IG : embunpagi544
Kematian istri yang paling ia cintai beberapa saat setelah melahirkan kedua buah hatinya, membuat hati seorang laki-laki bernama Bara seolah membeku, dan dunianya menjadi gelap. Cintanya ikut ia kubur bersama mending sang istri. Alasan kenapa Bara masih mau bernapas sampai detik ini adalah karena kedua buah hatinya, si kembar Nathan dan Nala. Bara tak pernah sedikitpun berniat untuk menggantikan posisi almarhumah istrinya, namun demi sang buah hati Bara terpaksa menikah lagi dengan perempuan pilihan sang anak.
SYAFIRA seorang gadis berusia 20 tahun yang menjadi pilihan kedua buah hatinya tersebut. Syafira yang sedang membutuhkan uang untuk pengobatan adik satu-satunya dan juga untuk mempertahankan rumah dan toko kue kecil peninggalan mendiang ayahnya dari seorang rentenir, bersedia menikah dengan BARATA KEN OSMARO, seorang duda beranak dua. Mungkinkah hati seorang Bara yang sudah terlanjur membeku, akan mencair dengan hadirnya Syafira? Akankah cinta yang sudah lama ia kubur bersama mendiang sang istri muncul kembali?
"Aku menikahimu untuk menjadi ibu dari anak-anakku, bukan untuk menjadi istriku..." Bara.
"Lebih baik aku menikah dengan om duda itu dari pada harus menjadi istri keempat rentenir bangkotan dan bulat itu..." Syafira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 (Kikuk?)
Beberapa hari kemudian...
Syafira kembali menjalani rutinitas seperti biasanya. Hanya saja tugasnya kini bertambah, yaitu mengurus suami dan anak-anaknya. Pagi hari ia akan menyiapkan sarapan dan keperluan mereka. Semenjak percakapan waktu itu, Bara tak pernah lagi protes ketika Syafira melayani keperluannya. Mulai dari makan sampai mandi. Hanya saja, ia masih bersikap dingin dan jutek terhadap Syafira. Syafira tak keberatan dengan sikap suaminya itu, tapi ia yakin cepat atau lambat Bara akan melihatnya sebagai seorang istri.
"Pagi om, mau sarapan apa? Biar aku ambilin!" tawar Syafira seperti biasa ketika pagi hari di meja makan.
"Tidak perlu, saya buru-buru. Saya akan sarapan di kantor," ucap Bara.
"Kalau begitu, aku siapin buat bekal ya?" tawarnya.
"Tidak usah," tolak Bara.
"Nanti om bisa makan di kantor kalau ada waktu," ucap Syafira. Ia beranjak untuk mengambil tempat bekal. Bara hanya diam dan menunggu ketika Syafira menyiapkan bekal untuknya.
"Om nanti aku habis antar si kembar ke sekolah, mau ke toko. Sudah seminggu tidak ke sana. Habis itu sekalian mau ke makam ayah sama mbak olivia," ucap Syafira sambil menutup kotak bekalnya.
"Ke makamnya kapan-kapan saja, sama saya sekalian mau ke makam istri saya," ucap Bara, membuat Syafira tersenyum kecut, begitu mudahnya menyebut istri untuk almarhumah Olivia. Kapan bibir itu akan memanggilnya sebagai istri?
"Baiklah kalau begitu," ucap Syafira tersenyum tipis.
Syafira mengantar Bara ke mobilnya bersama Nathan dan Nala. Jika seperti ini mereka terlihat seperti sebuah keluarga bahagia. Seorang istri dan kedua anaknya mengantar suami dan ayah mereka menuju ke mobil, sungguh harmonis sekali pandangan orang yang hanya melihatnya sekilas. Tapi lihat apa yang terjadi setelah ini.
"Biar di antar sopir ke tokonya. Kamu kan belum bisa bawa mobil sendiri," ucap Bara.
"Tidak usah om, aku naik taksi saja nanti. Lagian aku udah kangen banget sama william. Nanti mau ajak dia jalan-jalan sebentar," ucap Syafira ambigu, yang mana membuat Bara mengerutkan keningnya.
