NovelToon NovelToon
Sang Penyelamat

Sang Penyelamat

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyelamat / Dokter Genius
Popularitas:92.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Irsyad mendapat tugas sulit menjadikan Bandung Medical Center sebagai rumah sakit pusat trauma di Bandung Timur.

Kondisi rumah sakit yang nyaris bangkrut, sistem yang carut marut dan kurangnya SDM membuat Irsyad harus berjuang ekstra keras menyelesaikan tugasnya.

Belum lagi dia harus berhadapan dengan Handaru, dokter bedah senior yang pernah memiliki sejarah buruk dengannya.

Bersama dengan Emir, Irsyad menjadi garda terdepan menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat.

Terkadang mereka harus memilih, antara nyawa pasien atau tunduk dengan sistem yang bobrok.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Panggilan Spesial

Mendengar panggilan Irsyad untuk Nayraya yang berbeda sendiri, sontak menarik perhatian semua perawat yang ada di sana.

“Raya?” tanya Monika tanpa bersuara pada Farah.

Suster senior itu hanya mengangkat bahunya seraya menyunggingkan senyuman. Perhatiannya kembali tertuju pada Nayraya dan Irsyad yang masih berbincang serius. Tak berapa lama kemudian, Irsyad meninggalkan nurse station.

Sepeninggal Irsyad, semua perawat yang berada di nurse station mendekati Nayraya. Awalnya wanita itu tidak menyadari. Tapi akhirnya dia menyadari kalau sekarang semua rekannya sedang menatap padanya.

“Ada apa?” tanya Nayraya bingung.

“Dokter Irsyad memanggil mu apa tadi?”

“Raya,” jawab Nayraya santai sambil memeriksa rekam medis pasien.

“Raya.. kenapa bukan Nay? Atau Nayra?”

Nayraya hanya mengangkat kedua bahunya. Sampai sekarang pun dia masih tidak tahu alasan Irsyad lebih senang memanggilnya dengan sebutan Raya dibanding Nay atau Nayra.

“Itu panggilan spesial dokter Irsyad untuk mu,” ujar Farah sambil tersenyum.

“Panggilan spesial untuk perempuan spesial,” lanjut Monika.

“Panggilan sayang pastinya,” sambung Akbar.

“Sebentar lagi status jomblo mu akan lepas,” pungkas Husein.

Tanpa diminta, yang lain langsung mengaminkan apa yang dikatakan oleh Husein. Nayraya memandangi keempat rekan di depannya dengan tatapan bingung.

“Ada apa dengan kalian?”

“Harusnya kamu yang bercerita, ada apa antara kamu dan dokter Irsyad?” balas Monika seraya menaik turunkan alisnya.

“Tidak ada apa-apa.”

“Tidak mungkin. Kalau tidak ada apa-apa, bagaimana panggilan spesial itu muncul?” goda Akbar.

“Astaga, itu hanya sebuah panggilan. Kenapa kalian ribut seperti ini?”

“Yakin kalau itu hanya panggilan biasa?”

“Ada apa dengan kalian? Astaga!”

Tak mau terlibat dalam perbincangan absurd para rekannya, Nayraya memilih meninggalkan nurse station. Sepeninggal Nayraya, semua rekannya masih berkumpul sambil terus membicarakan hubungan Nayraya dengan Irsyad.

“Aku yakin ada sesuatu di antara mereka,” ujar Akbar.

“Aku setuju mereka bersama. Yang satu cantik, yang satu tampan,” lanjut Monika.

“Rumah sakit ini belum pernah mendapat kisah romance. Siapa tahu bisa bermula dari mereka,” sambung Husein.

“Doakan saja mereka berjodoh,” pungkas Farah.

“Aamiin..”

Perbincangan keempatnya terhenti ketika tiga pasien berturut-turut memasuki IGD. Mereka langsung menghampiri pasien kemudian memandunya ke ranjang yang kosong.

***

TOK

TOK

TOK

Nayraya melongokkan kepalanya ke ruang perawatan Teni. Wanita itu langsung menyunggingkan senyuman pada perawat yang membantunya sejak dirinya masuk ke rumah sakit.

“Bagaimana keadaan Ibu?”

“Alhamdulillah, baik.”

“Aku dengar Ibu sudah bertemu dengan dokter Tarigan?”

“Iya. Dokter Tarigan secara jujur mengakui kesalahan dan meminta maaf pada kami. Dan kami memutuskan menyelesaikan masalah dengan damai. Dokter Tarigan juga akan membantu kami menjalani promil tanpa dipungut biaya.”

“Syukurlah. Saya doakan semoga Ibu dan Bapak bisa secepatnya mendapatkan momongan.”

“Aamiin.”

“Aku ke sini hanya ingin melihat keadaan Ibu. Dan aku senang semua permasalahan bisa selesai dengan damai. Kalau begitu aku permisi dulu.”

Setelah melihat keadaan Teni, Nayraya segera meninggalkan ruang perawatan tersebut. Wanita itu segera menuju lift. Dia masih harus menunggu karena lift masih berada di lantai 8. Nayraya tidak sadar kalau Irsyad sudah berada di belakangnya.

Begitu pintu lift terbuka, nampak keadaan lift dalam keadaan kosong. Nayraya segera masuk ke dalam lift disusul oleh Irsyad. Wanita itu cukup terkejut saat menyadari ada Irsyad bersamanya di dalam lift.

“Aku dengar masalah Ibu Teni dengan dokter Tarigan selesai dengan baik,” Nayraya membuka pembicaraan.

“Ya, aku tidak menyangka dokter Tarigan bisa berbesar hati mengakui kesalahan dan meminta maaf.”

“Syukurlah, aku senang masalah tidak sampai panjang.”

“Terima kasih.”

“Untuk?”

“Karena kamu yang mengusulkan pada ku untuk berbicara dulu dengan dokter Tarigan.”

“Sama-sama. Aku hanya tidak ingin terjadi keributan. Kalau sampai masalah dibawa ke jalur hukum, aku hanya takut masyarakat kehilangan kepercayaan pada para petugas medis.”

“Ya, kamu benar. Sebagai rasa terima kasih ku, bagaimana kalau aku mentraktir mu makan malam?”

“Kapan?”

“Sekarang?”

“Ehm.. baiklah.”

“Aku tunggu di basement.”

Kepala Nayraya mengangguk cepat. Sesampainya di lantai dasar, keduanya segera menuju ke ruang ganti.

Di ruang ganti, Irsyad bertemu dengan Reynand dan Emir di sana.

“Kalian ada acara?” tanya Irsyad.

“Tidak ada.”

“Aku dan Nayraya akan makan malam bersama. Kalian mau ikut?”

“Apa tidak mengganggu?” tanya Reynand sambil tersenyum.

“Tidak, aku lebih senang kalau kalian ikut.”

“Aku ikut. Lumayan bisa makan gratis,” jawab Emir sambil tersenyum.

“Kita bertemu di sana langsung di rumah makan Aki Nini yang di dekat GBLA.”

“Okeh.”

Irsyad keluar dari ruang ganti dengan tas tersampir di bahunya. Pria itu langsung menuju basement. Di sana dia melihat Nayraya sudah menunggu. Melihat kemunculan Irsyad, Nayraya segera mengikuti Irsyad.

“Kita makan di mana?” tanya Nayraya setelah memakai sabuk pengaman.

“Di rumah makan Aki Nini.”

“Yang dekat GBLA?”

“Iya, apa kamu pernah ke sana?”

“Belum. Tapi aku sering melihat iklannya di media sosial. Apa dokter pernah ke sana?”

“Belum.”

“Semoga rasa makanannya sesuai dengan iklan yang beredar.”

Hanya senyuman yang diberikan Irsyad. Pria itu segera menjalankan kendaraan roda empatnya. Tak berselang lama, mobil Emir dan motor Reynand menyusul keluar.

Mobil yang dikendarai Irsyad berbelok memasuki pelataran parkir tempat makan. Setelah memarkirkan mobilnya, bersama dengan Nayraya, dokter spesialis bedah trauma itu masuk dan langsung menuju saung yang sudah dipesan sebelumnya oleh Irsyad. Seorang pelayan mengantarkan buku menu.

