Nanggong Li adalah orang dari dunia modern yang memiliki kekasih cantik. Namun, karena ia tidak terlalu tampan dan tidak punya latar belakang, ia malah dikhianati dan akhirnya menghilang. Setelah itu, ia bereinkarnasi menjadi seseorang yang dianggap sampah di dunia kultivasi, dengan mewarisi ilmu dari dunia lamanya serta bantuan roh primordialnya.
Di sana, ia memiliki kekasih yang kuat dan disebut sebagai wanita tercantik di wilayah timur. Seorang yang dianggap sampah ternyata bisa memiliki wanita yang bahkan seseorang yang sudah dianggap kuat pun tidak bisa mendambakannya. Apakah Dongfang Ling bisa mengubah takdirnya sebagai seorang “sampah” dari keluarga terkemuka?
Untuk Chapter di bawah 23 mungkin ada kesalahan karna author pemula 🙏
Judul lain : From Mortal to Divine Emperor: Transcending All Worlds
Update : 1 hari sekali jika tidak ada halangan
Genre : Komedi,Romance,Adventure,Action,Fantasi timur 😇🤭 aman kok
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sh1-Han, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter-9 Bertemu Guru
Setelah semua urusan di kediaman Dongfang selesai, Dongfang Ling mengunjungi kediaman Nangong Li—orang yang pernah berbisik padanya saat ia akan pergi mencari gua kultivasi.
Zhang Liuli keluar dari kesadaran Dongfang Ling dan menyeretnya ke suatu tempat.
“Bocah, ikut aku.”
Mereka pergi ke sebuah paviliun.
“Sebelum kau pergi, sebaiknya naikkan ranahmu terlebih dahulu.”
Dongfang Ling tersenyum kecil.
“Melihatmu khawatir, kupikir kau sangat lucu sekarang.”
Zhang Liuli memerah.
“Kau, bocah… beraninya menggodaku. Lagian aku masih waras dan masih menyukai wanita.”
Dongfang Ling keluar dari paviliun.
“Baiklah, baiklah, terserah kau saja.”
Di luar Kota Qing, mereka masuk ke dalam mutiara.
Sambil membaca buku, Zhang Liuli berpikir sejenak.
“Hmm… Ling Ling, sekarang waktunya kau menyembunyikan identitas milikmu. Di luar, mungkin kita tak bisa bergerak bebas jika tetap memakai identitas Putra Suci.”
Dongfang Ling mengangguk dan mulai membuat tubuh clon.
Tubuh clon yang dibuat dipadukan dengan darah kaisar yang ditemukan di gua kediaman waktu itu—pasti akan sangat hebat.
Zhang Liuli mengeluarkan raut wajah rakus.
“Tambahkan garis keturunan Vermilion juga. Lalu semua lautan pil gunakan untuk membuat pondasi. Serta lautan giok untuk membuat tubuh Raja Dewa.”
Dongfang Ling yang sedang mengeluarkan esensi hidupnya merasa kesal.
“Kau ini sedang bereksperimen apa dengan tubuhku?”
Setelah pembentukan selama satu tahun di dalam mutiara, akhirnya tubuh itu selesai dibuat.
Zhang Liuli memegang dagunya.
“Lumayan… bocah sangat tampan.”
Setelah memasuki tubuh itu, Dongfang Ling merasakan sakit luar biasa. Seluruh tubuhnya seperti direndam dalam lava—sangat perih!
Zhang Liuli memasukkan sedikit kekuatan spiritual untuk membantu.
“Tentu saja sakit. Kau menggunakan garis keturunan Raja Dewa Vermilion. Dan sedikit esensi tubuh utamamu yang kupikir memiliki banyak warisan dewa kuno… mungkin turunan dari ayahmu (Dongfang Qiang).”
Dongfang Ling pun berhasil menggunakan tubuh clonnya dan memulai dari Pemurnian Qi tahap awal.
Zhang Liuli menepuk pundaknya dan tersenyum bangga.
