Wulan Riyanti merebut suami adiknya lantaran dia diceraikan sang suami karena terlalu banyak menghamburkan uang perusahaan. Tia sebagai adik tidak tahu bahwa di balik sikap baik sang kakak ternyata ada niat buruk yaitu merebut suami Tia.
Tia tidak terima dan mengadukan semua pada kedua orangtuanya, akan tetapi alangkah terkejutnya Tia, karena dia bukan saudara seayah dengan Wulan. Orang tua Ita lebih membela Wulan dan mengijinkan Wulan menjadi istri kedua Ridho-suami Tia.
Rasa sakit dan kecewa Tia telan sendiri hingga akhirnya Tia memutuskan untuk bercerai dan hidup mandiri di luar kota. Suatu kebetulan dalam kesendiriannya Tia bertemu dengan sang mantan suami Wulan yang bernama Hans. Bagaimana kisah Cinta Tia dan Hans selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani Ningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10.
Tia dan Hans saling menatap lalu saling menunduk. "Dek Tia, kamu bersama Wulan dan Ridho bertiga datang ke sini?" tanya Hans yang tahu ada sesuatu yang disembunyikan Tia.
"I-Iya, Kak, tadi mereka katanya menyusul. Mungkin mencari saya tidak ketemu akhirnya malah muter-muter." Tia memberi alasan.
"Oh begitu ya," balas Hans datar. Dia tidak ingin menambah risau hati Tia.
"Oh ya, Kak. Aku ke sana dulu ya. Tapi Aku mau ke toilet sebentar karena sudah tidak tahan nih," ucap Tia sembari memegang perutnya. Dia harus mencari alasan agar tidak bertemu dengan Wulan dan Ridho.
"Baiklah sampai jumpa lagi ya, dek," jawab Hans sembari mendorong ibunya menuju ruang periksa karena nama ibunya sudah dipanggil.
"Iya, Kak. Semoga ibu sehat selalu," sahut Tia lagi.
Mereka pun berpisah, Tia segera menuju ke Toilet khusus perempuan. Untungnya Ridho dan Wulan tidak melihat ke arah mereka tadi.
Tia segera masuk ke toilet untuk menghindari berpapasan dengan Wulan dan Ridho. Setelah dirasa Tia cukup aman, diapun keluar dari toilet dan langsung pulang ke rumah. Dengan menggunakan taksi yang dia pesan saat di toilet tadi Tia bergegas pulang dan bilang pada si supir untuk mampir ke pasar terlebih dahulu. Tia tidak ingin mama dan papanya curiga kalau dia sebenarnya sedang mengikuti Wulan dan Ridho.
"Pak, mampir di pasar ya. Ada yang mau Saya beli untuk oleh-oleh cuman sebentar kok," perintah Tia pada supir taksi.
"Siap, Bu." jawab singkat Sopir Taksi yang lumayan tampan bak Jaemin versi Jawa.
Sang supir taksi dengan setia mengantar kemanapun Tia pergi. Dia merasa nyaman dengan Tia yang sesekali mengajaknya mengobrol saat perjalanan.
Tia memang gadis yang humble, mudah untuk akrab dengan siapa saja. Sifatnya yang polos membuat orang selalu memanfaatkannya.
Setelah selesai membeli yang Tia inginkan, Tia kembali ke rumahnya diantar oleh supir Taksi tadi. Tia dan Sang supir taksi saling bertukar nomor agar jika ada perlu maka Tia tinggal menghubungi nomer WA sopir Taksi itu.
"Assalamu'alaikum ... Ma, Pa ...." Tia masuk ke rumah dengan mengucapkan salam sebelumnya. Mama dan Papanya terlihat sedang duduk santai menonton televisi. Di rumah ini memang Ridho lah yang membiayai semua kebutuhan rumah, sedangkan orang tua Tia hanya bersantai sudah tidak bekerja lagi. Oleh karena itu semua selalu mendukung Ridho meskipun tahu Ridho yang salah maka Tia yang harus minta maaf.
"Wa'alaikumussalam ...." Kedua orang tua Tia menjawab dengan nada datar tanpa mau melihat ke arah Tia. Tia yang sudah terbiasa cuek dengan hal itu, dia sudah kebal dengan perlakuan kedua orang tuanya. Kadang lebih baik diam dan menuruti perintah keduanya agar tidak terjadi keributan.
Dulu Tia menikah dengan Ridho pun juga atas paksaan kedua orang tuanya. Pertama kali Ridho datang mengutarakan niatnya untuk melamar Tia juga langsung disetujui oleh mama dan papa Tia. Walau keduanya tidak tahu menahu dengan seluk beluk keluarga Ridho, yang terpenting ada uang itu cukup bagi mereka.
"Assalamu'alaikum, Ma, Pa ...," ucap Ridho dan Wulan bersamaan. Seketika kedua orang tua Tia bangkit dari duduknya dan menyapa kedua orang yang baru datang.
"Wa'alaikumussalam ... Eh kalian sudah datang. Bagaimana, apa kata dokter?" tanya Bu Meri sambil menghampiri Wulan dan Ridho.
"Mm ... Wulan baik-baik saja kok Ma, tapi ada yang ingin kami berdua sampaikan pada Mama dan Papa juga Tia," jawab Wulan dengan senyuman dan mata yang menunjuk ke arah Tia.
"Memang ada apa? Baiklah kalian duduk dulu. Tiaaa ... ke sini!" teriak Meri memanggil Tia yang sedang menata buah di kulkas. Tia yang mendengar panggilan ibunya segera datang menghampiri.
"Ada apa, Ma?" tanya Tia heran. Tia memandang ke arah Wulan dan Ridho yang duduk berdempetan dengan tangan Wulan bergelayut manja di lengan Ridho.
"Mbak Wulan dan Mas Ridho, ada apa ini?" Tia pura-pura tidak tahu dan terkejut dengan perbuatan Wulan barusan. Dalam hati Tia dia sudah jijik dan malah ingin segera mengakhiri pernikahannya dengan Ridho. Akan tetapi dia tahan agar punya kesempatan untuk melihat sejauh mana Wulan tega pada adiknya sendiri.
Terus dukung author dengan kirim komentar, like dan gift. Biar Author bersemangat
Bbrp novel yg kubaca sering menulis kata 'minim'
Seharusnya 'minimal'...itu yg dipelajari dlm pelajaran bahasa Indonesia
Bacanyapun jd lbh enak 🙏
Thor lupa ya....