NovelToon NovelToon
Secercah Asa Untuk Utari

Secercah Asa Untuk Utari

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: emmarisma

Kehidupan yang semula diharapkan bisa mendatangkan kebahagiaan, rupanya merupakan neraka bagi wanita bernama Utari. Dia merasakan Nikah yang tak indah karena salah memilih pasangan. Lalu apakah Utari akan mendapatkan kebahagiaan yang dia impikan? Bagaimana kisah Utari selanjutnya? simak kisahnya di sini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21. Kembali Ke Kota Kelahiran

Bian, Dewa dan papa Tama secara spontan panik mendapat kabar dari mama Sukma. Terlebih lagi Bian, ia dilarang memberitahu hal ini pada Utari. Tentu saja dia tidak setuju. Bagaimana pun juga Utari adalah ibu Nisa. Dia berhak tahu mengenai kondisi Nisa.

Bian baru memarkirkan mobilnya di depan rumah. Tadinya dia ingin melakukan pengecekan di bisnis Laundry miliknya, tapi sepertinya biar orang kepercayaannya saja yang melakukan.

Bian masuk ke dalam rumah, aroma harum kue menguar dan membuat perutnya seketika keroncongan. Bian segera masuk ke dapur dan mendapati Utari ada di sana.

"Kamu buat apa, Tari?"

"Ini kering kesukaan Nisa, Bi."

Mendengar Utari menyebut nama Nisa, Bian duduk dengan ragu sambil menatap Utari dalam-dalam.

"Kenapa, sih, Bi?"

Utari melepaskan sarung tangannya dan duduk di depan Bian. Dia merasa penasaran, sekigus merasakan firasat tak baik akan hal ini.

"Cepat ngomong, Bi. Ada apa?"

"Tari, aku mau bilang sama kamu, tapi kamu ga boleh panik. Janji dulu."

Melihat wajah serius Bian, jantung Utari berdebar kencang. Entah mengapa pikirannya langsung tertuju pada Nisa.

"Ini soal Nisa 'kan? Apa yang terjadi dengan Nisa, Bi?" tanya Utari, panik.

Bian buru-buru menahan bahu Utari. "Kamu tenang dulu. Kalau kamu panik, aku ga akan beritahu kamu."

Utari seketika diam dan menatap Bian dengan linglung. Bian memandang Utari dengan lembut.

"Tadi mama mengirim pesan, katanya Nisa demam, tapi mama sudah panggil dokter untuk memeriksa Nisa."

"Demam," gumam Utari.

"Bi, bawa aku ke sana. Aku mau ketemu Nisa. Atau bantu aku pesan tiket untuk ke sana. Aku harus lihat Nisa."

"Sabar, Tari. Nisa pasti baik-baik saja. Kamu beneran mau ke sana? Ga jadi menunggu surat cerai turun?"

"Ga usah, itu ga penting lagi sekarang. Aku mau lihat Nisa."

"Ok, kalau begitu kamu selesaikan dulu bikin kuenya. Nanti kamu bisa bawain kuenya buat Nisa. Siapa tahu setelah makan kue dia bisa sembuh," kata Bian.

Utari mengangguk dan tidak mendebat sepatah kata pun ucapan Bian. Dia kembali sibuk membuat kue dengan perasaan campur aduk.

Di rumah sakit, Iqbal terbangun dan menangis. Akmal yang baru datang langsung menghampirinya dan memeluk Iqbal.

"Ada apa, Iqbal."

"Mama, mama." Iqbal menangis sembari mencari keberadaan Hana. Akmal mencoba menenangkan Iqbal. Namun, bocah itu tetap terus menangis sambil memanggil mamanya.

"Dimana, sih, Hana?" Akmal menggerutu sambil menggendong Iqbal. Saat Akmal keluar dari ruang perawatan, dia berpapasan dengan Hana. Perempuan itu membawa sekantong belanjaan.

"Kamu dari mana? Emang ga ada otak, ya. Bisa-bisanya ninggalin Iqbal sendirian di sana. Kalau ada apa-apa sama Iqbal gimana?"

Hana hanya diam dan menatap Akmal tajam. Dia bahkan tidak melirik Iqbal yang menangis sesenggukan. Hana meletakkan belanjaannya di meja dan mulai mengeluarkan isinya.

"Hana." Akmal manggil Hana dengan gigi terkatup. Namun, Hana benar-benar mengabaikan Akmal.

Dia dulu memang jatuh cinta pada Akmal, tapi itu dulu saat Akmal menjadi milik Utari, tapi sekarang, setelah dia tahu bukan Akmal yang mencampakkan Utari, tapi justru sebaliknya, Hana merasa Akmal tidak se istimewa itu, apalagi kemarin dia membiarkan ibunya menampar dirinya. Hana sungguh benci dengan laki-laki yang kasar dan tidak bisa membela istrinya.

"Hana, Iqbal dari tadi mencarimu."

"Sekarang aku udah di sini 'kan? Jadi ga usah berisik, Mas. Aku malu sama orang-orang yang ada di sini," kata Hana.

"Kamu kenapa jadi begini, sih?"

"Kamu pikir aja sendiri, Mas." Hana mengambil Iqbal dari gendongan Akmal. Dia mendudukkan Iqbal di atas ranjang dan mulai membuka plastik yang tadi dia bawa.

