NovelToon NovelToon
Anak Kembar CEO Amnesia

Anak Kembar CEO Amnesia

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Anak Genius / CEO Amnesia
Popularitas:7.9M
Nilai: 4.7
Nama Author: Rosma Sri Dewi

Clara mengetahui dirinya mengandung setelah bercerai dengan suaminya Bara yang menikah dengannya di saat pria itu mengalami amnesia.Clara akhirnya melahirkan dua anak laki-laki kembar.
Di saat sedang membawa kedua bayinya jalan-jalan di taman, Clara kehilangan salah satu bayinya yang ternyata ditemukan oleh Bara, sang mantan suami. Bara yang biasanya tidak terlalu menyukai anak kecil, entah kenapa dia menyukai bayi yang ditemukannya dan memutuskan untuk mengangkatnya sebagai anak. Setelah besar, anak-anak yang dilahirkan Clara ternyata memiliki IQ tinggi.Tanpa sengaja anak-anak kembar itu bertemu di suatu tempat, karena suatu hal akhirnya mereka berdua bertukar posisi.Yang bersama Clara,tinggal dengan Bara dan begitu juga sebaliknya. Di saat sedang bertukar posisi,mereka mengetahui sebuah rahasia.
Rahasia apakah itu? apakah anak kembar itu akan berhasil mengungkapkan rahasia itu dan menyatukan kembali Clara dan Bara?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bimo panik

Bima menatap kepergian Tania dan Tristan dengan seringaian tipis di sudut bibirnya.

"Bimo, kamu sekarang hebat ya!" tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang, hingga membuat anak kecil itu terjengkit kaget.

Bima sontak menoleh ke belakang, dan melihat ada Michelle, anak kecil perempuan yang katanya Bimo adalah satu-satunya anak yang mau berteman dengannya. Michelle menyunggingkan senyum manis ke arahnya, yang membuat Bima bingung mau membalas senyum itu atau tidak.

"Bimo, kenapa kamu diam?" Michelle mengibas-ngibaskan tangannya tepat di depan wajah Bima.

Bima sontak tersadar dari alam bawah sadarnya dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Jadi aku harus apa?" tanya Bima dengan bodohnya.

Michelle mengrenyitkan keningnya, bingung.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu? biasanya kamu kan selalu balas kalau aku tersenyum? tadi kamu tidak melakukan hal itu. Bukan cuma baru saja, mulai dari masuk kelas setiap aku tersenyum ke kamu, kamu menatapku seperti tidak mengenalku sama sekali. Kamu benar-benar tidak seperti Bimo yang biasanya. Kamu pokoknya aneh," Michelle mulai mengungkapkan uneg-unegnya.

Bima kembali terdiam untuk beberapa saat, memejamkan matanya sekilas, lalu berusaha untuk menerbitkan senyumnya, walaupun sedikit terpaksa setidaknya anak perempuan di depannya itu sudah kembali tersenyum bahagia.

"Nah gitu dong!"sorak Michele dengan wajah berbinar. " Kalau begitu, ayo pergi dari sini!" imbuh Michele kembali sembari meraih tangan Bima.

"Eh, eh kita mau kemana?" Bima menepis tangan Michelle karena dia benar-benar merasa risih.

Michelle tidak langsung menjawab. Anak perempuan itu menatap Bima dengan tatapan penuh tanya.

"Kenapa kamu jadi aneh seperti ini? kalau jam istirahat seperti ini, kita kan biasanya ke kantin buat beli makanan." jelas Michelle.

"Oh, seperti itu? benar-benar membosankan ternyata," gumam Bima dengan sangat pelan tapi masih bisa didengar oleh Michelle.

"Membosankan? maksudmu aku membosankan ya?" cetus Michele dengan mata yang mulai berkaca-kaca, ingin menangis.

"Bu-bukan seperti itu! A-aku memang ...." Bima kembali menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Ya udah, kalau aku memang membosankan aku pergi saja sendiri," Michelle mengerucutkan bibirnya.

"Oh, ya udah! hati-hati ya!" bukannya membujuk Michelle, Bima malah menunjukkan seolah-olah dia memang benar-benar tidak menginginkan adanya Michelle di dekatnya.

"Dasar sombong! mentang-mentang kamu sudah bisa melawan Tristan dan kawan-kawannya, kamu lupa sama teman yang biasanya sama kamu!" Michelle memutar tubuhnya dan berlalu pergi.

Sementara itu, Bima menggaruk-garuk kepalanya, merasa bingung dengan sikap Michelle."Dia Kenapa sih? bukannya dia bilang mau pergi sendiri? aku mengiyakan dan bilang hati-hati dia kok jadi marah? salahku di mana?" Bima menggerutu dalam hati sembari berlalu pergi, berlawanan arah dengan Michelle.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di lain tempat, tepatnya di sekolah Bima. Tampak Bimo berdiri dari kursinya, karena bel istirahat sudah berbunyi.

Baru saja kakinya keluar dari bawah meja, tiba-tiba seorang anak kecil perempuan sudah berdiri di depannya. Anak kecil perempuan itu tidak lain adalah Ayunda, anak kecil yang diceritakan oleh Bima, suka mengganggunya.

"Bima mau ke kantin ya? ayo kita sama-sama ke sana!" ucap anak kecil itu dengan raut wajah berbinar.

Bimo tidak langsung mengiyakan maupun menolak. Justru dia menelisik wajah Ayunda dengan dalam-dalam.

