Sebuah rasa cemburu, membuatku melakukan hal yang paling gila. Aku nekat meniduri seorang pria yang sedang koma.
Tahun berlalu dan kini, ada sosok kecil yang membuatku hidup dalam kebahagian. Hingga suatu hari, sosok kecil yang tak lain adalah anakku dan pria yang koma waktu itu, membawaku kembali.
Kembali ke kehidupanku yang dulu. Tempat dimana, aku akan memulai kisah yang baru dari lingkungan yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Namaku Nathan
Kevin menatap tajam isi dari amplop coklat yang ada di atas mejanya. Ada rasa tidak percaya tapi ini nyata. Berkali-kali Kevin memastikan sebuah photo seolah mencari keyakinan didalam dirinya.
" Vanya, aku sungguh penasaran. Jika ini sampai ditangan Nath, apa yang akan kau jelaskan. " Kevin meletakkan sebuah photo. Photo Vanya sedang mengantar Nathan kecil ke sekolah.
Semenjak Nath terus menerus menceritakan tentang ketertarikannya terhadap Vanya, secara diam-diam Kevin mencari tahu semua tentang Vanya. Maklum saja, Kevin sangat menjaga Nath. Kejadian beberapa tahun lalu, bukan hanya menimbulkan rasa trauma pada Nath dan orang tuanya. Tapi dia juga merasakan trauma yang sama.
Kevin memang masih tidak percaya. Hingga timbul niat untuk bertemu langsung dengan Nathan.
Keesokan paginya, Nathan kecil berangkat ke sekolah bersama Sherin dan Berly. Benar-benar kebetulan ataukah Tuhan memang sedang membantunya. Sherin juga bekerja di Rumah sakit yang sama dengan Kevin jadi ini bisa menjadi jembatan bagi Kevin untuk memuluskan niatnya.
" Sherin?,.. " Panggil Kevin yang sedari tadi memang sudah berada didalam mobil menunggu kedatangan Nathan.
Sherin mengerutkan keningnya. Dia sedikit bingung dengan Kevin yang tiba-tiba begitu akrab dengannya. Padahal kan biasanya dia tidak suka menyapa? batin Sherin. " Dokter Kevin? kenapa anda disini? anak anda sekolah disini juga? " Tanya Sherin yang masih belum mengetahui status Kevin yang belum menikah.
" Bukan. Aku hanya kebetulan lewat. " Jawab Kevin sembari menatap Nathan yang juga menatapnya tanpa ekspresi. Gila! dia mirip sekali dengan Nath.
Dokter Kevin ini kenapa sih? dia bahkan tidak mengenal nama suster yang biasa menemani dia. Kenapa bisa mengenaliku yang baru saja satu bulan bekerja di rumah sakit yang sama dengannya. Aneh!
" Oh begitu Dok, " Sherin tidak tahu apalagi yang mau dibicarakan. Selain tidak terlalu mengenal Kevin, dia juga tidak terlalu tertarik untuk mengenalnya. Maklum saja, Kevin sangat terkenal dengan sifat dinginnya membuat Sherin malas untuk ikut nimbrung gerombolan kaum hawa yang mengidolakannya.
" Mereka anak-anak mu? " Tanya Kevin dengan senyum diwajahnya.
Sejak kapan dia bisa tersenyum begitu?
" Bukan Dok, yang perempuan adalah adik tiri ku. Dan yang laki-laki anak sahabatku.
Kevin tersenyum sembari menatap Berly dan Nathan bergantian. " Hai, perkenalkan. Namaku Kevin. Siapa namamu? " Kevin sedikit menunduk sembari menatap Berly.
" Namaku Berly om. " Jawab Berly polos. Senyum manis dari wajahnya benar-benar menggemaskan hingga membuat tangan Kevin tidak tahan untuk tidak menyentuh pipinya.
" Jangan sembarangan menyentuh! " Nathan menghentikan tangan Kevin yang baru saja mendarat di pipi Berly.
Heh...! tatapan yang sama seperti Nath.
Kevin tersenyum setelah menghentikan tangannya. " Maaf kan aku. Aku tidak akan mengulanginya lagi. " Ujar Kevin yang mencoba bersabar. Benar-benar seperti Nath batinnya. Kalau saja bukan bocah kecil, rasanya ingin sekali Kevin menendang pantat bocah yang berani membentaknya itu. " Ngomong-ngomong, siapa namamu?
" Kenapa kau ingin tahu? " Nathan bertanya dengan wajah yang mencurigai. Nathan memang sengaja menunjukkannya.
Kevin menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Rasanya seperti berbicara dengan Nath batinnya. " Aku adalah teman kerja tante Sherin. Siapa tahu kita akan bertemu lagi nantinya. " Ujar Kevin yang seperti biasa saat berbicara dengan Nath. Yaitu, kehabisan ide.
" Heh! meskipun alasanmu tidak masuk akal, baiklah. Namaku Nathan. " Ucapnya lantang.
