NovelToon NovelToon
Dibalik Istana Naga

Dibalik Istana Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Romansa / Fantasi Wanita / Harem / Balas Dendam / Enemy to Lovers
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

Untuk membalaskan dendam keluarganya, Swan Xin menanggalkan pedangnya dan mengenakan jubah sutra. Menjadi selir di Istana Naga yang mematikan, misinya jelas: hancurkan mereka yang telah membantai klannya. Namun, di antara tiga pangeran yang berebut takhta, Pangeran Bungsu yang dingin, San Long, terus menghalangi jalannya. Ketika konspirasi kuno meledak menjadi kudeta berdarah, Swan Xin, putri Jendral Xin, yang tewas karena fitnah keji, harus memilih antara amarah masa lalu atau masa depan kekaisaran. Ia menyadari musuh terbesarnya mungkin adalah satu-satunya sekutu yang bisa menyelamatkan mereka semua.
Langkah mana yang akan Swan Xin pilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 Hadiah Penting dari Abu.

Anggukan kepala itu, sebuah gerakan tunggal yang nyaris tak terlihat dari seberang taman, terasa lebih berat daripada vonis mati. Swan Xin tidak membalasnya. Ia hanya menahan tatapan dingin San Long selama beberapa detik yang meregang menjadi keabadian, lalu ia berbalik dengan gerakan anggun yang terkendali, tidak membiarkan siapa pun melihat badai yang baru saja menerjang jiwanya. Ia berjalan menjauh, punggungnya lurus, meninggalkan bisikan-bisikan para pejabat dan keheningan yang memalukan dari Pangeran Sulung yang baru saja ia hancurkan.

Saat ia akhirnya tiba di balik gerbang Paviliun Bunga Peoni, topeng ketenangannya pecah. Ia bersandar di pintu kayu yang kokoh, napasnya tersengal seolah ia baru saja berlari maraton.

“Nona! Apa yang terjadi?” pekik Bi Lan, bergegas menghampirinya dengan wajah pucat. “Hamba dengar Anda… Anda menantang Pangeran Sulung di depan umum!”

“Aku tidak menantangnya, Bi Lan,” sahut Swan, suaranya serak. Ia berjalan limbung ke arah meja tehnya. “Aku hanya memberinya cermin.”

“Tapi… tapi itu sangat berbahaya, Nona!” isak Bi Lan. “Dia tidak akan membiarkan ini begitu saja! Dia akan membalas dendam!”

“Aku tahu.” Swan menuangkan secangkir teh yang sudah dingin untuk dirinya sendiri, tangannya sedikit gemetar. “Justru itu yang kuinginkan.”

“Anda menginginkannya?” ulang Bi Lan tak percaya. “Kenapa, Nona? Kenapa Anda sengaja memancing amarahnya?”

“Karena singa yang terluka dan marah adalah singa yang paling ceroboh,” jawab Swan pelan, matanya menatap kosong pada riak teh di cangkirnya. “Dia akan membuat kesalahan. Kesalahan besar. Dan saat itu terjadi, aku akan ada di sana untuk memanfaatkannya.”

Bi Lan hanya bisa menggelengkan kepalanya, air matanya mulai menggenang. “Hamba takut, Nona. Sangat takut.”

Swan menatap wajah pelayannya yang setia itu, dan untuk sesaat, kebekuan di matanya mencair, digantikan oleh kelelahan yang mendalam. “Aku juga, Bi Lan,” bisiknya. “Aku juga.”

Malam datang dengan cepat, membawa keheningan yang menekan. Swan tidak menyalakan banyak lentera. Ia hanya duduk di dalam kamarnya yang remang-remang, buku strategi militer pemberian misterius itu terbuka di pangkuannya. Ia tidak membacanya. Ia hanya menunggunya.

Tepat saat bulan mencapai puncaknya, sesosok bayangan meluncur masuk melalui jendela yang sengaja ia biarkan tidak terkunci. San Long mendarat tanpa suara di atas lantai, gerakannya sehalus asap.

“Kau mengharapkanku?” tanyanya, suaranya rendah dan datar.

“Aku bertaruh kau akan datang,” jawab Swan tanpa mendongak dari bukunya. “Penasaranmu pasti tidak akan membiarkanmu tidur.”

San Long melangkah mendekat. “Itu tadi pertunjukan yang luar biasa,” katanya, nadanya sulit ditebak. “Sekaligus tindakan bunuh diri.”

“Menurutku itu umpan yang sangat efektif.” Swan akhirnya menutup bukunya dan menatapnya. “Lihat, kan? Kau langsung menelannya.”

