Laura Carter adalah seorang nona muda yang memiliki kehidupan sempurna, hingga suatu hari ia di diagnosa mengidap kanker stadium akhir. Usianya hanya bisa bertahan selama enam bulan.
Bukannya merasa terpuruk Laura memutuskan untuk menikmati sisa waktu yang dia punya bersama sang kekasih, Dokter Shinee.
Namun siapa sangka pria yang selama ini jadi belahan jiwanya adalah suami wanita lain. "Dasar badjingan," umpat Laura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MDB Bab 28 - Kedua Matanya Yang Sayu
Shinee berdiri di belakang Laura, gunting kecil dan sisir sudah siap di tangannya. Mereka berada di balkon kecil apartemen agar potongan rambut tidak berceceran ke mana-mana. Matahari sore memantulkan cahaya lembut, menerangi wajah pucat Laura yang berusaha keras untuk tetap tersenyum.
“Kalau hasilnya jelek bagaimana?" tanya Laura pelan.
Shinee justru mendekatkan mulutnya ke telinga sang istri. “Kalau hasilnya jelek, aku akan potong rambutku juga supaya kita sama-sama jelek,” balas Shinee tanpa ragu.
“Astaga, Kak!” Laura buru-buru menoleh, tapi segera ditahan oleh Shinee agar tidak bergerak.
Celine yang duduk di sofa kecil sambil memegang ponsel tertawa keras. “Oke, ini wajib aku rekam. Siapa tahu nanti bisa jadi kenangan jika kak Shinee bener-benar jadi botak."
“Celine!” protes Shinee dan Laura bersamaan.
Tapi tawa itu cepat meredam, digantikan keheningan lembut yang penuh makna. Shinee mulai menggunting rambut Laura, helai demi helai jatuh ke lantai. Laura memejamkan mata sebentar, entah kenapa jantungnya berdegup.
Rambut yang jatuh seolah kalah dengan penyakit yang perlahan merenggut banyak hal darinya.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya Shinee pelan. Suaranya begitu lembut seolah memegang sesuatu yang rapuh.
“Iya,” jawab Laura dengan suara yang sedikit bergetar. “Akhirnya potong rambut juga, rasanya seperti…” Laura tidak melanjutkan, kata-katanya hilang di tenggorokan. Tak kuasa untuk mengatakan bahwa rasa seperti sebuah kekalahan.
Shinee menaruh gunting sejenak dan berlutut di depan sang istri. Tangannya mengangkat dagu Laura agar bisa menatap mata wanita itu.
“Rambut bisa tumbuh lagi. Tapi kamu tidak ada gantinya. Jadi jangan merasa kehilangan apa pun selama aku ada.”
Kedua mata Laura langsung berkaca-kaca. Bukan karena sedih, tapi karena rasa dicintai yang begitu dalam.
Celine diam-diam menelan ludahnya dengan kasar, kali ini dia tak ingin menangis dan memang sudah mulai pandai mengendalikan emosinya sendiri. Tidak lagi jadi gadis cengeng seperti di awal bulan.
Shinee kemudian kembali berdiri. Kali ini ia memotong sisa rambut Laura lebih pendek, membentuk potongan simple bob. Setiap kali memotong, dia berhenti sejenak untuk memastikan Laura nyaman. Setelah selesai ia mengambil cermin kecil dan meletakkannya di depan Laura.
“Lihat,” katanya pelan.
Laura menghela napas panjang saat melihat pantulan dirinya. Rambut barunya pendek, rapi, dan entah bagaimana membuat wajahnya terlihat lebih hidup.
“Kamu terlihat cantik,” ucap Shinee.
Laura mencebik dan Celine mengambil foto banyak-banyak, dari tiap foto yang dia ambil banyak sekali terlihat Shinee yang selalu menatap Laura dengan tatapan dalam. Terlalu jelas jika pria itu begitu mencintai Laura.
Celine dengan cepat memotret satu gambar terakhir, foto yang tidak disadari oleh Shinee dan Laura. Foto itu memuat pemandangan sederhana, Shinee memeluk Laura erat, rambut pendek Laura menempel di daddanya.
Foto itu bukan hanya untuk kenangan kelam. Tapi untuk saat-saat yang menunjukkan betapa mereka saling mencintai apa pun yang terjadi.
Beberapa hari kemudian, kehidupan berjalan kembali dalam ritme baru yang mereka semua coba biasakan.
Celine mulai membaca banyak artikel tentang cara merawat pasien chemo. Setiap malam ia menyiapkan air hangat untuk Laura, membawakan makanan kecil yang tidak memicu mual, dan selalu memastikan Laura tetap tersenyum meskipun hanya sehari sekali.
Dicky… tetap menjauh. Pria itu tampak sibuk, sering keluar lebih lama dari biasanya. Namun setiap kali pulang, matanya selalu tampak merah dan lelah. Tidak ada yang menanyakan apa pun, menghormati caranya sendiri menghadapi kesedihan.
Shinee, di sisi lain hampir tidak pernah meninggalkan Laura. Bahkan ketika bekerja dari rumah, ia selalu memastikan pintunya tetap terbuka agar bisa melihat Laura di ruang keluarga.
"Kak, mau minum tidak?" tawar Celine yang kasihan juga pada Shinee, rasanya tak pernah melihat Shinee beristirahat.
Shinee menggeleng kecil, merasa dia tidak membutuhkan minum untuk saat ini.
"Baik, aku ambilkan," balas Celine yang akhirnya memaksa.
Di dalam kamar Laura pun melihat pemandangan itu dengan kedua matanya yang sayu, namun bibirnya tersenyum kecil. Shinee dan Celine.
lobster Shinee sedangkan Dicky dan
Celine hukuman' nya menjadi pengasuh
sabar Axel Daddy mommy sedang
membuat adonan untuk adek nya Axel
Lau tanpa pengamanan langsung deh
tunggu satu bulan kemudian Shinee
ingin merawat dan menjaga istri nya ke
tika hamil dan melahirkan kali sehari ini
tidak ada yang boleh mengganggu nya
jadi garam pantas masak tidak pernah
beli garam punya air mata berlebihan
ya sudah bikin adonannya tampa was
was lagi sudah aman 100%🥰❤️
Cus lah ke karya baru nya...🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️
Ikut om,,biar rame...😅😅😅😅
semangat berkarya Otor 🥰🥰