ini tidak ada pertemuan, aku bersedia untuk minum kopi di sini," ucap Luca dengan wajah yang canggung. Pria itu sendiri merasa aneh dengan dirinya sendiri. Belum pernah sebelumnya dia merasa canggung seperti ini. Apa lagi di depan seorang wanita.
"Tuan, jika anda sibuk. Anda tidak perlu memaksakan diri. Hanya kopi yang bisa saya jadikan sebagai ucapan terima kasih saya kepada anda. Saya benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana. Karena saya tahu anda pria yang serba punya." Tiffany hanya menunduk saja.
"Sejak awal aku sudah bilang kalau aku tidak merasa keberatan karena sudah menolong Quinn. Jika anak kecil yang tadi kami temukan itu bukan Quinn, kami juga akan melakukan hal yang sama," ucap Luca asal saja agar Tiffany tidak terus-terusan merasa balas budi.
Joni langsung muncul untuk memberitahukan kalau mereka masih memiliki pertemuan di salah satu klub malam dengan para pembisnis. Pria itu tidak mau mengatakannya secara langsung di depan Tiffany.
"Tuan, kita harus segera berangkat. Mereka sudah menunggu kita di sana." Mendengar perkataan Joni membuat Tiffany terlihat sedih. Hal itu membuat Luca mengernyitkan dahinya. "Bukankah seharusnya ini kesempatan emas bagiku? Jika aku berhasil membuat Tiffany percaya padaku dan memandangku sebagai pria baik, dia tidak akan merasa curiga lagi jika putrinya aku bawa pergi," gumam Luca di dalam hati.
"Apa pertemuan malam ini penting?" Pertanyaan Luca lagi-lagi membuat Joni kaget. Jelas saja pertemuan yang dihadiri oleh Luca secara langsung sudah pasti penting karena pria itu pasti akan membunuh Joni jika sampai Joni mengajaknya untuk menghadiri pertemuan yang tidak menguntungkan sama sekali.
"Bos, anda sendiri yang meminta saya untuk mengatur pertemuan ini. Kenapa sekarang anda menanyakannya lagi kepada saya?" bisik Joni.
Luca berdehem pelan sembari merapikan penampilannya. "Batalkan semuanya. Aku memiliki urusan yang jauh lebih penting."
Tiffany yang mendengar hal itu langsung tersenyum
Wanita itu memalingkan wajahnya ke arah lain. "Baiklah, Tuan. Kalau begitu saya akan membuatkan kopi untuk Anda. Permisi," pamit Tiffany sebelum melangkah ke dapur.
Setelah memastikan Tiffany tidak akan mendengar pembicaraan mereka, Luca segera memandang ke arah Joni dengan wajah bingung. "Kenapa kau tidak mencegahnya pergi? Jika kita sampai terlambat dan mereka membatalkan pertemuan ini, kita akan rugi besar!" umpatnya dengan wajah kesal.
"Tuan, bukankah anda sendiri yang mengatakan kalau pertemuan ini batalkan saja. Anda baru saja mengatakannya beberapa detik yang lalu," ujar Joni dengan wajah frustasi.
"Tapi aku tidak serius mengatakannya. Aku hanya tidak mau dipandang sebagai pria sombong oleh wanita itu. Aku ingin dia percaya padaku. Dengan begitu aku bisa dengan mudah menjemput Quinn kapanpun aku ingin!" Tetap saja Luca tidak mau disalahkan.
"Kalau begitu Anda bertahan saja di sini sampai kopi yang dibuatkan oleh Nona Tiffany habis. Saya akan mengatur orang-orang yang ada di klub agar mau menunggu Anda," ucap Joni memberi solusi.
"Ide yang bagus. Cepat berangkat sekarang dan atur semuanya. Aku akan masuk lagi ke dalam. Setelah mengobrol beberapa kata aku akan pergi meninggalkan rumah ini. Setidaknya wanita itu tidak lagi memandangku sebagai pria yang sombong dan jahat!"
Luca segera masuk ke dalam rumah. Joni hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sikapnya selalu saja membuat susah orang lain. Tapi aku dibayar mahal untuk pekerjaan ini. Aku tidak bisa protes. Jika sampai Tuan Luca tahu kalau aku mengeluh, bisa-bisa posisiku ini digantikan oleh orang lain," ujar Joni sebelum pergi menuju ke mobil.
Emakmu kudu diksh paham Quinn babehmu udh jujur sampe malu loh 🤣🤣🤣🙈🙈🙈