NovelToon NovelToon
TERKUTUK! Rumah Tua Ini Simpan Rahasia Kematian Ibuku Yang Sebenarnya!

TERKUTUK! Rumah Tua Ini Simpan Rahasia Kematian Ibuku Yang Sebenarnya!

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Trauma masa lalu / Keluarga / Roh Supernatural / Romansa
Popularitas:37
Nilai: 5
Nama Author: Bangjoe

Setelah kematian ayahnya, Risa Adelia Putri (17) harus kembali ke rumah tua warisan mendiang ibunya yang kosong selama sepuluh tahun. Rumah itu menyimpan kenangan kelam: kematian misterius sang ibu yang tak pernah terungkap. Sejak tinggal di sana, Risa dihantui kejadian aneh dan bisikan gaib. Ia merasa arwah ibunya mencoba berkomunikasi, namun ingatannya tentang malam tragis itu sangat kabur. Dibantu Kevin Pratama, teman sekolahnya yang cerdas namun skeptis, Risa mulai menelusuri jejak masa lalu yang sengaja dikubur dalam-dalam. Setiap petunjuk yang mereka temukan justru menyeret Risa pada konflik batin yang hebat dan bahaya yang tak terduga. Siapa sebenarnya dalang di balik semua misteri ini? Apakah Bibi Lastri, wali Risa yang tampak baik hati, menyimpan rahasia gelap? Bersiaplah untuk plot twist mencengangkan yang akan menguak kebenaran pahit di balik dinding-dinding usang rumah terkutuk ini, dan saksikan bagaimana Risa harus berjuang menghadapi trauma, dan Pengkhianatan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bangjoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 28: Terjebak di Cermin Kematian

Jari-jari mungil itu terasa dingin, seperti es yang menusuk kulit, namun sekaligus memancarkan kehangatan aneh yang membuat Risa merinding hingga ke tulang sumsum. Bukan sentuhan yang menenangkan, melainkan cengkeraman yang mengikat, merantai. Ia tak bisa melawan, tubuhnya kaku, terpasung oleh rasa takut yang luar biasa. Matanya terpaku pada senyum mengerikan di wajah ibu yang kini terbingkai di dalam cermin tua itu. Senyum yang sama dengan gadis kecil di depannya. Kosong, mematikan, seperti bayangan kematian yang membeku.

“Lepaskan aku!” Suara Risa tercekat di tenggorokannya, lebih mirip erangan ketimbang teriakan. Ia mengerahkan seluruh sisa tenaganya, mencoba menarik tangannya dari genggaman gadis itu, namun cengkeraman itu justru semakin kuat, seolah terbuat dari baja tak kasat mata. Kunci liontin di lehernya kini membakar kulitnya, panasnya menjalar, serasa ingin menembus sampai ke jantung.

“Jangan takut, Kakak,” bisik gadis kecil itu, suaranya kini terdengar seperti belati yang mengiris udara. Matanya yang hitam pekat membesar, menelan seluruh cahaya di loteng yang remang-remang. “Kita akan bermain. Seperti dulu.”

Dulu? Kapan? Ingatan Risa seperti diserang gelombang kebingungan. Ada kekosongan besar di sana, lubang hitam yang menghisap setiap detail masa kecilnya di rumah ini. Apa yang gadis ini bicarakan? Siapa dia sebenarnya?

Dan saat ia menatap lebih dalam ke mata gadis itu, bukan kilatan kejahatan yang Risa lihat, melainkan… kesepian. Kesepian yang sangat dalam, yang dinginnya melebihi malam yang paling pekat. Gadis itu tidak jahat. Gadis itu… terluka. Dan dalam luka itu, tersimpan amarah yang siap meledak. Amarah yang telah lama terpendam, bersemayam di dinding-dinding usang ini.

“Aku tidak tahu siapa kamu,” desis Risa, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. “Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.”

Gadis kecil itu tertawa. Tawa yang tak berwujud, melayang di udara, menggema di setiap sudut loteng. Tawa yang bukan berasal dari seorang anak kecil, melainkan dari sesuatu yang jauh lebih tua, jauh lebih menderita. “Kau lupa. Semua orang lupa. Tapi aku… aku selalu ingat.” Ia mengarahkan pandangannya ke cermin. “Mama juga ingat.”

