Panglima perang Lei Guiying menyusun rencana menyusup menjadi pengantin wanita agar dapat melumpuhkan musuhnya. Namun siapa sangka aliansi pernikahan yang seharusnya menuju negara Menghua. Justru tertukar dan harus menikah di negara Dingxi sebagai Nona Muda pertama dari kediaman Menteri yang ada di negara Menghua.
Lei Guiying menikah menjadi selir pangeran kesembilan. Begitu banyak intrik dan sekema besar terus terikat. Membuat gadis itu harus terus bertahan menjadi seorang pengantin aliansi dari negara lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Strategi lanjutan
"Huh..." Lei Guiying menjatuhkan tubuhnya di atas rerumputan di taman. Kedua pandangan matanya terhalang tetesan air hujan yang masih sangat deras jatuh dari langit. Setelah beberapa saat gadis itu bangkit lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Pelayan Zue er berjalan mendekat. "Selir Li, saya sudah menyiapkan air hangat untuk anda."
"Baik." Lei Guiying masuk ke dalam kamar mandi melepaskan setiap lapisan gaunnya. Dia menyelamkan tubuhnya kedalam bak mandi. Merasakan air hangat yang sangat nyaman. Pada saat kembali ke permukaan, dia menyandarkan tubuhnya pada pembatas bak mandi. 'Semua akan semakin rumit jika aku tetap pergi ke perbatasan. Tapi tidak ada alasan yang dapat di gunakan untuk tetap tinggal,' gumamnya dalam hati.
"Zue er." Memanggil pelayannya.
"Selir Li, apa anda membutuhkan sesuatu?" ujar suara dari balik pintu yang langsung terhubung dengan kamar utama.
"Aku ingin berendam lebih lama. Kamu tetaplah berjaga di sana," kata Lei Guiying memberikan perintah.
"Baik."
Lei Guiying keluar dari dalam bak mandi. Dia memakai gaun yang telah di siapkan. Perlahan gadis itu keluar dari jendela menuju ke halaman belakang kediaman. Sekalipun penjagaan semakin di perketat tetap saja dapat di tembus dengan mudah. Gadis itu pergi menuju ke hutan belakang. Sesampainya di sana dia meniup peluit isyarat untuk memanggil pasukan rahasia yang ia tempatkan di Ibu Kota.
Gerakan cepat terdengar, "Panglima." Seorang pria datang lalu berlutut.
"Kamu bisa bangkit."
"Baik." Pria itu bangkit setelah mendapatkan perintah.
"Aku akan segera pergi ke perbatasan. Kalian bisa mendengarkan setiap perintah Heng Liang. Bagaimana mata-mata yang ada di istana?" Lei Guiying menatap tenang melihat kearah kumpulan awan hitam yang masih sangat pekat di langit siang itu.
"Panglima, untuk saat ini semua dalam keadaan aman. Enam mata-mata telah berhasil masuk ke istana. Dan satu di antaranya sudah dapat menjadi pelayan di istana Kaisar. Namun kami mendapati ada pergerakan aneh di istana dalam yang di tempati Ratu Chu Hua. Pergerakan pasukan di sana terus di lakukan silih berganti. Bahkan lebih ketat dari istana penguasa negara itu sendiri. Kami mencurigai akan ada perubahan besar dalam waktu dekat ini." Pria itu yang merupakan ketua utama pasukan rahasia menjelaskan secara mendetail.
Kedua alis Lei Guiying menyatu setelah mendengar penjelasan itu. "Jika senjata paling mematikan di lempar ke tempat yang jauh. Tentu saja Ibu Kota tidak akan mampu menahan serangan dari luar atau pun dari dalam. Tapi aku juga yakin jika Pangeran kesembilan sudah mengetahui masalah ini. Kita orang luar hanya dapat melihat sebagai penonton. Dan memanfaatkan situasi yang ada agar bisa menemukan celah."
"Panglima berniat menguasai negara ini?"
Lei Guiying tersenyum mendengar pertanyaan itu. Dia menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Tidak. Aku hanya ingin memanfaatkan tangan dari penguasa di negeri ini untuk melawan penguasa Menghua." Menghirup udara segar yang tercium setelah hujan membasahi dedaunan. "Meminjam kekuatan musuh untuk menghilangkan musuh lainnya. Tentu akan memberikan kita keuntungan yang lebih sempurna."
Pria itu tersenyum senang mendengarkan strategi dari panglima perangnya. "Panglima bijaksana. Saya akan mengawasi setiap gerakan yang terjadi di istana tanpa ada yang terlewatkan."