“Aku bukan ikan yang kau pancing, Selir Xin,” sahut San Long dingin. “Kau sudah melukis target di punggungmu, sebesar gerbang utama istana.”

“Jiang Long memang marah, tapi dia tidak cukup pintar untuk merencanakan sesuatu yang rumit,” balas Swan. “Egonya yang akan membunuhnya. Bukan aku.”

“Kau salah.” San Long bersandar di pilar, melipat tangannya di dada. “Kau meremehkan ancaman yang sesungguhnya. Jiang Long mungkin akan mengirim beberapa preman untuk membuatmu ‘terpeleset’ di kolam. Tapi Zheng Long… Zheng Long yang akan menggunakan kemarahan kakaknya sebagai pengalih perhatian.”

“Aku tahu.” Swan mengangguk. “Itulah tujuannya. Aku sengaja membuat keributan di satu sisi papan catur, supaya kita bisa bergerak bebas di sisi yang lain.”

“Kita?” ulang San Long, mengangkat sebelah alisnya. “Sejak kapan ada ‘kita’?”

“Sejak kau melindungiku dari Kapten Penjaga di kamarku. Sejak kau menarikku dari sel bawah tanah. Dan sejak kau memberiku anggukan kepala tadi sore.” Swan menatapnya tajam. “Berhenti bermain-main, Yang Mulia. Kita berdua tahu kita berada di pihak yang sama. Satu-satunya perbedaan adalah kau lebih suka bersembunyi di bayang-bayang, sedangkan aku lebih suka membakar semuanya sampai rata dengan tanah.”

San Long terdiam sesaat, lalu ia menghela napas panjang, sebuah suara yang sarat dengan kelelahan. “Membakar semuanya juga akan membakar dirimu sendiri.”

“Harga yang pantas dibayar.”

“Bukan.” San Long berjalan mendekati meja teh, tatapannya kini serius. “Itu pemborosan. Ayahmu seorang ahli strategi, bukan pembunuh membabi buta. Gunakan otakmu, bukan hanya amarahmu.”

“Aku tidak punya pilihan lain!” sentak Swan. “Dia menghina Ayahku di depan semua orang! Kau mau aku diam saja?”

“Tidak.” Suara San Long melembut sedikit. “Aku mau kau menyalurkan kemarahan itu menjadi sesuatu yang lebih tajam. Sesuatu yang akan benar-benar melukainya, bukan hanya egonya.” Ia duduk di seberang Swan. “Kau membuat Jiang Long terlihat seperti pengecut. Bagus. Sekarang semua orang akan meragukan kemampuannya sebagai pemimpin militer.”

“Lalu langkah selanjutnya apa?” tanya Swan, nada suaranya berubah, kini sepenuhnya fokus pada strategi.

“Sekarang kita pukul fondasinya,” jawab San Long. Matanya berkilat dingin di bawah cahaya lentera. “Tidak ada gunanya menghina singa ompong. Kita harus cabut taringnya satu per satu.”

“Maksudmu… keuangannya?” tebak Swan.

“Tepat sekali.” San Long mengangguk. “Jiang Long hidup dari kemewahan dan citra. Sebagian besar dananya datang dari pajak perdagangan sutra di Pelabuhan Timur, yang dikendalikan oleh keluarga dari pihak Ibunya, Selir Agung.”

“Keluarga Wei?”

“Mereka,” konfirmasi San Long. “Kalau kita bisa mengganggu arus kas itu, bahkan untuk sementara, Jiang Long akan panik. Dia akan mulai meminjam uang dari sekutu yang salah, membuat janji yang tidak bisa ia tepati, dan membuat kesalahan-kesalahan yang bisa dilihat oleh Zheng Long.”

“Bagaimana caranya kita mengganggu jalur perdagangan yang sudah mapan selama puluhan tahun?” tanya Swan. “Itu tidak mungkin dilakukan dari dalam istana.”

“Tidak dari dalam,” koreksi San Long. “Tapi dari luar.” Ia mencondongkan tubuhnya ke depan. “Di antara Pelabuhan Timur dan ibukota, ada sebuah celah gunung yang sempit. Celah Awan Menangis. Semua karavan sutra harus lewat sana.”

“Aku tahu tempat itu,” kata Swan. “Medannya sangat sulit, sering terjadi longsor.”

“Tepat.” Senyum tipis yang jarang terlihat tersungging di bibir San Long. “Dan kebetulan, aku kenal beberapa kelompok ‘pengusaha’ yang tinggal di sekitar gunung itu. Orang-orang yang akan sangat senang menciptakan ‘longsor buatan’ kalo harganya cocok.”

