*Squel dari One Night Stand With Dosen*
Pernikahan Shalinaz Rily Ausky dengan Akara Emir Hasan cukup membuat orang sekitarnya terkejut. Berawal dari sebuah skandal yang sengaja diciptakan sahabatnya, gadis itu malah terdampar dalam pesona gus Aka, pemuda dewasa yang tak lain adalah cucu dari kyai besar di kotanya.
"Jangan menatapku seperti itu, kamu meresahkan!" Shalinaz Ausky.
"Apanya yang salah, aku ini suamimu." Akara Emir Hasan.
Bagaimana kisah mereka dirajut? Simak kisahnya di sini ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Aka meninggalkan ruang makan dan langsung menuju pondok. Pria itu berjalan gontai bertemu dengan Ustadz Edward.
"Wah ... Ustadz Aka, selamat atas pernikahannya Ustadz, semoga kebahagiaan dan keberkahan menaungi keluargamu." Doa tulus dari Ustadz Edward.
"Hari ini mau ngajar? Atau masih cuti?" selorohnya menggoda.
"Insya Allah ngajar, Tadz, aamiin ... terima kasih do'anya. Mohon maaf, saya duluan." Aka berjalan cepat menuju kelas menemui para santrinya.
Seperti biasa pria itu mengisi kelas hingga malam, namun kali ini pikirannya terbagi, entah kenapa ia memikirkan istri kecilnya yang mungkin sudah beranjak ke alam mimpi. Walaupun baru beberapa hari menikah, rasanya selalu rindu dan ingin mendatanginya. Sepertinya Ustadz Aka sudah jatuh cinta beneran dengan gadis yang beberapa hari ia nikahi. Ya, tentu saja tidak harus memerlukan waktu yang lama, dia gadis yang baik, cantik dan sholehah, sudah pasti pria mana pun akan mudah jatuh cinta padanya.
Aka mengakhiri proses belajar malam ini lebih awal dari biasanya. Pria itu bahkan pamit dan langsung menyambangi rumahnya. Berjalan cepat menyusuri bilik ruangan. Ada hal yang ingin segera ia temui, ya ingin segera menemui istrinya dan menemani berbincang sebelum tidur. Biasanya ia masuk kamar menemui istrinya sudah terlelap, dia hanya menatapnya saja lalu ikut tidur di sampingnya. Mungkin kalau malam ini datang dan masih terjaga, bersendau gurau akan lebih baik dan mengakrabkan keduanya.
Pria itu berjalan gontai, melewati rumah utama, menuju bilik belakang yang menjadi kamarnya. Tak pernah terpikir, bahkan pemandangan itu terasa kurang pantas jika dilakukan oleh berdua saja. Saat tiba-tiba netranya menangkap adik dan istrinya terlibat obrolan yang sepertinya cukup serius.
Aka yang tadinya ingin menegur keduanya karena dianggap sembrono berdua-duaan di tempat yang sepi, mengerem langkahnya dan tak sengaja mencuri dengar. Di mana dengan sangat jelas, istrinya dan juga adiknya terlibat obrolan yang begitu private.
Tiba-tiba dadanya seperti terhantam batu besar, sesak, mengetahui fakta bahwa mereka sebelumnya pernah melewati lembaran dalam doa yang sama, dan bercita-cita melangkah di muara yang sejalan. Bahkan saat pengakuan keduanya mengutarakan kejujuran hatinya, masih sama-sama memiliki perasaan yang sama, rasanya hati Aka sakit melihat fakta yang ada.
"Owh ... tidak, kurasa Azmi tidak ingin merebut istriku 'kan? Astaghfirullah ... mereka mendekat," gumamnya lirih.
Kakinya melangkah lebih dekat, beruntung Shalin tidak menerima hadiah yang diberikan Azmi. Sedikit lega tapi masih tetap sakit yang ia rasa mengetahui fakta orang yang akan dikhitbah adiknya adalah orang yang sama.
Aka terdiam, memperhatikan keduanya, hatinya jelas sakit melihat istrinya menangis, bukan untuk dirinya tetapi untuk adiknya. Perasaan terlarang saat ini bila dituruti, tentu keduanya paham, biar begitu keduanya tetaplah salah, tidak saling jujur dan menyebabkan kesenggangan hati yang seharusnya menjadi pemilik pasangan halalnya.
***
Pria itu memasuki kamarnya, menemukan istrinya masih tersedu duduk di kursi belajar sembari menatap layar laptop. Buru-buru menghapus sisa air mata yang masih menghias di sudut netranya.
"Tumben Mas, pulang cepat," tanya Shalin basa-basi. Berusaha senormal mungkin mengontrol dirinya yang kurang baik-baik saja.
Pria itu tidak menyahut, berjalan mendekat dan mengamati wajahnya yang masih sembab. Shalin seperti biasa, ia menunduk, bingung dan malu.
"Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya.” (Imam syafi'i)
Aka mengatakan itu dengan mengangsurkan sebuah tisu pada istrinya.
"Kamu boleh menangis untuk malam ini, tetapi setelahnya mohon ampunlah pada Allah atas kelalaian kamu yang mungkin akan membuat terhalang ridhoku."
Shalin terdiam, menatap pria yang baru saja menceramainya, lalu menunduk dalam penyesalan. Sibuk berpikir dengan maksud dan kata-kata yang dilontarkan oleh suaminya itu.
"Aku melihat semuanya, aku kecewa padamu dan juga Azmi," sambung pria itu cukup tegas dan lugas.
"Aku hanya meluruskan apa yang menjadi prasangkanya, agar aku bisa berjalan lebih lapang. Maafkan aku, Mas, atas ketidak jujuran perasaan ini, tapi aku punya masa lalu yang tak akan pernah lepas dari diriku, kuharap kamu menerimanya, aku dan masa laluku," ujar Shalin membela.
"Setiap orang bisa menanam cinta, namun tak semua orang mampu menumbuhkan dengan cara yang mulia. Ketika cinta sudah terkontaminasi dengan sebuah dosa, maka lepaskanlah, sebab cinta yang datang secara ikhlas tidak akan membawa dalam jurang kenistaan. Jika benar ia mencintaimu, lantas mengapa ia tega mengajakmu berlumuran dosa."
"Kami hanya sepenggal kisah yang saling mengagumi, karena perasaan ini datang dengan sendirinya. Kami tahu batasan, dan sedang belajar saling mengikhlaskan."
pinter bhs arab ya thor...
jd pengen mondok..