"Katanya mau belajar jadi istri yang baik, tapi ini udah mulai ngomongin laki-laki lain di depanku," ucap Bara dalam hati.
"Terserah apa yang mau kamu lakukan. Yang penting jangan lupakan tugasmu sebagai ibu," ucap Bara lalu membuka pintu mobil.
"Daddy berangkat dulu," pamitnya terhadap si kembar tanpa lupa mencium pipi Nala dan mengacak rambut Nathan, karena ia tak suka di cium.
"Daddy kenapa cium Nala terus?" tanya Nala.
"Karena daddy sayang Nala," sahut Bara.
"Bunda kenapa tidak di cium juga daddy? Daddy tidak sayang sama bunda?" tanya Nala bingung.
"Ehem! Gimana om? Sayang tidak?" goda Syafira, menyodorkan pipinya. Bara menatapnya tajam.
"Bunda bau belum mandi," ucap Bara asal. Membuat Syafira berdecak. Padahal Bara tahu kalau dia sudah mandi tadi gantian dengannya.
"Om,"
"Apa lagi?"
"Salim, ih kebiasaan. Biasakan kalau mau kerja tuh pamit dan salim sama istri, biar berkah, lancar kerjanya," Ujar Syafira tersenyum.
Bara mengulurkan tangannya dan di sambut oleh Syafira.
"Apa lagi?" Sarkas Bara ketika Syafira masih tampak menunggu sesuatu dari Bara.
"Jangan bilang minta di cium beneran," batin Bara percaya diri.
"Salamnya mana," ujar Syafira, mematahkan ekspektasi Bara.
"Assalamualaikum," ucap Bara dan langsung masuk ke mobil.
"Kalau pergi jangan lupa waktu. Apa lagi sama cowok. Jaga nama baik keluarga," pesan Bara, membuat Syafira bingung dengan ucapannya.
"Hati-hati daddy," ucap Nathan di balas anggukan oleh Bara.
🌼🌼🌼
Syafira beneran ke toko setelah mengantar si kembar berangkat ke sekolah. Ia meminta sopir si kembar untuk pulang saja, lalu ia beralih ke taksi online yang sudah di pesannya. Syafira tak begitu suka jiak kemana-mana di antar sopir, seperti tidak bebas, membiarkan orang menunggu, pikirnya.
"Mbak Fira!" seru Rani menyambut kedatangan Syafira.
"Aku kangen banget sama mbak Fira," ucapnya
"Aku juga kangen Ran, gimana kabar toko?"
"Lumayan ramai mbak, kadang saya sampai kewalahan," jawab Rani.
"Mbak Fira makin cantik ya setelah menikah, maklumlah pengantin baru, pasti lagi senang-senangnya," imbuh Rani. Seandainya apa yang di katakannya benar adanya. Huh, Syafira hanya bisa mendesah dan tersenyum. Tak perlu orang lain tahu seperti apa rumah tangganya bersama Bara.
"Hari ini aku ajarin kamu buat resep baru ya, biar nanti kalau aku sibuk dan ada pesanan, kamu bisa menghandlenya," ucap Syafira.
"Iya mbak, kemarin sempat ada yang mau pesan kue yang terakhir mbak Fira buat itu, tapi saya tolak, soalnya saya belum bisa. Mau bilang ke mbak Fira juga tidak enak, pasti mengganggu, secara mbak Fira baru saja menikah," jelas Rani.
"Iya nggak apa-apa. Nanti aku ajarin,"
Setelah mengecek toko dan mengajari Rani, Syafira menghubungi kedua sahabatnya untuk di ajak jalan-jalan motoran.
"Jalan yuk, kangen nih pengen jalan-jalan bawa william," ucap Syafira ketika kedua sahabatnya sudah mengangkat video callnya.
"Cieeee pengantin baru, nggak sibuk bikin baby nih. Tumben ingat sama kita," celetuk Shinta.
"Apaan sih, nggak jelas banget. Mau nggak nih? Mumpung aku ada waktu, tapi kalian juga bawa motor, kalau bawa mobil nggak asyik," ujar Syafira.
"Okelah kalau begitu, kebetulan aku juga bosan di rumah," ucap Mia.
