Niat hati, merantau ke luar negeri untuk merubah nasib. Namun karena suatu kejadian, dua pemuda polos nan lugu itu malah terlibat dalam kehidupan asmara enam janda muda. Mampukah mereka lepas dari jeratan janda yang penuh pesona? Atau mereka terjerumus dalam larutnya dunia para janda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikmati Suasana
Yoyo hanya terpaku dan terdiam mendengar cerita menyedihkan dari majikannyya. Yoyo belum mendapatkan kata yang pas untuk mengomentari cerita A win. Dia hanya bisa mengusap kepala Binbin dengan perasaan iba.
A win juga terdiam. Menceritakan masa lalu yang pahit, sama saja dengan membuka luka lama yang dia pendam hampir satu tahun belakangan ini. Matanya memandang lekat dua laki laki dihadapannya. Yoyo yang sedang mengusap kepala Binbin dengan lembut, dan Binbin yang sepertinya hendak terlelap karena sentuhan lembut di kepalanya membuaatnya ngantuk. Gemuruh yang sempat hadir di dadanya pun berangsur pergi, saat mata itu memandang memandang interaksi dua pria beda usia itu.
"Sepertinya Binbin mau tidur, biar aku siapkan susu dulu," ucap A win. Tanpa sadar kalau kakinya sedang terluka, A win langsung berdiri. "Awhh! Aduh!"
Yoyo langsung menoleh karena kaget. "Miss kenapa?"
A win meringis sambil mengusap pergelangan salah satu kakinya yang sakit. "Aku lupa kalau kakiku lagi sakit. Tadi langsung berdiri aja buat ambil susu."
"Biar aku saja yang ambil susu," ucap Yoyo dan dia langsung berdiri menuju meja dekat tempat tidur anak dan langsung meracik susu. Tak butuh waktu, susu itu sudah siap dan segera dia kasih ke bocah limat tahun itu. "Nih susunya, Jagoan?"
"Makasih, Om," balas Binbin agak bergumam karena sudah sangat ngantuk. Bocah kecil itu langsung saja menyesap botol susunya dengan mata yang mulai terpejam.
Yoyo pun tersenyum, lalu dia menoleh ke arah manijikannya yang sedang memihat pergelangan kaki. "Sini, aku bantu pijat, Miss," Yoyo menawarkan bantuan karena melihat A win seperti kesusahan memijat kakinya.
Yoyo bergeser mendekat ke arah sofa dimana A win berada. Sedangkan wanita itu meluruskan kakinya yang sakit dan kaki satunya berpijak pada lantai. Karena kaki yang agak membentang, otomatis pakaian longgar a win yang panjangnya di atas lutut, bagian bawahnya agak naik ke pinggang. Tentu saja apa yang ada di balik pakaian itu pun sontak terlihat.
Otomatis, Yoyo yang duduk dilantai dengan wajah menghadap a win, melihat dengan jelas pemandangan indah yang tak sengaja tersaji di hadapannya. Dengan tangan yang memijat pelan pergelangan kaki A win, mata Yoyo terpaku menatap pemandangan yang ada di depan matanya. Meski agak hitam, tapi bagi lelaki, itu tetap indah. Sedangkan si pemilik keindahan, matanya terpejam sambil meringis menahan sakit akibat pijatan Yoyo. Dia tidak sadar kalau pria yang memijat kakinya juga sedang memandang miliknya.
Sedangkan di lain tempat, Tito kini sedang berada di pusat hiburan dan belanja bersama A moy dan Zoe. Setelah mengunjungi orang tuanya, Zoe merengek minta mampir ke sana. A moy yang tidak tega dengan rengekan Zoe, akhirnya mengabulkan permintaan anaknya itu. Apa lagi A moy tahu, dia jarang punya waktu luang untuk anaknya.
Dan disinilah sekarang mereka berada. Di salah sayu pusat perbelanjaan yang terlihat sangat ramai oleh pengunjung. Mungkin karena akhir pekan, tempat itu saat ini begitu sangat ramai, hingga tubuh Zoe pun garus Tito gendong di atas pundaknya.
"Mom, lihat, Zoe! Zoe tinggi sekali!" seru bocah lima tahun itu dengan riangnya.
"Ah iya," balas A moy. "Tapi hati hati loh! Pegangan yang kencang, nanti Zoe jatuh."
"Siap, Mom. Nih pegangan tangan Om Tito," balas Zoe sambil menunjukan tautan tangannya di tangan Tito yang terangkat satu. "Om, kita ke pusat permainan ya!"
"Dimana letaknya?"
"Ada di lantai atas," A moy yang menjawab.
"Oh, oke! Yuk kit jalan!" seru Tito.
"Siap!" sahut Zoe dengan lantang dan mereka segera pergi. Sedangkan A moy hanya mampu menggelengkan kepalanya beberapa saat sambil tersenyum, lalu dia menyusul dua pria beda usia itu.
"Om, Mommy ketinggalan!" seru Zoe beberapa menit kemudian.
Langkah kaki Tito sontak saja langsung berhenti dan berbalik badan. "Ah iya, Mommy nggak kelihatan Zoe!" mata kedua pria beda usia langsung jelatan mencari A moy diantara banyaknya orang.
"Itu dia!" seru Zoe. "Mommy!"
A moy yang memang sudah melihat keberadaan anaknya pun langsung tersenyum dan segera melangkah menyusul Zoe.
"Hahaa ... Mommy ketinggalan," Zoe malah tergelak begitu A moy sudah berdidri dihadapannya.
"Iya, Mommy ketinggalan. Zoe jalannya cepet banget," A moy pura pura merajuk.
"Hahaha ... Om, tangan Mommy digandeng Om juga, agar Mommy nggak ketinggalan lagi!"
Deg!
Tito dan A moy langsung saling berpandangan dengan rasa terkejut.
...@@@@@@@...
semangat
author bikin cerita nya nalar dikit
canda aja thoor