Wajah ibunya di cermin bergerak, seolah mengangguk pelan. Mata kosong itu kini menatap Risa, seolah memohon, atau mungkin… mengancam. Risa tak bisa membedakan. Semuanya kacau. Bau anyir darah semakin pekat, memenuhi paru-parunya, membuatnya mual. Ia tahu, bau ini bukan ilusi. Ini nyata. Darah yang tumpah di malam itu. Darah ibunya.

Gadis itu menarik Risa, memaksa gadis itu untuk bangkit, meski kakinya masih gemetar tak berdaya. Cengkeraman di tangannya terasa seperti borgol tak terlihat. Risa merasa ditarik mendekat ke cermin, ke arah bayangan ibunya yang kini mengulurkan tangan dari dalam pantulan itu. Jemari pucat, kuku yang panjang dan tajam, mencoba meraihnya. Seperti laba-laba yang menjerat mangsanya.

“Tidak!” Risa berteriak, suaranya akhirnya menemukan kekuatannya. Ia meronta, menggunakan seluruh sisa energinya, menendang, memukul. Tapi itu seperti menendang udara. Tubuh gadis itu tembus pandang, namun cengkeramannya terasa sangat nyata. “Lepaskan aku! Aku mohon!”

“Mama menunggu,” ulang gadis itu, suaranya kini berbisik di telinga Risa, sedekat hembusan napasnya sendiri. Dingin. “Kita akan hidup bersama di sana. Selamanya. Tidak ada lagi yang bisa memisahkan kita.”

Seketika, Risa menyadari apa yang dimaksud gadis itu. Gadis ini ingin menyeretnya masuk. Menyeretnya ke dalam cermin. Ke dalam dimensi lain, tempat ibunya terjebak, tempat kematian bersemayam. Ke tempat di mana waktu berhenti, dan rasa sakit abadi. Ia akan menjadi bagian dari mereka. Menjadi bagian dari rumah terkutuk ini, selamanya.

Panik murni mencengkeram Risa. Ia tidak boleh masuk. Ia tidak boleh menyerah. Kunci di lehernya terasa berdenyut, semakin kuat, semakin panas. Ia melihat ke arah kunci yang dipegang gadis kecil itu. Kunci itu juga berdenyut. Kedua kunci itu terhubung. Ada kekuatan di antara keduanya. Kekuatan yang bisa jadi adalah kunci keluar dari semua ini, atau justru kunci untuk terkunci selamanya.

“Aku tidak mau!” Risa berteriak, suaranya pecah. Ia memejamkan mata, memohon pada kekuatan apa pun yang ada di sana untuk menyelamatkannya. Kevin. Kenapa Kevin tidak ada di sini? Kenapa ia sendirian?

Dan saat ia memejamkan mata, kilasan ingatan tiba-tiba menyerbu benaknya, cepat, buram, namun sangat jelas. Suara pecahan kaca. Teriakan. Bau anyir darah. Dan… sebuah wajah. Wajah yang ia kenal. Wajah yang selalu tersenyum di depannya. Wajah Bibi Lastri. Dengan ekspresi ketakutan, dan… sebuah noda merah gelap di tangannya. Bekas luka bakar samar di tangan kanannya. Noda yang selalu ia tutupi. Bukan luka bakar, itu… darah!

Kilasan itu menghantamnya seperti palu godam. Bibi Lastri. Dia ada di sana malam itu. Dia tahu segalanya. Mungkin dia pelakunya. Mungkin dia yang… membunuh ibunya.

Pengkhianatan yang kejam itu menggerakkan sesuatu dalam diri Risa. Bukan hanya ketakutan, tapi amarah. Amarah yang murni, membakar setiap sel di tubuhnya. Amarah karena dibohongi, amarah karena ibunya diambil darinya, amarah karena dia hampir menyerah pada tipuan ini. Ia bukan lagi gadis penakut yang melankolis. Ini tentang kebenaran ibunya. Tentang kehidupannya. Ia tidak akan membiarkan dirinya ditarik ke dalam kegelapan itu.

Dengan kekuatan yang entah datang dari mana, Risa membuka matanya. Matanya kini menyala, bukan karena takut, melainkan karena tekad. Ia menatap lurus ke mata gadis kecil itu. “Aku tidak akan ikut denganmu!”

Saat itu juga, kunci liontin di leher Risa memancarkan cahaya putih yang menyilaukan, tiba-tiba, begitu terang hingga memenuhi seluruh loteng. Gadis kecil itu tersentak, cengkeramannya mengendur. Wajah ibunya di cermin juga terlihat terkejut, bayangannya memudar sedikit.

“Kau… Kau bukan dia,” bisik gadis kecil itu, suaranya kini terdengar lebih rapuh, lebih mirip suara anak kecil sungguhan. Matanya yang tadinya gelap pekat, kini tampak berkaca-kaca. Seolah cahaya dari kunci Risa menyadarkannya dari sebuah trans, atau mengusir kekuatan jahat yang mengendalikannya.

Cahaya itu semakin terang, seolah ada kekuatan purba yang baru saja terbangun. Risa merasakan energi mengalir deras ke seluruh tubuhnya, mengusir rasa kaku dan takut. Ia menarik tangannya dari genggaman gadis itu. Kali ini, berhasil. Cengkeraman dingin itu terlepas.

Namun, sebelum ia bisa mengambil napas lega, bayangan di cermin kembali menguat. Wajah ibunya kini tidak lagi tersenyum menyeramkan. Melainkan, ekspresi kesedihan yang mendalam. Dan di sampingnya, muncul bayangan lain. Bayangan seorang wanita paruh baya, dengan rambut terurai, dan tatapan penuh kebencian. Wanita yang tampak asing, namun entah kenapa terasa familiar. Sebuah rasa dingin yang jauh lebih pekat daripada sentuhan gadis kecil itu menyelimuti loteng.

“Tidak akan ada yang keluar dari sini,” suara wanita di cermin itu menggelegar, bukan bisikan, melainkan raungan yang mengguncang dinding. Suara itu bukan milik ibunya. Bukan pula milik gadis kecil itu. Suara itu adalah suara kejahatan murni, suara yang telah lama tersembunyi, menunggu saat yang tepat untuk menampakkan diri.

Dan di belakang Risa, pintu loteng terbuka perlahan. Sosok tinggi, kurus, dengan mata tajam nan analitis berdiri di ambang pintu, napasnya terengah-engah. Kevin.

“Risa!” teriak Kevin, matanya membulat melihat pemandangan di depannya. Gadis kecil itu, cermin yang memantulkan dua bayangan menyeramkan, dan Risa yang berdiri di tengah-tengah, pucat pasi namun memancarkan cahaya aneh dari liontin di lehernya. Ia tak tahu apa yang terjadi, tapi instingnya berteriak bahaya.

Namun, sebelum Kevin bisa melangkah masuk lebih jauh, gadis kecil itu menoleh kepadanya. Matanya kembali gelap pekat, seolah kemarahan yang tadinya diusir oleh cahaya kunci Risa, kini kembali bersemayam. Wajahnya berubah menjadi ekspresi kosong yang mengerikan. Ia mengarahkan tangan mungilnya ke arah Kevin. Dan sebuah kekuatan tak terlihat menghantam Kevin, mendorongnya mundur, membantingnya ke dinding lorong di luar loteng dengan bunyi gedebuk yang keras. Kevin terbatuk, darah merembes dari sudut bibirnya.

“Jangan ganggu kami,” suara gadis kecil itu, kini dingin dan menusuk, tak ada lagi keraguan. “Kalian akan di sini selamanya.”

Pintu loteng terbanting menutup dengan suara memekakkan telinga, mengunci Risa di dalam, bersama gadis kecil itu, dan dua bayangan mengerikan yang menatapnya dari dalam cermin. Ia mendengar erangan Kevin dari luar, dan kepanikan kembali mencengkeramnya. Kevin dalam bahaya. Dan ia… ia terjebak. Terjebak dalam jebakan tak terlihat yang tak mungkin ia lari darinya. Terjebak dalam rahasia kematian ibunya yang kini mulai terkuak, satu per satu, dengan harga yang sangat mahal.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!