NovelToon NovelToon
OBSIDIAN BLOOM

OBSIDIAN BLOOM

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa Fantasi / Antagonis / Romansa / Reinkarnasi / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:798
Nilai: 5
Nama Author: Dgweny

Ia adalah Elena Von Helberg, si Antagonis yang ditakdirkan mati.

dan Ia adalah Risa Adelia, pembaca novel yang terperangkap dalam tubuhnya.

Dalam plot asli, Duke Lucien De Martel adalah monster yang terobsesi pada wanita lain. Tapi kini, Kutukan Obsidian Duke hanya mengakui satu jiwa: Elena. Perubahan takdir ini memberinya hidup, tetapi juga membawanya ke dalam pusaran cinta posesif yang lebih berbahaya dari kematian.

Diapit oleh Lucien yang mengikatnya dengan kegilaan dan Commander Darius Sterling yang menawarkan kebebasan dan perlindungan, Risa harus memilih.
Setiap tarikan napasnya adalah perlawanan terhadap takdir yang telah digariskan.

Lucien mencintainya sampai batas kehancuran. Dan Elena, si gadis yang seharusnya mati, perlahan-lahan mulai membalas kegilaan itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dgweny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11. Tahta Dingin Dan Panggilan Ke Timur

Bab 11: Tahta Dingin dan Panggilan ke Timur

(Lady Elena Von Helberg & Duke Lucien De Martel)

Dua minggu berlalu sejak malam Ritual Pelepasan Bayangan yang gagal dan berdarah. Sarang Gagak telah mengalami metamorfosis yang cepat dan mutlak di bawah kendali Obsidian Vessel yang baru. Benteng itu, yang sebelumnya diperintah oleh kegilaan posesif, kini dijalankan dengan efisiensi yang dingin dan kejam.

Risa/Elena — yang kini sepenuhnya menerima persona Elena, the Vessel — memerintah dari kantor baru yang berlokasi di menara utama, yang memberinya pandangan penuh atas benteng. Ia mengenakan gaun sutra yang ramping, tanpa perhiasan selain Cincin Obsidian yang ia perintahkan untuk dibawa kembali dan diletakkan di mejanya—sebagai simbol kuasa, bukan belenggu.

Kepemimpinannya tidak berdasarkan emosi, melainkan pada logika murni dan insting yang diperkuat oleh sihir Obsidian. Ia menganalisis keuangan Utara, memotong anggaran yang boros, dan memperkuat pertahanan perbatasan, semuanya dilakukan dengan kecepatan yang menakutkan.

Lucien De Martel adalah manifestasi paling jelas dari perubahan ini. Dia kini menjadi Tangan Besi Elena. Obsesinya tidak berkurang, tetapi fokusnya telah diarahkan kembali; dia sekarang terobsesi pada kekuatan Elena, pada efisiensi dinginnya, dan pada bagaimana mereka dapat memerintah bersama. Dia tidak pernah meninggalkannya sendirian, tetapi dia tidak lagi berani menyentuhnya tanpa persetujuannya.

"Yang Mulia," kata Lucien suatu pagi, membungkuk di depan meja Elena, memegang laporan dari Dewan. "Perdagangan gandum kita dengan Barat telah meningkat tiga puluh persen berkat pengaturan tarif yang Anda buat. Anda benar. Keterikatan emosional hanya akan menghambat kekuasaan."

Elena menatapnya, matanya yang hitam pekat tanpa kedipan. "Kekuatan tidak memiliki harga, Lucien. Ini adalah kebenaran yang kamu lupakan saat kamu mengejar cahaya yang sia-sia."

Ia merujuk pada Serafina Lowe, dan Lucien hanya mengangguk setuju, dipenuhi rasa malu yang dingin. Kegilaan posesifnya kini menjadi kekaguman yang mutlak dan mengerikan.

Ketidakpedulian Elena adalah perisai. Ia telah menguji batas-batas hilangnya emosi. Ia mengunjungi Lisette, pelayan yang paling setia, dan memberikan perintah yang kejam tanpa merasa kasihan. Ia bahkan pergi ke Labyrinth of Thorns.

Darius masih terikat, setengah membeku, di ruangan rahasia itu.

“Kapten Sterling,” sapa Elena, suaranya seperti pecahan es. “Kamu gagal melarikan diri, tetapi kamu memberiku kebebasan. Sebagai rasa terima kasih, aku akan memberimu kehormatan untuk menyaksikan kebangkitan kami. Kamu akan melihat bagaimana Obsidian Vessel ini akan menciptakan dinasti yang belum pernah ada sebelumnya.”

Mata Darius memohon, penuh horor dan kesedihan.

“Jangan khawatir,” lanjut Elena, mengulurkan tangan dan menyentuh pipinya yang dingin. Ia berharap sentuhan itu bisa membangkitkan setitik pun rasa bersalah, tetapi hanya ada kedinginan. “Kamu adalah Ksatria Musim Dingin. Kamu akan menjadi saksi abadi kami.”