Baru saja Nayraya membuka buku menu, Emir dan Reynand datang bergabung. Wanita itu terkejut sekaligus ada sedikit perasaan kecewa, karena Irsyad tidak hanya mengajaknya makan malam, tapi ada juga Reynand dan Emir.

“Hai Nay, sepertinya kamu dan Bang Irs semakin dekat,” Emir melirik pada Irsyad ketika mengatakan itu. Namun Irsyad tak mengatakan apa-apa. Pria itu malah mengangkat tangannya, memanggil pelayan.

Keempat orang tersebut mulai memesan makanan. Usai mencatat pesanan, sang pelayan meninggalkan meja. Sambil menunggu pesanan selesai, mereka pun berbincang. Topik pembicaraan masih seputar kasus yang menimpa Ibu Teni.

“Syukurlah dokter Tarigan tidak seperti CMO kita,” ceplos Emir yang cukup membuat terkejut Reynand dan Nayraya.

“Maksudnya?” tanya Reynand penasaran.

“Dokter Handaru juga pernah melakukan kesalahan di ruang operasi. Tapi alih-alih mengakuinya, dia malah menumbalkan dokter lain untuk bertanggung jawab. Atau mencari alasan lain atas kegagalan operasinya.”

“Emir,” tegur Irsyad.

“Kenapa? Mereka bekerja di bawah dokter Handaru. Mereka harus tahu tentangnya.”

Irsyad hanya menutup mulutnya ketika Emir menceritakan sepak terjang Handaru. Walau pria itu hanya menceritakan secara singkat, namun baik Nayraya maupun Reynand sudah bisa menangkap seperti apa sosok dokter Handaru.

“Mungkin dia melakukan itu agar reputasinya tidak hancur,” ujar Reynand.

“Tapi tidak seharusnya dia mengorbankan orang lain. Kalau dia mengakui dengan jujur, siapa tahu pasien bisa menerimanya,” lanjut Nayraya.

Perbincangan seru mereka terinterupsi ketika pelayan datang membawakan pesanan mereka. Setelah makanan datang, perhatian mereka langsung beralih pada makanan dan melupakan pembicaraan tentang Handaru.

“Dokter Emir, bagaimana hubungan mu dengan Ivana?” goda Nayraya.

“Ivana? Ada apa dengannya?”

“Hey.. ayolah. Suster di ruang VIP menggosipkan diri mu dan Ivana.”

“Aku hanya mengajaknya jalan-jalan dan mengunjunginya kalau senggang. Tidak ada yang spesial,” elak Emir.

“Ivana adalah pasien ku. Tapi sepertinya dokter Emir yang lebih sering menjenguknya,” sambung Reynand.

Hanya tawa kecil yang diberikan Emir. Kenapa sekarang bola panas bergulir padanya?

“Dokter Irsyad, apa perempuan yang waktu itu datang ke rumah sakit untuk mengurus pasien yang harus menjalani operasi usus buntu itu adik dokter?” tanya Nayraya.

Begitu Nayraya membuka pembicaraan tentang Maira, Reynand langsung membuka telinga lebar-lebar. Sejak pria itu mengantarkan Maira ke rumah, dia belum bertemu lagi dengan Maira.

“Ya, dia adik ku. Namanya Maira. Dia membantu mengurus yayasan Qurota’ayyun. Kenapa?”

“Tidak apa-apa. Dia itu cantik sekali.”

“Cantik, tapi juteknya minta ampun. Sepertinya kalau menikah pun, harus dijodohkan. Mana ada laki-laki yang kuat dan berani mendekatinya,” ceplos Emir yang langsung mendapat tepakan di kepala dari Irsyad.

“Tapi itu jadi tantangan buat laki-laki yang mau mengejarnya. Kalau baru mendekatinya saja sudah tidak kuat mental, bagaimana bisa menjadi imam hidupnya,” jawab Nayraya sambil melirik pada Reynand.

“Ya kamu benar. Sejujurnya aku juga penasaran, siapa laki-laki yang bisa membuatnya jinak,” ujar Irsyad sambil tersenyum.