Napas Swan tercekat sesaat. “Kau bicara soal bandit?”

“Aku bicara soal sekutu yang tidak konvensional,” jawabnya datar. “Orang-orang yang diusir dari kota oleh kebijakan pajak keluarga Wei. Mereka punya alasan pribadi untuk membenci Pangeran Sulung.”

Swan menatapnya lama, mencoba membaca pria di hadapannya. Pangeran yang membantu nenek miskin di gang sempit juga punya koneksi dengan bandit gunung. Kontradiksi dalam dirinya begitu tajam, begitu membingungkan.

“Baiklah,” kata Swan akhirnya. “Lakukan. Buat longsor itu. Hancurkan karavan mereka.”

“Tidak secepat itu,” sahut San Long. “Rencanaku akan membuat Jiang Long merugi. Tapi rencana itu tidak akan mengembalikan buku catatan Su Yang dari tangan Zheng Long.”

“Kau punya ide lain?”

“Zheng Long sekarang memegang kartu truf.” San Long menyandarkan punggungnya. “Dia tahu semua rahasia keuangan Selir Agung dan koneksi Raja Zhao. Dia akan menggunakan informasi itu untuk memeras mereka, memaksa mereka mendukungnya. Tapi buku itu juga kelemahannya.”

“Apa maksudmu?”

“Zheng Long itu pemain catur,” jelasnya. “Dia tidak akan pernah menunjukkan kartu terbaiknya di awal permainan. Dia akan menyimpan buku itu di tempat yang paling aman, paling ia percayai, sampai momen yang tepat tiba.”

“Perpustakaan pribadinya?” tebak Swan.

San Long menggeleng. “Terlalu jelas. Setelah kunjunganmu, dia pasti sudah memindahkannya. Tidak. Dia akan menyimpannya di tempat yang tidak akan pernah dicurigai siapa pun.” Ia berhenti sejenak. “Kediaman Permaisuri Utama, sekarang. Yaitu Ibunya.”

Pikiran itu begitu sederhana namun brilian. Tentu saja. (Siapa yang berani menggeledah kamar Permaisuri, sekarang?)

“Tapi kita tidak bisa masuk ke sana,” kata Swan frustrasi. “Penjagaannya lebih ketat daripada kediaman Kaisar.”

“Kita tidak perlu masuk.” San Long menatapnya tajam. “Anda sendiri yang mengatakan. Kita ciptakan keributan di satu sisi papan, supaya kita bisa bergerak di sisi lain.”

Pemahaman mulai terbit di wajah Swan. “Longsor buatan itu…”

“…bukan hanya untuk mengacaukan keuangan Jiang Long,” potong San Long, matanya berkilat penuh semangat strategis. “Saat berita tentang karavan sutra yang hancur itu sampai ke istana, siapa yang pertama kali akan panik?”

“Selir Agung,” jawab Swan seketika.

“Tepat. Dia akan panik. Dia akan berlari menemui putranya, Jiang Long. Mereka akan bertengkar. Dan saat itulah perhatian semua orang terpusat pada drama keluarga mereka. Sementara itu, Zheng Long akan merasa di atas angin, yakin kalau rencananya berjalan mulus.”

“Dan saat dia merasa paling aman…” lanjut Swan, jantungnya mulai berdebar karena kegembiraan yang berbahaya.

“…saat itulah dia paling lengah,” selesaikan San Long. “Dan di tengah kekacauan itu, akan ada satu jendela waktu yang sangat singkat bagi seseorang untuk menyelinap masuk ke kediaman Permaisuri dan mengambil kembali apa yang menjadi milik kita.”

Keheningan menyelimuti mereka. Rencana itu sempurna. Berbahaya, rumit, dan sangat elegan. Swan menatap Pangeran di hadapannya. Ini bukan lagi hantu yang mempelajari tragedi. Ini adalah seorang Jenderal sejati, yang lahir dari bayang-bayang.

“Aku yang akan masuk,” kata Swan tegas.

“Kau yakin?” tanya San Long, nadanya serius. “Kalau kau tertangkap lagi kali ini, tidak akan ada 'lagi' yang bisa menyelamatkanmu.”

“Aku yakin.”

“Baiklah.” San Long mengangguk sekali, sebuah segel tak terucap atas aliansi mereka. “Aku akan mengirim pesan pada orang-orangku di gunung. Butuh dua hari untuk mereka bersiap. Kau punya waktu dua hari untuk mempelajari cetak biru kediaman Permaisuri.”