Gaun yang di kenakan Lei Guiying berkibar indah di tubuhnya. "Jika bisa, kirim juga orang untuk mengawasi semua pangeran dan tuan putri. Negara Dingxi memang besar juga memiliki kekuatan yang tidak bisa di remehkan. Tapi perpecahan di dalam istana hanya akan membawa bencana untuk negara itu sendiri. Kita juga dapat memanfaatkan situasi dari kerenggangan yang terjadi." Gesekan dedaunan terdengar semakin kuat di saat angin berhembus kencang.
"Baik."
"Beritahukan juga kepada Heng Liang, minta dia untuk tetap mengawasi adik laki-laki ku. Dia bisa saja membuat kekacauan yang lebih parah jika di biarkan. Kita sudah melangkah sejauh ini. Aku tidak ingin ada kesalahan lagi." Dari kejauhan dia mendengar suara langkah samar namun cepat mendekat kearah mereka. "Cepat pergi."
"Baik." Ketua utama pasukan rahasia langsung pergi menghilang di antara rimbunnya dedaunan.
Krekkk...
Lei Guiying menyobek gaun di lapisan luarnya. Dia juga mengoleskan lumpur pada tubuhnya. "Tunggu, jangan lari." Gadis itu berlari cukup kuat. "Berhenti."
Bbrukkk...
Dia terjatuh setelah tergelincir di tanah yang licin. Luka di pergelangan tangannya juga kembali terbuka. Kaki kirinya terasa sakit di saat akan ia gunakan untuk bangkit. Dari belakang langkah kaki terdengar semakin mendekat. Dia melihat suaminya dengan jubah tebal menatap dingin kearahnya. Lei Guiying berusaha untuk bangkit dari tanah berlumpur, "Isisss... Aaa..." Desis rasa sakit terdengar. Suaminya mengulurkan tangan kanannya. Dengan berat hati dia meraihnya dan mencoba untuk bangkit kembali. Namun dia tetap tidak mampu menopang tubuhnya dengan kuat.
Shui Long Yin tanpa bersuara langsung mengangkat tubuh istrinya ke dalam dekapannya. Dia membawanya kembali.
"Kamu tidak ingin tahu mengapa aku ada di sana?" ujar Lei Guiying merasa penasaran dengan sikap suaminya.
"Jika aku bertanya, apa kamu akan mengatakannya?" Shui Long Yin menatap kearah mata yang tepat satu jengkal dari wajahnya.
Lei Guiying terdiam untuk beberapa saat lalu dia berkata, "Pangeran kesembilan, kediaman mu sangat tidak aman. Bahkan orang asing bisa datang mengintip istri mu yang sedang mandi." Perkataan itu menghentikan langkah suaminya. "Aku curiga kamu meminta orang mu untuk berlaku kurang ajar dengan ku."
Shui Long Yin melanjutkan langkahnya tanpa menyangkal atau membantah perkataan istrinya. Pria muda itu membopong tubuh istrinya masuk ke dalam kamar.
"Selir Li, kenapa anda dari luar?" Pelayan Zue er terkejut melihat kedatangan Pangeran kesembilan bersama Selir Li yang ada di dalam gendongan.
"Siapkan kembali air hangat serta obat untuk luka," ujar Shui Long Yin sembari meletakkan tubuh istrinya ke tempat tidur.
"Baik." Pelayan Zue er mengambil kotak obat lebih dulu. Baru meminta para pelayan untuk ikut bersama dirinya menyiapkan air hangat.
Di dalam ruangan kamar, Shui Long Yin tetap diam di saat dia membantu istrinya mengoleskan obat dan mengikatkan perban pada luka. Tidak ada percakapan di antara keduanya. Lei Guiying juga terdiam menatap suaminya.
Pelayan Zue er masuk kembali, "Pangeran kesembilan, Selir Li. Air hangat sudah siap."
"Kamu bisa pergi. Minta semua orang juga pergi." Shui Long Yin bangkit dari tempat tidur.
"Baik." Setelah mendapatkan perintah semua pelayan menjauh dari ruangan kamar Selir Li.
"Kamu juga bisa kembali." Lei Guiying menahan tangan yang akan menyentuh kakinya. "Pangeran kesembilan, aku bisa melakukan semuanya sendiri. Bantuan yang kamu berikan terlalu berharga. Aku tidak membutuhkannya." Namun ucapannya tidak mendapatkan respon dari suaminya. Pria muda itu melepaskan sepatu yang ia kenakan. Memijat pergelangan kaki yang sudah membengkak.