“Waktu kamu mengantarkannya pulang, apa yang kalian bicarakan?” tanya Irsyad sambil melihat pada Reynand.

“Tidak ada. Dia malah tidur sampai Ayah dokter harus membangunkannya.”

“Hahahaha.. dasar kebluk!” seru Emir sambil terus tertawa.

“Itu salah satu kebiasaan buruk Maira. Kalau sudah tidur, sulit dibangunkan. Yang kedua, dia itu penakut.”

“Takut darah?” tebak Reynand.

“Itu hal lain. Dia memang tidak kuat kalau melihat darah. Tubuhnya langsung lemas kalau melihat darah apalagi kalau dalam jumlah besar.”

Kepala Reynand mengangguk. Soal itu dia ketahui saat tidak sengaja mengajak Maira melihat jalannya operasi yang dilakukan Irsyad.

“Waktu kamu mengantarnya pulang, dia itu sudah sangat mengantuk. Aku memintanya tidur di rumah. Tapi karena aku akan tidur di rumah sakit, dia tidak mau dan tetap mau pulang. Dia itu takut kalau harus sendirian di rumah.”

“Takut setan?” kali ini Nayraya yang bertanya.

“Mungkin. Tapi yang jelas dia takut karena pikirannya sendiri.”

“Tapi anehnya, sudah penakut tapi senang nonton film horror,” celetuk Emir yang disambut tawa kecil Irsyad.

Pembicaraan jadi berubah arah. Awalnya yang membicarakan Handaru, kini beralih membicarakan Maira. Reynand sepertinya harus berterima kasih karena Nayraya yang membuka pembicaraan tentang gadis yang sudah mencuri hatinya.

***

Usai makan malam, seperti biasa Irsyad mengantarkan Nayraya pulang ke rumah. Pria itu menjalankan kendaraan dengan kecepatan sedang. Untuk mengisi perjalanan, Nayraya mengajak Irsyad berbincang ringan.

“Maira itu adik bungsu dokter?”

“Iya. Aku punya dua adik, satu laki-laki, satu perempuan. Dan satu Kakak laki-laki. Bagaimana dengan mu?”

“Aku punya seorang adik perempuan. Tapi, dia sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu. Dia meninggal karena kecelakaan. Saat itu dia baru pulang sekolah, dijemput oleh Ibu ku. Mereka mengalami kecelakaan dan keduanya tidak selamat.”

“Maaf..” Irsyad jadi tidak enak hati menanyakan hal yang memicu kesedihan Nayraya.

“Tidak apa. Kejadian itu sudah lama berlalu.”

“Talita.”

“Apa?”

“Kamu pernah bertanya kenapa aku sangat membenci dokter Handaru. Jawabannya karena Talita.”

“Siapa dia?”

“Dia tunangan ku. Dua bulan menjelang pernikahan kami, Talita mengalami kecelakaan parah. Dia dibawa ke Ibnu Sina, saat itu aku sedang bertugas di IGD. Aku bermaksud melakukan operasi, tapi dilarang karena hubungan kami. Dikhawatirkan aku akan melakukan penilaian subjektif selama operasi berlangsung. Akhirnya dokter Handaru yang mengoperasinya dan Talita meninggal di meja operasi.”

Nayraya memberanikan diri melihat pada Irsyad. Wajah pria itu nampak sendu ketika menceritakan tentang Talita.

“Aku turut berduka cita soal Talita. Apa yang terjadi sudah suratan takdir Allah. Percayalah, kalau memang waktu Talita hanya sampai hari itu, maka dia akan tetap pergi bagaimana pun caranya.”

“Ya, kamu benar.”

“Aku harap dokter sudah bisa mengikhlaskannya. Memang sulit, tapi bukan berarti tidak bisa. Aku pun pernah mengalaminya.”

“In Syaa Allah, aku sudah mengikhlaskannya.”

Nayraya memilih tidak melanjutkan pembicaraan tentang Talita. Dia mengerti benar apa yang dirasakan Irsyad, karena wanita itu pernah mengalami kehilangan dua orang yang disayanginya sekaligus.