Akmal menggaruk kepala belakangnya dengan kesal. Karena tak ingin membuat keributan lagi, pria itu pun akhirnya memutuskan untuk pergi dari ruangan rumah sakit.

Akmal memilih pergi ke rumah ibunya dari pada pusing memikirkan Hana. Setibanya di rumah sang ibu, Akmal langsung di suruh makan.

"Makan, Mal. Ibu sudah masak enak hari ini."

"Emang ibu masak apa?"

"Balado telur kaya di rumah makan padang, gitu." Bu Dewi berdiri dan menatap putra kebangaan dengan senyum lebar, "Ibu ambilin, ya."

Akmal mengangguk sebagai tanda persetujuan. Setelah ibunya kembali membawa sepiring nasi dan telur balado, Akmal pun makan dengan lahap. Bu Dewi tampaknya senang melihat napsu makan putranya yang besar.

"Gimana, Mal? Kamu udah ada ide buat ngehubungin Utari belum?"

"Belum, Bu."

"Kamu, nih yang gercep, dong," ujar bu Dewi gemas. Dia lantas mengeluarkan sebuah kartu nomor baru. sambil tersenyum, "Nih, ibu dah beli nomor baru. Setelah makan kamu telepon dia.

"Bu, kamu yang terbaik."

"Oh, jelas."

Kedua ibu dan anak itu menyusun strategi mereka masih bermimpi bisa membawa Utari kembali ke tengah-tengah mereka.

Mereka tidak tahu saja, Utari sudah dalam perjalanan menuju ke kota kelahirannya bersama Bian.

Utari mengemas beberapa baju dan oleh-oleh untuk Nisa juga sudah dibawa serta. Utari tampak gugup, sudah lama dia tidak kembali ke kota asalnya.

Dalam perjalanan, Utari dan Bian lebih banyak diam. Sesekali Bian melirik Utari, tapi dia tidak tahu bagaimana memulai percakapan. Ia khawatir membuat Utari merasa terganggu.

Utari menyadari jika Bian sering mencuri pandang ke arahnya. Dia menoleh dan bertanya.

"Ada apa, Bi?"

"Tari, aku .... "

"Kamu kenapa?"

Bian tiba-tiba melengkungkan bibirnya dan menggeleng. "Ga jadi."

"Apa, sih, Bi. Ga jelas banget."

Bian terkekeh melihat Utari memasang wajah kesal. "Maaf, Tari, aku cuma bingung aja gimana mau mulai pembicaraan."

"Kan ngomong tinggal ngomong, Bi."

Bian menggaruk kepala belakangnya dan tertawa. Utari cemberut diisengi pria itu.

Setibanya mereka di kota kelahiran Utari, hari sudah malam. Utari menatap jalanan kota dengan perasaan campur aduk.

Setetes air mata mengalir di pipinya. Utari mengenang masa lalunya dulu saat dia diusir oleh orang-orang yang menyebut dirinya keluarga.

Saat itu, setelah orang tuanya dimakamkan, beberapa kerabat tampak sangat peduli padanya, tapi ternyata di hari berikutnya dia diusir dengan kejam dan dia sama sekali tidak tahu, apa kesalahan keluarganya sampai-sampai mereka memperlakukan dirinya sejauh itu.

"Tari," suara Bian yang lembut membuyarkan lamunan Utari. Wanita itu mengusap air matanya dan menoleh ke arah Bian dengan mata merahnya.

"Ya. Ada apa?"

"Kita sudah sampai. Apakah kamu tidak ingin turun?"

Utari terkesiap, melihat ke luar jendela. Dia baru sadar jika mereka sudah masuk ke dalam halaman rumah Bian.

Bian dan Utari keluar dari mobil bersamaan. Mama Sukma segera membuka pintu saat mendengar suara mobil berhenti di halaman.

"Ibu." Nisa tiba-tiba berlari memeluk Utari. Mama Sukma dibuat terkejut oleh gadis kecil itu.

"Nisa, kenapa keluar, Nak?"

1
Widia Sari
lanjut
Widia Sari
lanjut lagi dong
kaila
lanjut kak
Apthiana Devi
semua cerita2 nya bagus...
Ati Rohayati
Luar biasa
kaila
lanjut
kaila
lanjut kak
jiannafeeza 2201
jangan bilang dewa suka sm utari
utari pokoknya untuk Bian gak boleh sm yang lain 😁
jaran goyang
𝚍𝚎𝚠𝚊 𝚗𝚘 𝚢𝚊 𝚗𝚘
jaran goyang
𝚙𝚜𝚝 𝚍𝚊 𝚢𝚐 𝚖𝚗𝚌𝚕𝚔𝚊𝚒.... 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚖𝚒𝚜𝚝𝚎𝚛𝚒𝚞𝚜
jaran goyang
𝚐𝚔 𝚍𝚊 𝚘𝚝𝚊𝚔
Widia Sari
dasar si ibu gak tau malu
ni karena mau merasakan kekayaan utari makanya di bujuk utari buat rujuk sm si akmal ...
Bagus utari jawaban yang bagus biar kapok tuh si ibu
jaran goyang
𝒓𝒔𝒌𝒏..𝒏𝒆𝒙𝒕
kaila
lanjut kak
Widia Sari
lanjut lagi dong
kaila
lanjut kak
kaila
lanjut
kaila
lanjut kak
Widia Sari
lanjut lagi dong kk
kaila
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!