Kevin terdiam sesaat. Bagaimana bisa kebetulan yang seperti ini? tapi dia sendiri juga tahu. Dimasa lalu Nath tidak ada Vanya. Lalu kenapa Vanya memiliki anak yang sangat mirip dengan Nath? atau ada yang tidak dia ketahui tentang hubungan Nath dan Vanya yang sesungguhnya? " Baiklah Nath,..
" Nathan. Namaku Nathan. Aku tidak suka dipanggil Nath. " Tegas Nathan.
" Hahaha,.. iya. Maaf.
" Tan tan kenapa kau marah terus menerus? tadi pagi mood mu baik-baik saja. " Sahut Berly dengan tatapan polosnya.
Nathan tersadar dan langsung memperbaiki ekspresi diwajahnya. " Itu karena paman ini terlihat seperti kriminal. " Jawab Nathan tanpa menghiraukan Kevin yang menatap tak percaya. Nathan bahkan mengakhiri kalimat dengan senyum yang meninggalkan rona merah diwajahnya.
Kenapa wajah ini sangat persis seperti Nath yang sedang jatuh cinta dengan Vanya? bocah tengil ini pasti menyukai Berly.
" Dokter Kevin, aku harus segera mengantar anak-anak sampai di pintu gerbang dan langsung bekerja. " Ujar Sherin yang sudah pegal rasanya berdiri.
" Baiklah. Pergi saja bersamaku. " Ajak Kevin.
" Tidak perlu. " Tolak Sherin. Malas rasanya semobil dengan onggok es batinnya. Sherin adalah gadis yang periang dan pecicilan. Sangat tidak cocok jika berdekatan dengan Kevin.
" Jangan menolak. Aku akan menunggu disini. " Sherin hanya bisa pasrah. Malas juga berdebat.
Setelah Sherin mengantar Nathan dan Berly, dia akhirnya terpaksa berangkat bersama Kevin.
" Aku kira Berly dan Nathan adalah anak-anakmu. " Kevin memulai pembicaraan yang Sherin sendiri tidak menyangka. Bukanya dia jarang bicara ya? dulu aku kira dia Dokter bisu. Dari tadi malah nerocos terus keluhnya dalam hati.
" Iya. Banyak yang mengira begitu. " Jawab Sherin sesaat menatap Kevin yang tatapannya fokus mengemudi.
" Laku, kemana Ibunya Nathan? apa setiap hari kau yang mengantarnya?
" Tidak. Kami bergantian. Kebetulan dia sedang ada acara semalam. " Sejujurnya, Sherin benar-benar malas menanggapi setiap pertanyaan yang keluar dari Kevin. Entahlah, mungkin merasa mereka berbeda atau karena Kevin bukanlah orang yang asyik diajak bicara.
" Kau tinggal dimana?
Fiuh...! terus menerus menanyaiku mau apa sih?! tinggal dimana? di kolong jembatan! kenapa tidak sok bisu seperti biasanya sih?!
" Kenapa tidak menjawab? " Kevin kembali bertanya karena Sherin tidak bergeming sedikitpun.
" Ah,..! iya itu di Apartemen Luis Gold. " Sherin menjawab spontan karena dari tadi asyik bergumam didalam hati.
" Em..., apa masih ada Unit yang kosong?
Apa-apaan sih?! ya tanya saja sendiri sana. Memang aku ini marketingnya? terus kalau ada yang kosong situ mau ngisi begitu? Cih! mual aku melihatmu terus menerus.
" Aku kurang tahu Dok.
" Bisakah luangkan waktu untuk membantuku mencari Unit yang kosong?
Tidak sudi.
" Akan saya usahakan Dok.
" Terimakasih ya.
Masa bodoh!!!
" Iya Dok. " Sherin tersenyum manis meski matanya mengatakan ingin membunuh lelaki yang sedari tadi sibuk mengintrogrrasinya.
***
Ditempat lain, Vanya dan Nath sudah sampai di sebuah Mini Cafe. Tempat dimana pertama kali mereka bertemu. Eh, maksutnya,... pertama bagi Nath saat membuka mata dan kedua kalinya bagi Vanya meski ia tidak menyadari.
Vanya dan Nath memesan Coffee favorit mereka. Mereka memutuskan untuk singgah sebentar di sudut ruangan sembari menunggu jam kerja. Maklum saja, ini baru pukul tujuh.
" Vanya, aku ingin membeli tempat ini. " Ujar Nath sembari menatap Vanya dengan senyum yang terus terukir diwajahnya.
" Kenapa? " Tanya Vanya bingung.
" Tempat ini, adalah tempat spesial untuk kita.
" Apa?
Nath baru akan membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Vanya tapi terhenti saat seorang wanita paruh baya memanggil namanya dengan begitu lantang. " Nath!!!!
Sontak Vanya dan Nath menoleh ke arah yang sama. " Ibu?
To Be Continued.
Hallo para Reader yang tercinta.......
Happy Ied mubarak ya bagi yang merayakan. Maafkan kesalahan author yang disengaja atau tidaknya. Semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan YME. ❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️