🌼🌼🌼
Ketiga sahabat itu berjalan-jalan dengan membawa scooter masing-masing. Mereka berhenti di sebuah cafe tempat biasa mereka nongkrong, sekedar buat ngobrol.
"Eh gimana gimana nih, ada cerita apa dari pengantin anget?" tanya Shinta sambil menunggu minuman yang mereka pesan datang.
"Enggak ada cerita Shinta, emang apa yang mau di ceritain?" sahut Syafira.
"Ya itulah Fir, gimana rasanya?" Shinta menghubungkan kedua jari telunjuknya.
"Itu apa sih? Kalau tanya yang jelas mbul, gagal paham nih," timpal Mia.
"Huh, nggak pekaan ih dasar markonah. Itu, maksudnya malam pertama. Secara om duda kayaknya bule-bule gitu, itunya gimana? Panjang nggak? terus gimana rasanya? Bagi pengalaman dong, siapa tahu nanti aku dapat suami bule juga," ucap Shinta mulai mengkhayal.
"Astaghfirullah Mbul, nyebut napa. Segala begituan di tanyain. Eh tapi penasaran juga sih. Cerita dong Fir, siapa tahu kak Varel nyangkut nanti, belajar teori dulu bolehlah," ucap Mia.
"Enggak ada cerita," jawab Syafira.
"Ih Fira mah gitu, nggak mau berbagi pengalaman sama sahabat sendiri," rengek Shinta.
"Emang nggak ada cerita Shinta Aulia Sanjaya,"
"Jangan bilang kalian belum, 'kikuk?" Shinta kembali menghubungkan kedua jari telunjuknya.
"kikuk apaan? Canggung?" Mia tak mengerti.
"Kikuk itu maksudnya, kayak yang pria sama wanita menyatukan alat reproduksi mereka. Kayak yang di jelaskan guru biologi kita dulu. Secara saumi Fira kan kayak import gitu orangnya, pasti itunya juga import," jelas Shinta. Membuat Syafira dan Mia tersedak minuman yang baru saja datang dan mereka minum.
"Astaghfirullah Shint, begituan di bahas, berdosa banget tahu nggak sih," tukas Syafira.
"Tahu nih anak, lagian dapat wangsit dari mana coba nih bocah kata-kata 'kikuk' itu. Tahunya kita ya canggung artinya," sambung Mia.
"Enggak apa-apa kali, biar bisa buat pengetahuan cara reproduksi manusia secara langsung dari yang sudah pengalaman bukan hanya sekedar teori," ucap Shinta.
Syafira dan Mia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat wajah sahabat mereka dengan lugasnya bicara begituan tanpa urat malu.
"Eh gimana Fir, belum di jawab. Beneran udah apa belum nih, kikuknya?" Shinta masih ingat saja.
Syafira menggeleng.
"Kalaupun sudah, aku juga tidak akan cerita, Privasi, nggak baik begituan di umbar," ucapnya.
"Yah, penonton kecewa," ucap Mia dan Shinta bersamaan.
🌼🌼🌼
gak salah memang bara, kamu tuh gak perlu melupakan almarhumah istrimu karena bagaimana pun kisah kalian itu nyata. dia orang yang kau cintai.
tapi kan sekarang kau dah menikah, maka cobalah buka perasaan mu buat istri mu.
jangan lupakan almarhumah istrimu, namun jangan juga terus membayangi pernikahan mu yang baru dengan almarhumah istri mu
cukup dihati dan di ingatan aja.
gak mudah memang tapi bagaimana pun, istri mu yang sekarang berhak untuk dapat cintamu.
saya relate sih, mungkin bukan dalam hubungan suami istri lebih tepatnya ke ibu.
Ibu saya meninggal 2 tahun lalu dan ayah saya menikah lagi.
saya awalnya gak senang dengan dia, tapi ibu sambung saya itu baik.
dulu awal, saya selalu bilang Mak lah, Mak lah ( maksudnya ibu kandung saya)
tapi perlahan saya tidak ungkit2 Mak kandung saya di depan ibu tiri saya untuk menjaga perasaannya.
cukup saya ingat dalam hati saya aja.