Pernahkah kalian membayangkan, bagaimana rasanya bertemu mantan, yang tak lain merupakan cinta pertamamu?
Bella tak menduga jika ia kembali dipertemukan Arfa. Sosok mantan kekasih sekaligus cinta pertamanya, yang tak lain adalah Direktur baru tempatnya bekerja. Semula ia merasa percaya diri menganggap jika keadaan masih sama. Namun, sikap Arfa yang dingin dan ketus terhadapnya, membuatnya harus sadar diri, rasa percaya dirinya itu seketika terenggut dengan paksa. Bella memaksakan diri untuk membuang jauh-jauh perasaannya.
Namun, bagaimana jika keadaan justru membuatnya harus terus berdekatan dengan Arfa. Membuat rasa cinta itu tumbuh semakin besar. Seiring sesuatu alasan yang membuat Arfa berubah pun terkuak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arsyazzahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Romansa di Lapangan Golf
Setelah selesai dari toilet, Alana mengajak Bella menuju taman yang berada dalam hotel itu. Karena meski kembali bergabung dengan Arfa dan Dave, keduanya pun sama tidak akan mengerti apa yang dibahas. Keduanya duduk di sebuah kursi, tak jauh dari jangkauannya, terdapat lapangan golf di sana. Keduanya tetap asik mengobrol. Alana yang hamble dan baik membuat Bella merasa nyaman bertukar cerita. Namun, Alana menghentikan obrolannya mana kala melihat pemandangan tak jauh darinya.
“Sial! Kenapa otakku justru mengarah ke sana!” umpat Alana, mengetuk pelan kepalanya. Hal itu membuat Alana merasa heran, ia pun mengikuti arah pandang Alana. Di mana di sana terdapat seorang perempuan yang tengah bermain golf lalu dipeluk seorang lelaki dari arah belakang. Dan seketika Bella pun paham apa yang perempuan itu bayangkan.
“Ku pikir, kamu bisa mencobanya dengan Tuan Dave, Alana!” ujar Bella memberi saran.
Tampak Alana terkejut, lalu menjawab. “Dave itu orang sibuk. Mana sempat bermain hal seperti itu!”
“Kata siapa? Aku bisa menyempatkan bermain golf untukmu, sayang.”
Suara bariton Dave terdengar dari arah belakang. Bella dan Alana sontak menoleh, keduanya mendapati Dave, Zain dan, Arfa berada di sana.
“Dave,” desis Alana beranjak dari tempat duduknya, begitupun dengan Bella yang langsung mendekati Arfa dan mengambil tasnya. Karena tadi pas mau ke toilet mereka berdua memang meninggalkan tasnya masing-masing.
“Sudah selesai meetingnya kan Pak? Kita bisa pu–”
“Ayo Bella kita bermain. Kau bilang tadi juga penasaran kan?” ajak Alana.
Bella melongo seingatnya ia tidak mengatakan hal itu. Lalu ia menggeleng, “Tidak Nona, saya tidak bisa,” tolaknya. Di depan Arfa dan yang lainnya Bella kembali bersikap formal.
“Ahh mana seru kalau aku hanya bermain sendiri. Tenang saja, Pak Arfa pasti mau kan mengajarimu. Iya kan, Pak?” bujuk Alana dengan wajah memohon. Terdengar Dave berdecak mendengar aksi istrinya yang memasang wajah melas. Tampaknya Alana itu sangat pandai bersuara.
Tanpa di duga, Arfa pun mengangguk spontan menarik tangan Bella, mengikuti langkah kaki Alana.
“Ayo,” ajaknya setengah berbisik.
“Tapi, Pak...” Bella yakin jika ia bermain golf tidak akan bisa kembali ke kantor, sementara pekerjaannya menumpuk.
“Udah gak apa-apa.”
Bella dan Alana meletakkan tasnya di kursi. Seorang petugas mengambilkan peralatan bermain. Arfa dan Dave juga membuka jasnya.
Bella menatap Arfa tak berkedip. Meski hanya dalam balutan kemeja berwarna biru, Arfa tetap terlihat tampan. Ia jadi membayangkan bagaimana jika rasanya memeluk lelaki itu saat ini, apakah rasanya masih sama seperti dulu, hangat.
Eh tidak-tidak! kenapa otakku kotor sekali membayangkan ke arah sana. Jangan bermimpi kamu, Bella.
Rutuk Bella pada dirinya sendiri, bahkan ia sampai mengetuk-etuk kepalanya, demi mengenyahkan pikiran itu.
“Ayo Bell. Kamu kenapa? Sakit kepala?” tanya Arfa.
“Enggak Pak. Cuma–”
“Cuma apa?”
“Cuma kamu, eh!” Bella langsung menepuk bibirnya. Bahaya sekali mulutnya kalau dekat Arfa begitu bisa kelepasan. Ia memilih beranjak meninggalkan Arfa mengambil bola dan tongkat golf yang sudah tersedia.
Arfa menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Bella. “Cuma kamu. Emangnya judul lagu apa!” decaknya.
Bella mencoba bermain sendiri, selalu gagal. Tampak ia melirik ke arah Alana. Di mana Dave tengah mengajari istrinya. Mereka tampak mesra sekali. Entah kenapa otaknya jadi membayangkan jika ia dan Arfa akan...
“Biar saya ajari kamu,” seru Arfa tiba-tiba yang berdiri di belakang, langsung memegang tangan Bella. Sontak Bella langsung menoleh, dan...
Cup!!
Kedua mata Bella melotot mana kala bibirnya tak sengaja mengecup bibir Arfa, tepat saat keduanya saling menoleh. Tanpa disangka Arfa justru melepaskan tangan Bella, lalu meraih pinggang Bella dari samping. Arfa menekan bibirnya me lu mat nya semakin dalam, membuat Bella semakin hanyut pada permainan bibir sang atasan.
Tak jauh dari jangkauannya. Alana terkikik geli melihat adegan live itu. Lucunya ia meminta Zain untuk memotretnya. Dan Zain yang hanya hanya menurut saja. Dave menggelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya.