Mencintai pria dewasa yang umurnya jauh lebih matang sama sekali tidak terbesit pada diri Rania. Apalagi memikirkannya, semua tidak ada dalam daftar list kriterianya. Namun, semua berubah haluan saat pertemuan demi pertemuan yang cukup menyebalkan menjadikannya candu dan saling mengharapkan.
Rania Isyana mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang sedang menjalani jenjang profesi, terjebak cinta yang rumit dengan dokter pembimbingnya. Rayyan Akfarazel Wirawan.
Perjalanan mereka dimulai dari insiden yang tidak sengaja menimpa mobil mereka berdua, dan berujung tinggal bersama. Hingga suatu hari sebuah kejadian melampaui batas keduanya. Membuat keduanya tersesat, akankah mereka menemukan jalan cintanya untuk pulang? Atau memilih pergi mengakhiri kenangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 34
Kedua sejoli tanpa status itu saling menatap begitu lekat. Rayyan mengelus pipinya, sedang Rania mulai terbuai dengan sentuhan lembut itu, seakan dunia ini hanya milik mereka berdua, yang lain pindah ke bulan saja.
Rania sadar, apa yang ia lakukan salah, tetapi entah mengapa ia mulai sulit untuk menghindar dari pesona tampan itu. Otaknya memerintah untuk tinggalkan, namun hati dan raganya mulai berpaut, sungguh gadis itu mulai resah.
Rania membuang muka ke samping, saat pria itu bergerak mempertemukan bibir mereka. Ia hanya takut tidak bisa menguasai diri saat-saat manis seperti ini. Sudah pasti setan mengerubunginya.
"Ra, boleh?" pintanya lirih.
Rania bergeming, hawa panas langsung melingkupi sekitar tubuhnya saat pria itu mengikis jarak.
"Aku akan memulai kalau kamu mengizinkan," bisik pria itu parau. Membuat seketika otak Rania ngeblank tak tentu arah. Ia bahkan tidak tahu harus menjawab apa.
"Diammu aku anggap boleh ya?" sambung pria itu dengan yakin.
Rania mulai terbuai dengan sentuhan Rayyan yang terasa asing, dirinya bahkan mulai merasa terbuai dan hilang kontrol pribadinya. Menerima saja saat pria itu memagut dengan lembut dan penuh damba bibir mereka. Memainkan indra perasaan mereka dengan penuh minat nan menggebu. Seakan haus dari rasa itu, pria itu pun terus menyusuri sesuatu yang baru. Mulai menyusuri leher jenjangnya yang mulus. Membuat lukisan indah di sana. Sungguh ia mulai hilang kontrol diri yang baik.
Rania benar-benar terbuai dalam sesaat, namun ia segera tersadar dan begitu gelisah saat pria itu bergerak semakin jauh dan turun ke bawah.
"Jangan!" lirih gadis itu menahan laju gerakan pria itu yang semakin berani.
Rayyan tak mengindahkan kata-katanya, ia terlalu terlena menikmati itu. Sesuatu yang terbungkus dengan n@fsu dan penasaran, telah menguasai hati dan pikiran sehatnya.
"Mas, please ... jangan!" mohonya meronta mulai gelisah dan begitu tidak nyaman. Seakan hatinya begitu bertentangan saat tangan nakal itu mulai tidak sopan menyentuh sesuatu yang tidak semestinya.
"Ra, aku akan bertanggung jawab, tenanglah sayang," mohonnya dengan suara berat dan mata yang sudah berkabut gairah.
Rania menggeleng, sungguh hati nuraninya menolak, merutuki dirinya hari ini. Bayangan mama dan papanya yang begitu menyayangi dan mewanti--wanti pesan keramat pada putrinya seakan berputar. Sungguh dirinya akan menjadi perempuan yang merugi bila melakukannya tidak dengan pasangannya yang sah.
Rayyan pun mundur perlahan dari atas tubuh Rania dengan menahan kesal dan berusaha menguasai diri. Ia meninggalkan kamar begitu saja dengan muka yang tak ramah. Menuju kamarnya berusaha menguasai diri tubuhnya yang semakin panas, pria itu pun memutuskan untuk mandi malam itu juga.
Rania menghela napas lega saat pria itu keluar meninggalkan dirinya. Walaupun jujur, ia juga mulai merasa menerima dan nyaman, tapi tidak untuk hal itu. Dirinya tidak ingin mengkhianati tubuhnya. Bahwa menjaga tetap utuh sampai suatu hari hanya untuk pasangan halalnya.
Sepeninggalan pria itu dari kamarnya, Rania menangis, ia merasa menjadi wanita yang gagal menjaga marwah dirinya. Membiarkan laki-laki lain yang tidak semestinya menyentuh dirinya. Gadis itu benar-benar merasa telah hilang dari sedikit rasa percaya diri yang ada. Merasa hina, dan tiada berharga mau-maunya menuruti pria yang bahkan tidak mempunyai ikatan apapun.
Perempuan itu menangis, melihat gambar dirinya yang tadi sempat pasrah. Bahkan membiarkan pria itu menyentuh sebagian tubuh dirinya yang tidak semestinya, hingga menimbulkan beberapa tanda merah di sekitar lehernya. Gadis itu berusaha menghapusnya, namun tak bisa, ia menyesali apa yang telah terjadi.
"Ya ampun ... parah banget sih aku, mama pasti kecewa banget kalau anaknya kaya gini. Maaf ma, pah, Rania sudah bikin dosa," gumamnya dalam penyesalan.
Merasa sungguh tidak aman, dan semakin berbahaya. Rania memutuskan untuk meninggalkan rumah itu walaupun dengan resiko yang harus menghadang. Ia terlalu takut untuk menghadapi hati ini yang sesungguhnya tidak baik-baik saja.
Malam itu Rania secara diam-diam memesan taksi online, sambil menunggu taksi itu datang, gadis itu dengan cepat memasukkan barang-barangnya ke koper. Sungguh ia takut sebenarnya melangkah keluar, takut juga Rayyan marah lantaran ia melanggar kontrak hitam di atas putih. Rania berencana ingin mengganti saja dengan uang kerugian materi yang pernah ia perbuat.
Sementara Rayyan sendiri tidak keluar dari kamar semenjak semalam. Ia terlalu kesal dengan Rania yang plinplan. Sesungguhnya ia bisa saja memaksa, tapi sungguh jiwa baiknya meronta-ronta. Ia bukan pria monster yang tega melakukan itu tanpa keduanya saling menginginkan. Rayyan merasa dirinya di PHP hingga jauh, hatinya begitu kesal, tapi juga begitu takut kehilangan.
"Arhhhh ... Rania, kenapa sih harus terjebak cinta yang rumit begini!" gumamnya kesal setengah mati. Bahkan hingga malam larut menyapa Rayyan masih begitu gondok dan sulit memejamkan matanya.