NovelToon NovelToon
SAYAP PATAH MARIPOSA

SAYAP PATAH MARIPOSA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil
Popularitas:261
Nilai: 5
Nama Author: Essa Amalia Khairina

Seharusnya di bulan Juni, Arum tidak menampakkan dirinya demi mendapatkan kebahagiaan bersama seseorang yang di yakini bisa mengubah segala hidupnya menjadi lebih baik lagi. Nyatanya, sebelah sayapnya patah. Bukan lagi karena hujan yang terus mengguyurnya.

Sungguh, ia begitu tinggi untuk terbang, begitu jauh untuk menyentuhnya. Dan, begitu rapuh untuk memilikinya...

Langit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Essa Amalia Khairina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CEMAS

Praaaaang!

"Ya Tuhan, Bu..." Seru Bik Retno, panik. Ia meletakkan sendok sayur ke panci sambil mematikan kompor, lalu bergerak menghampiri majikannya. "Ibu gak apa-apa?"

Laura membisu. Pandangannya masih menatap kosong ke lantai, ke pecahan sebuah gelas yang ingin ia raih, mendadak jatuh ke lantai. "Perasaan saya gak enak." Gumamnya.

Tak lama, ponselnya bergetar di atas meja. Getaran itu tidak mengejutkan, namun membuat dadanya berdebar hebat. Pelan tapi pasti, ia meraih benda tipis itu. Sekilas, melirik Bik Retno seolah memberi isyarat kepada pembantunya untuk membersihkan serpihan kaca yang berantakan di lantai.

Bik Retno mengangguk pelan, tatapannya menurut. Tak butuh waktu lama, Laura segera bergerak, melangkah ke pintu dan menanggapi panggilan dari luar dengan ragu namun tegas.

"Halo?"

"Selamat sore, apakah benar ini dengan Ibu Laura?" Suara itu terdengar lembut namun perlahan membuat dada Laura sedikit tersayat pelan-pelan.

"Y-Ya. Saya sendiri."

"Kami dari Rumah Sakit Pelita Medika, ingin mengonfirmasikan bahwa saudara Langit Zayn Prasetya telah mengalami kecelakaan."

"APAAAAA...?!"

Teriakan itu membuat Bik Retno terkejut. Sapuan lengannya yang tadi sedang membersihkan kaca terhenti seketika, dan tubuhnya refleks bergerak mendekati majikannya dengan langkah tergesa-gesa.

"Ba-Bagaimana kondisi anak saya sekarang?"

"Pasien masih mengalami krisis dan koma, Bu."

"Ba-Baik. Saya akan segera kesana!"

Tuuuuuut.

"Kenapa, Bu?" Tanya Bik Retno, ikut panik. Apalagi ketika melihat wajah majikannya yang mendadak pucat.

"Langit kecelakaan, dia sekarang koma di rumah sakit. Bibik tolong jaga rumah, saya harus kesana sekarang."

"Ba-Baik, Bu."

****

Arum perlahan membuka mata, pandangannya buram. Sekelilingnya hening dan kosong—tak ada sosok Langit di sampingnya, tak ada suara familiar selain detak jantungnya sendiri yang bergema di telinga lewat suara monitor.

Ia menatap ruangan yang samar, dinding-dindingnya kosong, seolah berada di tempat yang asing dan tak dikenali. Tubuhnya masih lemas, sedikit gemetar, dan perlahan ia mulai menyadari bahwa ia benar-benar sendiri.

Tidak!

Ia tak benar-benar merasa sendiri. Tangannya secara otomatis menempel di perutnya. "Bayiku...?" Tanyanya cemas pada diri sendiri.

Tak lama, pintu ruangan terbuka perlahan. Seorang dokter masuk dengan langkah tenang, diikuti seorang perawat di belakangnya yang membawa perlengkapan medis. Arum menoleh cepat, pandangannya masih samar-samar, namun kepanikan dan kekhawatiran langsung muncul.

“Dok… bagaimana keadaan pacar saya? Dan bayi saya…” Suaranya bergetar, antara takut dan cemas. Matanya menatap dokter, berharap ada jawaban yang menenangkan, sementara tangan Arum masih menekan perutnya dengan lembut, seolah ingin merasakan tanda kehidupan dari bayi yang dikandungnya.

"Bayi anda baik-baik saja." Jelas sang dokter. "Namun..."

Satu kata terakhir itu tergantung di udara, seolah menahan sesuatu yang berat, membuat Arum menahan napas dan jantungnya berdetak lebih cepat, siap menghadapi kabar yang mungkin tak diinginkan.

"Pasien bernama Langit masih dalam keadaan krisis dan koma."

"Mas…" Lirih Arum, matanya membelalak, penuh ketakutan dan kebingungan. Ia berusaha menggerakkan tubuhnya untuk bangun, tapi seluruh anggota tubuhnya terasa lemah, seolah ditahan oleh rasa sakit dan kepanikan.

Dokter dan perawat segera mendekat, menenangkan dengan suara lembut.

“Keadaan anda masih lemah, mohon tenang dulu,” Ucap dokter wanita itu, menatap Arum dengan penuh perhatian.

Arum menekuk tubuh sedikit, menahan napasnya. “Saya harus bertemu dengan pacar saya, Dok…” Desahnya, matanya mencari-cari sosok Langit di ruangan yang sepi itu, harapannya begitu besar namun tubuhnya tak mampu bergerak lebih jauh.

Perawat menepuk lengan Arum dengan lembut. “Mohon bersabar, bu… kita akan pastikan semuanya aman. Tubuh Anda masih butuh istirahat,” Ucapnya tak kalah menenangkan

Arum hanya bisa menutup mata sesaat, menelan rasa cemas yang perlahan menghantui.

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!