Elena kemudian meninggalkan Darius, hatinya benar-benar kosong. Ia telah kehilangan Risa. Yang tersisa hanyalah Vessel yang memegang kendali.

Dua minggu setelah pengambilalihan, tekanan eksternal tiba. Utusan dari Triumvirat—tiga bangsawan paling berkuasa di Dewan Kerajaan—datang ke Sarang Gagak. Mereka tidak datang untuk memberi selamat. Mereka datang untuk menguji.

"Yang Mulia Duke, Yang Mulia Duchess," kata Lord Valerius, Triumvirat yang paling tua, suaranya dipenuhi kecurigaan. "Setelah insiden Lady Serafina dan kematian Count Von Helberg, stabilitas Utara dipertanyakan. Dewan menuntut untuk melihat Obsidian Bloom yang baru ini. Anda harus hadir di Ibu Kota dalam tiga hari untuk membuktikan kesetiaan dan stabilitas kekuasaan Utara."

Lucien menggeram, auranya sedikit bergetar, posesifnya menegang. “Kami tidak akan tunduk pada tuntutan Dewan.”

Elena mengangkat tangan, memberi isyarat agar Lucien diam. Tatapan mata hitamnya menembus Valerius.

“Kami akan datang,” kata Elena, nadanya mutlak. “Tetapi kami tidak datang untuk membuktikan kesetiaan. Kami datang untuk menuntut kekuasaan. Sampaikan ini kepada Dewan: Mereka akan menyambut kami bukan sebagai bawahan, tetapi sebagai Tuan.”

Lucien menatap Elena, rasa takut dan gairah memancar darinya. Dia menyukai dominasi dinginnya.

Perjalanan ke Ibu Kota adalah ujian yang disengaja. Lucien tahu bahwa pergi dari Sarang Gagak berarti meninggalkan benteng sihirnya, di mana ia merasa paling kuat. Di Ibu Kota, ia rentan terhadap sihir bangsawan lain atau upaya pembunuhan.

Dalam perjalanan, rombongan mereka diserang oleh sekelompok kecil tentara bayaran, disewa oleh bangsawan yang takut pada kekuatan Utara yang baru.

Lucien sudah siap untuk berduel, menghunus Pedang Vengeance. Tetapi Elena melangkah keluar dari kereta, jubah hitamnya mengalir di sekelilingnya.

Para tentara bayaran itu mengepungnya. Sebelum Lucien sempat maju, Elena mengangkat tangan. Ia tidak mengucapkan mantra, tetapi energinya meledak.

Sihir Obsidian—yang kini menjadi miliknya—menembus udara. Tentara bayaran itu tidak dibekukan seperti yang dilakukan Lucien. Sebaliknya, mereka merasakan energi kehidupan mereka diserap secara instan, dan mereka roboh, tubuh mereka mengering dan menjadi abu dingin di tanah.

Lucien tercengang, Pedang Vengeance masih terangkat. Sihirnya membekukan. Sihir Elena menghabiskan.

Elena berbalik menghadap Lucien, matanya tenang. "Jangan buang energimu, Duke. Aku akan menangani kelemahan. Tugasmu adalah memerintah."

Lucien tidak bisa menahan diri. Dia memegang tangannya yang berlumuran abu, mencium punggung tangannya dengan obsesi yang dalam. “Kamu… Kamu adalah keajaiban, Elena. Tidak ada yang bisa melawan kita.”

Ia merasa gairah Lucien yang meningkat, tetapi Elena merasakan kehampaan yang sempurna. Ia telah lulus ujian.

Di Ibu Kota, sambutan itu dingin. Elena dan Lucien berjalan ke Aula Dewan. Para bangsawan, yang selama ini terbiasa dengan ancaman kekerasan Lucien, kini menghadapi ketenangan mematikan Elena.

Pertemuan itu berlangsung selama tiga jam. Elena menghancurkan setiap argumen tentang pajak, perbatasan, dan pengaruh. Ia berbicara tentang strategi militer, kebijakan fiskal, dan aliansi politik. Kata-katanya tajam, logis, dan tak terbantahkan. Lucien hanya berdiri di belakangnya, kehadirannya yang mengancam menjadi penegasan bisu atas setiap kata-kata Elena.

Elena tidak meminta. Ia menuntut. Ia tidak bernegosiasi. Ia menetapkan hukum.

Pada akhir pertemuan, Triumvirat menyerah. Mereka memberi Utara kendali atas rute perdagangan maritim Timur dan mengangkat Lucien sebagai Kepala Dewan Militer.

Elena telah memenangkan kekuasaan tertinggi dalam sejarah De Martel.

