NovelToon NovelToon
THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

Status: tamat
Genre:Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Kaya Raya / Tamat
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

Seorang kakak miskin mendadak jadi sultan dengan satu syarat gila: Dia harus menghamburkan uang untuk memanjakan adik semata wayangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17: Runtuhnya Naga Hitam

The White Manor - Kamar Tidur Orion - Pukul 23.00 WIB

Hujan deras mengguyur Jakarta, seolah langit ikut bersiap mencuci darah yang akan tumpah malam ini.

Di dalam kamar tidur yang hangat dan beraroma lavender, Orion tertidur lelap. Napasnya teratur, dadanya naik turun dengan damai. Cincin hijau di jarinya berpendar redup, menjaga kestabilan jantungnya paska insiden di hotel tadi siang.

Atlas duduk di sebuah kursi beludru di samping tempat tidur adiknya. Di tangannya bukan senjata api, melainkan segelas wine merah tua. Di pangkuannya, sebuah tablet militer menampilkan peta digital kota Jakarta dengan lusinan titik merah yang berkedip.

"Sebastian," bisik Atlas ke earpiece nirkabel di telinganya.

"Siap, Tuan. Pasukan 'The Black Watch' sudah di posisi. Lima ratus personel telah mengepung 12 titik aset utama Grup Naga Hitam. Mulai dari kasino bawah tanah di Kota Tua, gudang narkoba di pelabuhan, hingga markas pusat Marco di sebuah klub malam."

Atlas menyesap anggurnya, matanya dingin menatap wajah damai adiknya.

"Mereka mematikan listrik adikku tadi siang. Jadi malam ini..." Atlas menjeda kalimatnya. "Matikan masa depan mereka. Mulai."

Jakarta - Berbagai Lokasi

Perang itu tidak dimulai dengan tembakan, tapi dengan ketukan keyboard.

Tim hacker elit yang disewa Atlas memulai serangan gelombang pertama. Dalam hitungan detik, seluruh rekening bank milik Marco dan petinggi Grup Naga Hitam dibekukan. Aset digital mereka senilai ratusan miliar rupiah lenyap, ditransfer ke lembaga amal anonim di seluruh dunia.

[Financial Destruction: 100% Complete]

Detik berikutnya, serangan fisik dimulai.

Di sebuah gudang tua di pelabuhan Tanjung Priok, pintu baja diledakkan dengan C4.

DUAR!

Pasukan The Black Watch yang mengenakan seragam taktis serba hitam dan kacamata Night Vision menyerbu masuk. Mereka bergerak seperti hantu. Efisien. Mematikan.

Para preman penjaga gudang yang hanya bermodal parang dan pistol rakitan tidak punya kesempatan. Mereka dilumpuhkan bahkan sebelum sadar ada musuh.

Di layar tablet Atlas, satu per satu titik merah di peta berubah menjadi hijau.

Titik A (Gudang): Clear.

Titik B (Kasino): Clear.

Titik C (Rumah Bordil): Clear.

Atlas menggeser layar tabletnya ke kamera drone yang terbang di atas markas utama Marco—sebuah gedung klub malam mewah di Jakarta Selatan.

"Sekarang hidangan utamanya," gumam Atlas.

Markas Besar Grup Naga Hitam - Ruang VIP

Marco "The Butcher" sedang panik. Teleponnya tidak berhenti berdering.

"Bos! Kasino kita diserang pasukan militer!"

"Bos! Rekening kosong! Kita nggak bisa bayar anak buah!"

"Bos! Polisi tiba-tiba menggerebek gudang kita, ada yang kasih info koordinat akurat!"

Marco membanting ponselnya ke dinding. "Siapa bocah ini sebenarnya?! Atlas Wijaya... dia cuma anak kemarin sore! Dari mana dia punya pasukan sebanyak ini?!"

Tiba-tiba, layar televisi besar di ruang karaoke itu menyala sendiri.

Wajah Marco muncul di sana, di samping sebuah angka besar yang berkedip merah.

WANTED: DEAD OR ALIVE

MARCO "THE BUTCHER"

BOUNTY: RP 100.000.000.000 (SERATUS MILIAR RUPIAH)

STATUS: VALID FOR ANYONE.

Marco terbelalak. Seratus Miliar? Untuk kepalanya?

Dia menoleh ke arah sepuluh pengawal pribadinya yang berada di ruangan itu. Orang-orang yang selama ini setia padanya karena uang.

Suasana ruangan berubah mencekam.

