NovelToon NovelToon
Kultivator Tanpa Bakat

Kultivator Tanpa Bakat

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Action / Epik Petualangan / Time Travel / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Agen one

Xiao Chen, terlahir tanpa bakat sehingga ia sangat sulit berkembang. Dan pada akhirnya kehilangan ibunya.

Ketika ia sekarat dan akan mati. ia mendapatkan sebuah kristal aneh yang membuat dirinya kembali ke masa lalu untuk menghilangkan semua penyesalan.

Simak kisah perjuangan Xiao Chen dalam menghadapi kekejaman dunia terhadap orang tanpa bakat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16: Selamat datang Ye Han

​Dengan langkah santai, Xiao Chen dan Jun Fei berjalan keluar dari persembunyian mereka, menghampiri gang sempit itu.

​"Hei! Dasar sampah lemah!" teriak Xiao Chen, suaranya sengaja dibuat nyaring dan meremehkan. "Jika kalian memang merasa kuat, jangan keroyok anak kecil yang diam saja! Lawan kami yang sepadan!"

​Jun Fei melangkah maju, mencabut pedang barunya dari sarungnya perlahan, membiarkan bunyi logam bergesekan terdengar mengintimidasi. Sringgg.

​"Benar sekali. Badan saja yang besar seperti kerbau, tapi otak kalian lebih kecil dari udang!" provokasi Jun Fei sambil mengacungkan ujung pedangnya yang berkilau.

​Mendengar hinaan dari dua bocah ingusan, ketiga remaja itu menghentikan pukulan mereka pada Ye Han. Wajah mereka memerah karena amarah.

​"Siapa bocah-bocah sombong ini? Berani sekali mereka bicara pada yang lebih tua dengan nada seperti itu!" seru pemimpin mereka, seorang remaja berbadan gempal. "Hajar mereka, Teman-teman! Ambil pedang bagus itu dari tangannya!"

​Mereka mulai berjalan mendekat sambil meregangkan otot-otot leher.

​Xiao Chen berbisik cepat tanpa menoleh, "Jun Fei, jangan bunuh mereka. Ingat, mereka hanya preman pasar, bukan kultivator jahat. Jika kau membunuh mereka di siang bolong, kita akan dikejar pasukan kota. Buat mereka patah tulang saja."

​"Mengerti, Kak." jawab Jun Fei dengan seringai lebar.

​Ketiga remaja itu mengeluarkan pisau lipat karatan dari saku mereka. "Dia pakai senjata! Jangan takut, itu cuma mainan! Serang bersamaan!"

​Dua remaja berlari menerjang Jun Fei.

​Namun, di mata Jun Fei yang memiliki bakat alami, gerakan mereka lambat seperti siput.

​Saat pisau mengarah ke perutnya, Jun Fei tidak panik. Ia memutar tubuhnya dengan luwes. Bukan menebas dengan sisi tajam, Jun Fei menggunakan sisi pipih pedangnya untuk memukul pergelangan tangan musuhnya.

​TAK! KRAK!

​"ARGH!" Salah satu remaja menjerit saat tulang pergelangannya retak.

​Jun Fei tidak berhenti. Ia bergerak seperti menari, menghindari setiap tusukan pisau dengan senyum yang semakin lebar. Ia menikmati ketakutan di mata mereka.

​"Hebat... Padahal dia belum belajar teknik pedang formal apa pun, tapi gerakannya sudah seefisien itu." puji Xiao Chen dalam hati.

​Xiao Chen kemudian mengalihkan pandangannya pada pemimpin remaja yang berdiri paling belakang.

​"Hei, Gendut! Ayo lawan aku! Jangan cuma berani memerintah." tantang Xiao Chen dengan gaya tengil, melambaikan tangannya.

​Pemimpin itu meraung marah dan berlari ke arah Xiao Chen seperti banteng.

​Xiao Chen tenang. Ia mengalirkan sedikit Qi ke kakinya. Meski tubuhnya kecil, pengalamannya adalah seorang veteran.

​Saat musuh melayangkan tinju, Xiao Chen menunduk sedikit, lalu menggunakan momentum musuh untuk menyapu kakinya.

​BUKK!

​Remaja itu jatuh tersungkur. Belum sempat ia bangun, Xiao Chen sudah melompat, memutar tubuhnya di udara, dan melayangkan tendangan tumit yang keras tepat ke wajah remaja itu.

​DUGH!

​Pemimpin itu langsung pingsan dengan hidung berdarah dan benjol besar di kepala.

​Xiao Chen mendarat dengan mulus, membersihkan debu di pakaian barunya. Ia kemudian menoleh ke arah Ye Han yang masih duduk bersandar di dinding, menatap semua kejadian itu dengan wajah datar tanpa emosi.