“Tenang saja, dengan tubuh gila seperti itu dan bakat yang dipadukan, hanya butuh dua tahun. Sudah pasti mencapai tahap Tribulasi.”
Lalu mereka memikirkan nama yang cocok.
Dongfang Ling berdiri.
“Aku sudah tahu. Ling Xuan.”
Zhang Liuli yang sedang berpikir langsung berteriak,
“Hmm? Ling Xuan! Nama itu bagus. Gunakan itu. Aku sudah menggunakan semua kecerdasanku membuat nama agung itu.”
Dongfang Ling memukul perutnya.
“Baiklah, baik, ikuti arahannmu.”
Ling xuan mulai bermeditasi selama satu tahun di dalam mutiara.
Di dalam kediaman terlihat petaka petir mulai datang. Zhang Liuli yang melihatnya mencoba memindahkan mutiara namun tak bisa karena beban yang didapat sangat banyak. Hanya ada satu pilihan: membuat ruang dimensi dengan sisa kekuatan Dewa Ruang & Waktu yang ia miliki.
“Bocah, bersyukurlah. Aku bahkan sampai menggunakan kekuatan yang bahkan tak ingin kugunakan!”
Setelah selesai memindahkan mutiara ke dalam ruang spasial, Zhang Liuli tak percaya: hanya membentuk janin roh untuk mencapai Nascent Soul, tapi sampai memicu petaka petir tingkat dua.
Ling Xuan berteriak kesakitan karena terkena petaka petir hebat.
Zhang Liuli tidak terlihat ingin membantu—ia justru menyaksikan dari pinggir sambil bermeditasi karena petir itu bisa menempa tubuh Dewa Vermilion–nya.
Tiga hari berlalu, petaka petir sudah menghilang.
Ling Xuan (Nascent Soul Langit).
Tubuh Dewa Vermilion tahap 1 puncak.
Zhang Liuli tersedak saat melihat ranahnya.
“Nas… Nascent Soul Langit?! Kau bocah benar-benar bakat surgawi! Apalagi dengan tubuh Vermilion—tak terkalahkan di ranah yang sama!”
Ling Xuam tersadar.
Sambil memegang kepalanya ia bergumam kecil, “Kepalaku sangat pusing…”
Zhang Liuli berkemas untuk berangkat ke pertarungan alam rahasia Benua Tianye.
“Bocah, kau benar-benar menghabiskan semua sumber daya. Mutiara Surgawi juga sudah tidak bisa bertahan lama. Ayo keluar dan ikut kompetisi alam rahasia, siapa tahu kita dapat kesempatan.”
Ling Xuan mengangguk.
Mereka pun keluar dari mutiara.
“Sebelum itu, kita harus pergi ke kediaman Nangong Liang.”
Zhang Liuli yang masih ragu pada Nangong Liang terus berpikir keras, namun setelah dibujuk Ling Xuan, ia pun ikut pergi.
Mereka sampai di kediaman Nangong Liang.
Ling Xuan berteriak,
“Pak tua Nangong, aku meminta janjimu!”
Aura sekitar berubah. Suara tegas dan tua muncul.
“Ha ha ha ha!”
Nangong Liang (tahap tidak diketahui) akhirnya muncul.
“Akhirnya kau datang. Apa kau bersedia menjadi muridku? Jika kau bersedia, di semua petualanganmu di luar Benua Tianye atau di mana pun, aku bisa membantumu.”
Saat melihat ke bawah, Nangong Liang kaget dan tersentak jatuh, menghancurkan rumah yang baru saja ia bangun.
“Si… siapa kau?!”
Nangong Liang memutari Ling Xuan, memegang rambutnya, mencubit pipinya, bahkan membuka mulutnya.
Ling Xuan menepis lengannya.
“Aku adalah Dongfang! Apa kau bodoh?”
Zhang Liuli tak bisa menahan tawa.
“Ha ha aha ha!”
Nangong Liang tersenyum bangga.