Para pengawal itu saling pandang. Mereka memegang pistol di pinggang mereka. Tatapan mereka pada Marco berubah. Bukan lagi tatapan hormat, tapi tatapan lapar. Seratus miliar bisa mengubah hidup mereka tujuh turunan.

"Kalian..." Marco mundur, keringat dingin mengucur deras. "Jangan percaya! Itu hoax! Aku bos kalian! Aku yang kasih makan kalian!"

Salah satu pengawal, tangan kanannya sendiri, mencabut pistolnya.

"Maaf, Bos," ucap pengawal itu dingin. "Bos udah bangkrut. Rekening Bos kosong. Sedangkan tawaran di TV itu... tunai."

"JANGAN!"

DOR! DOR! DOR!

The White Manor

Atlas melihat semuanya lewat kamera tersembunyi yang diretas di ruangan Marco. Dia tidak perlu mengotori tangannya. Keserakahan manusia adalah senjata yang paling efektif.

Marco jatuh tersungkur oleh peluru anak buahnya sendiri. Grup Naga Hitam, organisasi mafia yang ditakuti selama 20 tahun, runtuh dalam waktu kurang dari 2 jam karena kekuatan uang satu orang pemuda.

[MISI UTAMA SELESAI: THE SHADOW WAR]

[Target: Marco (Eliminated via Proxy).]

[Organisasi: Bubar/Hancur.]

[REWARD DITERIMA]

Wealth Points: +20.000 WP.

Reputasi Dunia Bawah: 'The Silent King' (Raja Diam). Tidak ada lagi organisasi kriminal yang berani menyentuh keluarga Wijaya.

Aset Loot: Sertifikat Tanah bekas markas musuh (Nilai: 500 Miliar).

Atlas menutup tabletnya. Dia menghabiskan 1,5 Triliun Rupiah malam ini (1 Triliun untuk sewa pasukan + 500 Miliar untuk operasi pembersihan), tapi dia mendapatkan ketenangan abadi untuk adiknya.

Worth it.

Orion menggeliat kecil dalam tidurnya, memeluk guling. "Kak..." igau gadis itu.

Atlas tersenyum lembut, kontras dengan pembantaian yang baru saja ia dalangi. Dia membetulkan selimut adiknya.

"Tidur yang nyenyak, Dek. Monster-monsternya sudah hilang. Selamanya."

Keesokan Paginya

Berita pagi di TV menayangkan headline besar:

"BENTROKAN ANTAR GENG, BOS MAFIA DITEMUKAN TEWAS. POLISI SITA ASET ILEGAL TRILIUNAN RUPIAH."

Orion menonton berita itu sambil sarapan roti bakar di ruang makan.

"Ih, ngeri banget ya Kak Jakarta," komentar Orion polos. "Untung kita tinggal di sini aman."

Atlas, yang sedang membaca koran bisnis sambil minum kopi, hanya mengangguk santai. "Iya. Hati-hati kalau keluar. Tapi tenang aja, Maya kan jagain kamu."

Sebastian datang membawakan teh tambahan. Dia dan Atlas bertukar pandang sekilas. Senyum tipis yang penuh arti. Tidak ada yang perlu tahu bahwa "Pembersihan Kota" itu dilakukan oleh pemuda yang sedang makan selai kacang ini.

"Oh iya, Kak," kata Orion.

"Hm?"

"Soal kuliah... ada undangan field trip ke Bali minggu depan. Semacam studi banding seni gitu. Boleh ikut nggak?"

Atlas berhenti mengunyah. Bali.

Jauh dari rumah. Tapi dia punya 20.000 WP baru di saku sistemnya. Dan dia punya pesawat pribadi (yang bisa dia beli sekarang juga).

"Boleh," jawab Atlas. "Tapi kita nggak naik pesawat komersial. Kakak beli pesawat dulu sebentar."

Orion tersedak susunya. "Hah?! Beli pesawat?!"

Atlas membuka System Shop. Target belanjaan berikutnya: Gulfstream G650ER.

1
mustika saputro
keren banget
Sukma Firmansyah: thanks abangku,jangan lupa baya karya saya yang lain
total 1 replies
Pakde
🙏🙏🙏🙏🙏
Sukma Firmansyah: jangan lupa rating nya pakde, subs juga
kalo ada yang baru biar bisa ketauan
total 1 replies
Pakde
lanjut thor
Sukma Firmansyah: waduh, udah tamat pakde
next novel baru
semoga suka
btw
ada yang kurang kah dari ceritanya
total 1 replies
Sukma Firmansyah
bagus
Sukma Firmansyah
siangan abangku
Pakde
lanjut thor 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!