​Xiao Chen mengulurkan tangannya sambil tersenyum tulus. "Mau ikut pulang denganku?"

​Ye Han diam, matanya yang sedingin es menatap mata Xiao Chen, mencari kebohongan. Namun, ia tidak menemukannya. Perlahan, ia menyambut uluran tangan itu.

​Xiao Chen senang. Namun, tiba-tiba telinganya menangkap suara yang tidak wajar. Suara pukulan basah.

​"Tunggu... Kenapa Jun Fei belum selesai?"

​Xiao Chen berbalik dan melihat pemandangan yang membuatnya merinding.

​Dua remaja yang melawan Jun Fei sudah terkapar tak berdaya. Namun, Jun Fei masih duduk di atas perut salah satu remaja itu, memukuli wajahnya berulang kali dengan gagang pedang.

​Wajah Jun Fei dipenuhi cipratan darah musuhnya, dan ia tersenyum lebar—senyum murni kegilaan.

​"Oi, Jun Fei! HENTIKAN!" teriak Xiao Chen, segera berlari dan menarik kerah baju adiknya. "Kalau dia mati, kita bisa dihukum mati oleh hukum kota!"

​Jun Fei tersentak, seolah baru bangun dari mimpi indah. Ia berhenti, napasnya memburu. Dengan tangan yang berdarah, ia mengusap wajahnya, membuat darah itu merata di pipinya.

​"Maaf, Kak... Wajahnya membuatku kesal karena dia tadi mencoba meludahi pedang baruku. Jadi aku perbaiki wajahnya sedikit." ucap Jun Fei polos, seolah itu hal yang wajar.

​Xiao Chen menghela napas panjang. Ia mengambil kain lap dari saku dan membersihkan wajah Jun Fei dengan kasar.

​"Kendalikan dirimu. Kita bukan pembunuh sembarangan," tegur Xiao Chen, lalu memeriksa pergelangan tangan Jun Fei. "Tanganmu juga masih lemah. Kita harus mulai latihan fisik yang lebih berat. Ayo pulang."

​Mereka bertiga berjalan keluar dari gang, meninggalkan para preman yang mengerang kesakitan.

​Ye Han berjalan di belakang, diam seribu bahasa, matanya terus mengamati punggung Xiao Chen dan Jun Fei.

​"Oh, iya," Xiao Chen memecah keheningan tanpa menoleh. "Apakah kau punya orang tua yang akan mencarimu? Dan siapa namamu?"

​Jun Fei yang sudah kembali ceria menimpali, "Tenang saja! Kak Xiao Chen orangnya baik. Aku juga tidak punya orang tua, dan sekarang kita keluarga! Nanti kau bisa bertemu Ibu kami di rumah."

​Ye Han berhenti berjalan sejenak. Angin sore meniup rambut peraknya yang kusam.

​"Namaku Ye Han." jawabnya, suaranya datar dan monoton.

​Lalu, ia melanjutkan dengan kalimat yang membuat langkah Jun Fei terhenti.

​"Aku tidak punya orang tua. Aku sudah membunuh mereka."

​Jun Fei terbelalak. Xiao Chen berhenti dan berbalik perlahan.

​Ye Han menatap mereka berdua tanpa rasa bersalah sedikit pun.

​"Mereka berniat menjualku ke rumah bordil demi uang judi. Jadi, aku menggorok leher mereka saat tidur. Mereka... tidak pantas disebut orang tua."

​Hening.

​Xiao Chen menatap mata kosong bocah tujuh tahun itu. Ia tidak melihat kebohongan, hanya kekosongan yang dalam. Inilah Asura Es yang legendaris itu.

​Xiao Chen tersenyum tipis, tidak merasa takut, justru merasa takdir sedang berpihak padanya.

​"Bagus," ucap Xiao Chen tenang. "Kalau begitu, kau tidak akan merindukan siapa pun. Selamat datang di keluarga barumu, Ye Han."

1
Eko Lana
ayo Thor semangat jangan hiatus😄
Eko Lana
8 tahun yang berat Xiao Chen
Eko Lana
hahahahaha psikopat semua😄🤣
Eko Lana
hahahaha..bocil2 cerdas
Eko Lana
mantap Thor
Eko Lana
alur ceritanya bagus
Eko Lana
alur cerita yang bagus
sitanggang
cerita yg bodoh tak bermanfaat ada kejadian sprti ini👹👺
Slow respon
Xiao Chen,Yang semangat dong yang semangat dong🔥💪🔥
Slow respon
Dukung terus guys dengan like, subcribe, kasih rating bintang 5 dan teruss baca. jangan lupa ingatkan untuk update.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!