"Emm, dia tidak seburuk yang diceritakan oleh Bima. Apa iya aku harus mengabaikannya seperti yang diminta oleh kak Bima?"bisik Bimo pada dirinya sendiri.

"Bimo kamu tidak mau lagi ya?" wajah Ayunda berubah sendu.

Melihat wajah sendu Ayunda membuat Bimo semakin merasa tidak enak, karena memang dia memiliki hati seperti Clara. Tanpa sadar bibir Bimo melengkung ke atas membentuk sebuah senyuman.

Melihat hal itu,mata Ayunda sontak membesar, terkesiap kaget melihat anak laki-laki itu tersenyum padanya.

"Kamu tersenyum padaku, Bima? biasanya kalau aku menghampirimu saja kamu sudah memintaku untuk pergi dan minta untuk tidak diganggu. Wah kamu benar-benar berubah," sorak Ayunda dengan raut wajah bahagia.

Bibir Bimo yang semula tersenyum sontak menyurut. "Waduh, gawat. Bisa habis aku sama Kak Bima kalau dia tahu ini," Bimo menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Sementara itu Ayunda kembali bingung melihat wajah Bimo yang kembali datar. Anak kecil itu semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Bimo, hingga membuat anak laki-laki itu melengos menghindar.

"Hei, kamu bukan Bima ya?" celetuk Ayunda tiba-tiba.

"Enak saja. Jadi menurutmu aku siapa?" wajah Bimo sontak berubah pucat.

"Seingatku, Bima ada tahi lalat di belakang telinganya. Tapi kenapa sekarang tidak ada? itu berarti kamu bukan Bima. Lagian suaramu juga seperti bukan suara Bima," Ayunda memicingkan matanya curiga.

"Sial! bisa-bisanya dia tahu tentang Bima sedetail itu. Suara berbeda sedikit saja dia tahu. Benar-benar pengagum berat Bima nih," Bimo menggerutu di dalam hati.

"Hei, kenapa kamu diam? kamu bukan Bima kan?" ulang Ayunda memastikan.

Bimo sontak memutar matanya merasa jengah "Jadi menurutmu aku siapa? emangnya tahi lalat itu tidak bisa dihilangkan? lagian kenapa dengan suaraku? aku rasa suaraku biasa saja," Bimo berusaha bersikap normal, padahal jantungnya sudah berdetak dengan cepat.

Wajah Ayunda yang tadinya curiga, tiba-tiba berubah berbinar. Anak perempuan itu

mendekatkan mulutnya ke telinga Bimo.

"Kalau tahi lalat bisa dihilangkan, kasih tahu dong bagaimana caranya? asal kamu tahu, aku mau kasih tahu kamu suatu rahasia. di perutku aku juga punya tahi lalat. Aku tidak suka dan mau menghilangkannya," bisik Ayunda,yang merasa senang sudah bisa sedekat ini dengan Bima.

"Buat apa kamu kasih tahu hal itu? lagian tahi lalat di perut kan tidak kelihatan,buat apa mau kamu hilangkan? ada-ada saja," Bimo berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian ia mulai mengayunkan kakinya, hendak melangkah keluar kelas.

Ayunda yang tidak mau kehilangan momen, langsung mengekor. "Bima kamu mau ke kantin kan? kita ke sana sama-sama ya! soalnya aku mau mentraktir teman sekelas kita, karena sekarang aku lagi senang." ucap Ayunda ambigu.

"Senang? senang kenapa?" Bimo mengrenyitkan keningnya.

"Ya, aku senang karena ini adalah pertama sekali kami tersenyum padaku, bicara cukup lama. Biasanya kan kalau aku baru saja memanggil namamu,matamu sudah langsung melotot padaku dan langsung main tinggalkan saja," jelas Ayunda, bahagia.

"Aduh, sampai segitunya Bima," batin Bimo sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Tiba-tiba mata Bimo membesar, seperti mengingat sesuatu.

"Emm, Ayu aku mau kembali ke kelas dulu. Uangku ketinggalan. Kamu duluan saja," ucap Bimo dengan wajah panik sembari berlari kembali ke kelas.

"Haish, kalau sikap Bima ternyata seperti ini,tidak tertutup kemungkinan dia pasti juga begitu sama Michelle. Mati aku, bisa-bisa Michelle nanti membenciku kalau begitu," Bimo menggerutu dalam hati dan merogoh tasnya untuk mengambil handphone.

Tbc

1
Teresia Yestiu
Luar biasa
Atun Ismiyatun
bukan gelang kak tpi kalung..klu gelang ada pd sikembar bim bim
Rodiah Rodiah
😭😭😭
Datu Zahra
Apa sih "anak laknat" terus "keponakan laknat". Bjsa kan "dasar keponakan nakal" kayanya lebih bagus.

umpatan laknat itu kasar banget
Datu Zahra
paling benci kalau udah cewek ngomong "kamu tidak berhak melarangku" padahal udah jelas² masih cinta dan udah tau masalah yang terjadi apa. muter² aja
Datu Zahra
Clara adiknya Theo yang dijodohkan sm Bara, Tania anak pembantu
Datu Zahra
bimo donk pasti
Datu Zahra
good job boy
babygirl♡
wkwkwk
babygirl♡
keren kk
Prety Zhinta Pratama
ok
Prety Zhinta Pratama
siip
Nanik Rusmini
rasain Lo tanya...darah lebih kental dari air
Dian
Luar biasa
Debby Liem
waw seru banget cerita ny thot
na.prj_
.
na.prj_
...
Lenny Tumbol
Luar biasa
na.prj_
keren..../Good/
Yuli Julay
😭😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!