Akhirnya perjalanan mereka berakhir ketika Irsyad menghentikan mobilnya di depan gang di mana rumah perawat wanita itu berada. Sebelum turun, Nayraya mengucapkan kalimat yang sukses membuat Irsyad tercenung.

“Harusnya dokter bersyukur saat itu dokter Handaru yang masuk menggantikan dokter di ruang operasi. Kalau dokter yang mengoperasi Talita dan nyawanya tetap tidak bisa diselamatkan, apa dokter bisa memaafkan diri sendiri? Bukan tidak mungkin dokter akan terus menyalahkan diri sendiri.”

Apa yang dikatakan Nayraya sontak membuat Irsyad terdiam. Kesadaran pria itu baru kembali saat mendengar suara pintu mobil yang tertutup. Matanya terus memandangi Nayraya yang mulai menyusuri jalanan gang berpenerangan minim.

Setelah terdiam beberapa saat, barulah Irsyad menjalankan lagi kendaraannya.

Nayraya terus berjalan menuju rumahnya yang berjarak sekitar seratus lima puluh meter dari jalan masuk gang. Hanya tinggal beberapa meter lagi dirinya sampai di rumah, wanita itu menghentikan langkahnya ketika melihat seorang pria paruh baya berdiri di teras rumahnya.

***

Siapa tuh?

1
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
makanya hati" dalam berucap 🤭
Endang 💖
seru Mak,,,
Munas Tuti
jiaaah...Oscar sok baik
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
calon ulet keket datang 😏... Kamelia apa²an kamu pake ngaku² Irysad miliknya ...dasar gk tau malu....pasti niih orang udah di tolak sama dr Irsyad deh 🤔
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
ciiihhh mulutmu bisa bilang gitu....
apa katanya gk takut dgn Dadvar....padahal ciut dlm hatinya pasti deh iya takut🫣
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
jgn liat orang dari umur....tp aura kepemimpinan yg menguar kuat.....tdk seperti dirimu Sensen yg gk ada wibawa /Smug/
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
ahahahahhaha.... Raya kekihh sana Merry....ya wajarlah dia kekihh ....serasa gk reka calon imannya di perlakukan seperti orang yg telah melakukan kejahadan🤭
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
tuuh kan mana bisa Irsyad diem bae tanpa ada penelusuran .....dia pasti akan menyelidiki misteri pasiennya /Determined/
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
orang yg ngoperasi pasti akan hapal pd pasiennya.... makanya Irsyad tau betul tentang Aruna
dewi rofiqoh
Oscar jangan cari muka, yang kamu tangani menyangkut Nyawa orang lain. Jangan main-main
Paula Abdul
hadeuh.... Kamehame ehh....Kamelia kepedean bat dah jadi orang, dikira dokter Irsyad mau sama lo 😏
Paula Abdul
Oscar kenapa mencurigakan ya tindak tanduknya, kek ada rasa yg gimana gitu deh
Dinar Keke
Irsyad lupa ya atau belum sempat ngucapin Terima kasih sama Naraya,, soalnya baru repot, nanti aja ucapan Terima kasihnya diajak makan malam
Dinar Keke
Itu baru Davdar belum biangnya👍👍👍 kasih paham kalau ketrurunan Hikmat dan Ramadan sekali ngomong langsung kayak peluru sesuai dengan tujuannya.
Bagus Davdar biar Sentanu mingkem, baru tau kalau dia bermasalah. Titip salam sama Sentanu, kalau dipulau Rinca butuh CMO kalau dia mau bisa tuh ngatur ngatur komodo, kali aja komodonya manut sama Sentanu😂😂😂
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
seharusnya sih benee y. tapi dia kyknya orgnya terlalu terburu2 dan cepat menarik kesimpulan
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
si dokter baru y? ngejar2 ampe pindah RS
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
berarti si sengkuni jd alarm nya si Handaru dng
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
mamposssshhhhh
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
cuman sebatas itu yg kau tau sengkuni?? kalah dng ama kita2
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
sesama pecundang ketemi, ya beginilah jadinya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!