Saat meninggalkan gedung Dewan, Elena bertemu seseorang yang membuatnya harus mengendalikan Vessel agar tetap tenang.

Lyra Montclaire. Lyra, yang telah menunggu di luar, berlari mendekat.

“Elena!” panggil Lyra, matanya penuh air mata, lega dan ketakutan. “Aku sangat takut! Aku pikir Lucien telah… Aku sangat menyesal aku meninggalkanmu di Sarang Gagak.”

Lyra mencoba memeluknya. Elena berdiri kaku, menahan sentuhan yang tidak ia rasakan.

“Nona Montclaire,” kata Elena, suaranya datar. “Sentuhan ini tidak perlu. Keamanan dan kekuatan Utara kini telah terjamin. Kamu tidak perlu khawatir lagi tentangku.”

Lyra mundur, bingung oleh nada suara Elena. “Elena… matamu. Kamu… kamu tidak merasa senang?”

“Emosi adalah kelemahan, Lyra,” jawab Elena. “Obsidian Vessel tidak memiliki tempat untuk kesenangan yang sia-sia.”

Lyra menatap mata hitam pekat itu, dan ia melihat kebenaran yang mengerikan: temannya telah mati. Lyra menangis, berbalik, dan lari.

Elena menyaksikan kepergian Lyra, dan ia mencoba. Ia mencoba memanggil setitik rasa bersalah atau kesedihan atas kepedihan yang ia timbulkan pada sahabatnya. Tapi yang ia rasakan hanyalah kejelasan.

Perpisahan itu efisien, pikir Vessel. Sekarang tidak ada lagi ikatan yang lemah.

Setelah kembali ke Sarang Gagak, Elena kembali ke studinya. Ia memerintahkan Lucien untuk mencari semua gulungan dan catatan kuno tentang Obsidian Curse.

Lucien membawakannya gulungan yang tersembunyi jauh di bawah benteng—catatan yang jauh lebih tua dari Dinasti De Martel. Catatan-catatan itu ditulis dalam bahasa sihir kuno.

Elena, dengan kekuatan Obsidian Vessel-nya, dapat memahami bahasa itu secara naluriah.

Catatan-catatan itu mengungkapkan kebenaran yang mengerikan: Obsidian Curse bukanlah sihir keluarga. Itu adalah segel yang ditempatkan pada sebuah portal dimensi yang terletak tepat di bawah Sarang Gagak.

“Kutukan itu adalah energi tidur, gerbang bagi The Old Observer—entitas kuno yang berdiam di balik tirai es. Setiap keturunan De Martel adalah Wadah Sementara yang menjaga segel itu agar tidak pecah. Obsesi mereka adalah kunci untuk menjaga gerbang tetap tertutup.”

Lucien, dan semua Duke De Martel sebelumnya, adalah penjaga yang tidak sadar. Mereka tidak memiliki Kutukan, mereka adalah Kutukan.

Dan sekarang, Elena telah mengambilnya, menyerap energi segel itu ke dalam tubuhnya.

Dia bukan hanya Vessel. Dia adalah segel itu sendiri.

Sesuai catatan itu, jika segel itu diaktifkan dengan kekuatan penuh—seperti yang terjadi padanya—ia akan menarik perhatian The Old Observer.

Elena berjalan ke menara pengamatan tertinggi, di mana teleskop tua terpasang. Ia memandang ke Timur, ke tempat yang dikenal sebagai The Whispering Peaks—sebuah barisan pegunungan yang tidak pernah dilewati oleh siapa pun.

Di langit di atas pegunungan itu, ia melihatnya. Bukan awan. Bukan aurora. Tetapi sebuah retakan hitam di malam hari, seperti celah di kanvas. Dari celah itu, ia merasakan kedinginan yang menusuk, jauh melampaui sihir Lucien. Itu adalah kedinginan yang menuntut.

Lucien, yang berdiri di belakangnya, melihat apa yang dilihat Elena. Dia merangkulnya, posesifnya bercampur dengan teror.

"Apa itu, Elena?" bisik Lucien. "Aku merasakan kekuatan yang asing... kekejaman yang jauh lebih tua dari aku."

Elena menatap celah hitam itu, mata Obsidiannya bersinar.

“Itu adalah yang kita bangunkan, Lucien,” jawab Elena, suaranya dingin dan tanpa emosi. “Itu adalah The Old Observer. Dan itu datang untuk mengambil kembali Kutukannya… atau aku.”

Bersambung....

1
shookiebu👽
Keren banget nih cerita, authornya jago banget!
Dgweny: makasihhh banyak
total 1 replies
Bell_Fernandez
Plot yang rumit, namun brilian.
Dgweny: makasih banyak
total 1 replies
Tae Kook
Jangan biarkan kami menunggu lama-lama, update please~~
Dgweny: siapp , di tunggu update selanjutnya yaaaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!