Ia baru saja akan bangkit ketika sebuah gerakan tanpa suara di teras membuat mereka berdua membeku. Dengan kecepatan kilat, San Long sudah berada di balik pilar, dan Swan meraih jepit rambut peraknya, tubuhnya siaga dalam posisi menyerang.

Sosok Prajurit Bayangan yang ditugaskan menjaga paviliun Swan mendarat di teras dengan keheningan seekor burung hantu. Dia tidak mengatakan apa-apa.

“Ada apa?” tanya Swan tajam.

Prajurit itu tidak menjawab. Ia melangkah maju, tangannya yang bersarung kulit terulur. Ia membuka telapak tangannya. Di atasnya tergeletak sebuah benda kecil.

Bukan pesan. Bukan gulungan.

Itu adalah sebuah ukiran kayu kecil, warnanya sudah kusam karena usia. Bentuknya adalah seekor burung bulbul, diukir dengan detail yang sangat rumit dan penuh cinta.

Napas Swan tercekat di tenggorokannya. Darah seolah surut dari wajahnya, digantikan oleh hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Tangannya yang memegang jepit rambut mulai gemetar tak terkendali. Ia mengenali ukiran itu. Setiap goresannya, setiap lekukannya.

Itu adalah mainan rahasia yang Ayahnya buatkan untuknya saat ia berumur tujuh tahun, setelah ia berhasil menembakkan anak panah pertamanya tepat di sasaran. Sebuah benda yang seharusnya terkubur bersama abu di kediamannya delapan tahun yang lalu.

Ia mengangkat kepalanya yang terasa berat, menatap Prajurit Bayangan itu dengan mata membelalak ngeri.

“Dari mana… dari mana kau dapat ini?” bisiknya, suaranya pecah.

1
Yunita Widiastuti
tahta...oh ...tahta..
Yunita Widiastuti
🌹💪💪💪
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: gift. maaf typo
total 2 replies
Ita Xiaomi
Cara aman menghilangkan bukti.
Eskael Evol
luar biasa
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih kakak bintang limanya. jangan bosan baca karya karya author yang ongoing ya...🌹🥳🙏😄
total 1 replies
Eskael Evol
cerita nya sangat bagus
trmkash thor good job👍❤
Ulla Hullasoh
terlalu ingin tau xin jd membahayakan orang lain
Jeffie Firmansyah
awal cerita yg mantap 💪
Wiji Lestari
penasaran💪
Wiji Lestari
💪💪
Eskael Evol
keren trmksh thor👍❤
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: 🙏🙏🥳Terima kasih kakak. semua dukungan kakak sungguh berharga buat author. Terima kasih🙏
total 1 replies
Eskael Evol
keren cerita nya smg ttp seru hingga ahir👍
Eskael Evol
bisa nggak ya nama² pemeran pakai nama biasa aja biar gak ribet dan bingung, sayang cerita bagus tapi malas baca nya
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: maaf. akan saya perhatikan selanjutnya. Terima kasih untuk masukannya. 🙏🙏
total 1 replies
Ulla Hullasoh
karya yang bagus Thor.....🥰
Ulla Hullasoh
akhirnya selamat...sampe tarik nafas 👍
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih kak. udah mampir di cerita author. semoga suka. boleh klik napen author untuk pilih novel author yang lain. berbagai genre juga.
jangan lupa subscribe, like, komen, gift, vote dan klik bintang limanya. Terima kasih dukungan para pembaca setia sangat berharga buat author. lope lope sejagat... 🥳🌹😍🙏
total 1 replies
Ita Xiaomi
Demi kelangsungan hidup Kasim Li😁
Arix Zhufa
ku kira MC cewek nya kuat...ternyata
Arix Zhufa
cerita awal nya bagus tp setelah baca sampe bab ini alur nya bertele tele
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih masukannya. Akan saya perhatikan kembali. 🙏🌹
total 1 replies
Arix Zhufa
sampe di bab ini MC cewek nya keren
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: semangat bacanya ya kak. thx all.🌹🥳🙏
total 1 replies
Arix Zhufa
bab 2 aja udh keren
Arix Zhufa
mampir thor
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih kakak. semoga suka ya. masih banyak kisah author yang lain. bisa klik aja napen author dan pilih kisah kisah author yang mana yang suka boleh dibaca. Jangan lupa subscribe, like, komen, gift, vote dan klik bintang limanya thx u. lope lope sejagat😍🥳🌹🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!