NovelToon NovelToon
Hitung Mundur Tahun Baru

Hitung Mundur Tahun Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Evelyne lisha

Dulu, Lise hanya ingin sekolah dengan tenang. Tapi sejak bertemu Kevin, pria dengan rahasia di balik setiap diamnya, semua berubah. Hatinya yang polos tak bisa membohongi getaran tiap kali Kevin menatapnya. Meski dunia Kevin gelap, Lise merasa hangat saat di dekatnya. Seolah... cinta itu memang tidak selalu datang dari tempat yang terang.


“Kalau dunia ini hancur besok, kamu bakal nyesel udah deket sama aku?” bisik Kevin di telinga Lise, jemarinya menyentuh lembut dagu gadis itu.
Lise tersenyum kecil, lalu menggeleng.
“Enggak. Karena sejak hari pertama kamu panggil nama aku, hidup aku mulai punya arti.” mata sayu nya menatap lembut pada pria yang telah mengambil hatinya itu.

------

Karya ini adalah hasil tulisan asli saya. Dilarang keras mengambil, menyalin, atau memodifikasi tanpa izin. Plagiarisme adalah pelanggaran serius dan tidak akan ditoleransi.

#OriginalWork #NoPlagiarism #RespectWriters #DoNotCopy


penulis_ Evelyne Lisha

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evelyne lisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23 - kebencian yang terpendam

"Kabar Mama baik, Lise. Bagaimana denganmu?"

"Aku baik, Ma. Bagaimana? Apa tante gila itu masih berulah?"

Lise bertanya dengan nada tajam, seolah ingin menusuk langsung ke inti masalah. Dia ingin jawaban yang tegas, tidak ada basa-basi.

"Pft! Lise, kau masih saja begitu." Ibunya tertawa kecil, lalu melanjutkan dengan nada lebih lembut, "Sudahlah, jangan kau pikirkan itu. Omong-omong, bukankah seharusnya kau sedang di sekolah sekarang?"

Lise terdiam sejenak. Dia tidak ingin mengatakan bahwa dia sebenarnya sedang menghindari pengumuman penting di sekolah. Di sisi lain, dia juga masih kesal karena harus melihat wajah sang direktur yang tadi berbicara penuh kemenangan.

"Aku di kelas. Para guru sedang rapat selama tiga puluh menit."

Mau tidak mau, itulah kebohongan kecil yang akhirnya Lise ucapkan pada ibunya.

"Oh iya, Ma. Semalam aku sudah transfer lima ratus ribu ke rekening Mama. Sudah dicek?"

Hening sebentar, sebelum suara ibunya terdengar kembali, sedikit terkejut. "Apa?! Kamu mengirim Mama uang? Jangan, Nak. Itu untukmu saja."

Lise menghela napas berat.

"Ma, Lise nggak kekurangan uang kok. Lise sekolah sambil kerja paruh waktu. Lagipula, aku ingin memberi untuk Mama dan adik, meskipun belum bisa banyak. Ma, Lise mohon terima ya."

Suara isakan terdengar dari balik telepon. Lise menghela napas panjang. Dia tahu ibunya menangis, dan dia benci mendengarnya.

"Haaa... Mama, selama Lise masih bisa, maka Lise akan terus berusaha." Suaranya melembut, tapi tetap penuh ketegasan. "Lise berusaha untuk tidak mengandalkan orang lain. Lise berusaha untuk tetap bisa memberi, jadi, Ma... meskipun Lise sekolah, Lise masih bisa bekerja untuk kehidupan kita. Ya, meskipun jauh."

Lise menutup matanya sejenak sebelum melanjutkan dengan suara lebih lirih, "Aku malas kalau terus mengingat para brengsek itu. Jadi... Lise akan terus menggantikan sosok Ayah."

Hening. Hanya suara napas yang tersisa di antara mereka. Lalu, panggilan terputus.

Lise menyandarkan tubuhnya di kursi dengan tatapan kosong.

"Serius, setelah menelpon, wajahmu jadi kesal banget. Ada apa, Lise?"

Lise menoleh ke arah suara itu. Tatapannya yang semula lelah kini berubah kembali dingin saat melihat Revan duduk di depannya.

Ada apa sih, kok dingin begitu? Aku sampai takut, loh, Lise."

"Kamu nggak ikut baris?"

Revan menggelengkan kepala lalu bersandar di kursi, sembari menunjuk ke arah pohon besar yang letaknya tak jauh dari situ.

Beberapa siswa terlihat melambaikan tangan, menyuruh Lise untuk berkumpul bersama mereka.

Pohon besar yang rindang menaungi tempat itu, membawa sedikit ketenangan bagi hati dan pikiran Lise saat dia terduduk di bawahnya. Namun, tatapannya segera beralih ke teman-temannya yang kini menyeringai penuh arti.

"Tak kusangka kalian juga anak-anak nakal, ya?" ujar Lise pada Selia dan Zherra.

Revan hanya tersenyum sambil duduk di samping Lise, sementara pandangan mereka semua kini tertuju pada Leon dan Mike yang membawa kresek besar.

Lise terdiam saat mengetahui isi kresek itu, makanan.

"Wah, bahkan kalian juga membawa makanan."

"Hoi, Lise, santai aja, ya. Hari ini kita nggak akan belajar, loh!"

"Kok bisa? Apa karena ada..." Lise menyipitkan mata. "... Pak tua -keriput dan jelek itu datang? Menyusahkan sekali..."

Semua terdiam kaku saat mendengar pernyataan Lise mengenai direktur.

"Memangnya kontrak kerja sama apa sih?"

"Kalau tidak salah, mengenai investasi di sekolah ini, deh."

"Apa hubungannya investasi sekolah dengan waktu belajar kita? Gak masuk akal banget." Sewot Lise sambil mengambil satu kue dan memakannya.

"Aku juga nggak begitu tahu, sih. Tapi selain investasi, sepertinya ada rencana pembuatan study tour juga, deh."

"What?! Study tour lagi?! Study tour lagi, kemarin ke kandang binatang, nanti ke mana lagi?"

"Entahlah. Tapi kenaikan kelas nanti akan ada perkemahan. Kalau tidak salah, semester dua atau awal semester satu kelas tiga nanti."

"Benar! Katanya direktur itu yang membiayainya. Dari angkatan sebelumnya pun dia!"

1
Garl4doR
Da Heil, pura-pura gak liat ah/Shy/
Garl4doR
Viana2... Galaknya ilang

Btw, sorry thor, itu ada bbrp paragraf yg ke ulang²/Frown/
Garl4doR: Sama-sama
obsidianeverose: oke nanti di cek ya.

makasih udah ngasih tau/Smirk//Pray/
total 2 replies
Garl4doR
Kevin, jangan bentak Lise
Garl4doR
Jangan-jangan ayahnya -,
Garl4doR
Wkwk, Jared Jared/Facepalm/
Garl4doR
Kenapa liatin bibirnya, Lise?/Doge/
Garl4doR
Sampai sini dulu, ku lanjut lagi kalau kamu udah up thor. Takut kamu hiatus gak selesain ceritanya/Scowl/
Garl4doR
Masih aman, belum aneh2/Shy/
Garl4doR
Wkwkwk, pasti panjang kali lebar/Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!