“Sepertinya kau sudah berhasil membentuk Tubuh Raja Dewa.”
“Baiklah, sekara—”
“Aku, Ling xuan, bersedia menjadi muridmu.”
Ia bersujud tiga kali.
“Terimalah hormat murid, Guru.”
Nangong Liang mengangkatnya.
“Hmm, kau sudah berbakti. Sekarang, apa tujuan kalian?”
Serentak mereka menjawab,
“Pergi ke kompetisi alam rahasia!”
“Jika bukan Zhang—Xuan menghabiskan sumber daya untuk kultivasi, pasti kami masih hidup makmur.”
Nangong Liang membatu.
“Kalian benar-benar seperti saudara…”
Mereka berdua menjawab bersamaan,
“Tentu saja kita saudara! Ling adalah adikku!”
“Tentu saja kita saudara! Liuli adalah adikku!”
“K–kau yang adik, Ling Xuan!”
“Tentu saja kau, Zhang Liuli!”
Nangong Liang memberikan ide.
“Bagaimana jika kita bermain catur untuk menentukan hal rumit ini…”
(Dalam hati: rumit dari mana, ini seperti bocah semua.)
Mereka berdua setuju.
“Baiklah.”
Ling xuan mengambil catur dari dalam rumah Nangong Liang yang sudah hancur.
Melihat kondisi rumahnya, Nangong Liang terjatuh ke tanah sambil berteriak,
“Tidakkkkk! Rumahkuuuu!”
Zhang Liuli membantunya berdiri.
“Sudahlah, toh setelah ini kita tidak akan tinggal di benua kecil ini.”
Nangong Liang menghela napas.
“Kau ada benarnya juga…”
“Baiklah, catur sudah ditemukan. Ayo kalian, waktunya bertanding. Aku akan jadi wasit!”
Zhang Liuli mengambil kayu dan meletakkannya pada lengan Nangong Liang.
“Tak usah, fokus saja memperbaiki rumahmu.”
Nangong Liang menggeleng.
Zhang Liuli menepuk pundaknya dan berkata bangga,
“Tanpa rumah, mau tidur di mana kita?”
Dengan ekspresi menangis, Nangong Liang mulai memperbaiki rumahnya sendiri.
Mereka berdua pun mulai bermain catur.
Dengan sekali gerakan, Zhang Liuli membuat rumah yang hampir selesai dibangun Nangong Liang hancur seketika.
Nangong Liang marah besar.
“ZHANG LIULIIII! KENDALIKAN KEKUATANMU! BERANINYA KAU MEMBUAT ISTANAKU HANCUR!!”
Zhang Liuli berbalik.
“Uhuk, uhuk—istana apanya?! Itu hanya rumah bobrok! Makanya buat dari bahan kelas atas, Pak Tua brengsek!”
Ling Xuan tertawa sedikit.
Serentak Nangong Liang dan Zhang Liuli melirik,
“Kau tertawa, ya?”
Ling Xuan melirik ke sana-sini.
“A–apanya? Aku hanya tersedak.”
“Sudahlah. Sekarang kita hanya saudara. Zhang Liuli, kau kakakku.”
Zhang Liuli yang masih tidak puas bermain catur itu hanya bisa menyetujui.
Nangong Liang dengan pinggang encoknya berteriak lagi,
“KALAU SUDAH, BANTU AKU, ANAK-ANAK DURHAKA!!”
“Baiklah, baiklah, Pak Tua…”
Mereka berdua membantu membangun rumah itu kembali.
Melihat mereka bertengkar seperti ayah dan anak, Zhang Liuli tersenyum. Ia melihat anak yang sejak kecil hanya dibesarkan ibunya kini bisa merasakan kehangatan seorang ayah.
Lalu—
PRAK!!!
Sebuah kayu terbang menghantam ke arah Zhang Liuli.
“KALIAN!!!! SINI! AKU AKAN MEMUKUL KALIAN BERDUA!!!”