Cole Han, gangster paling ditakuti di Shanghai, dikenal dingin dan tak tersentuh oleh pesona wanita mana pun. Namun, semua berubah saat matanya tertuju pada Lillian Mei, gadis polos yang tak pernah bersinggungan dengan dunia kelam sepertinya.
Malam kelam itu menghancurkan hidup Lillian. Ia terjebak dalam trauma dan mimpi buruk yang terus menghantuinya, sementara Cole justru tak bisa melepaskan bayangan gadis yang untuk pertama kalinya membangkitkan hasratnya.
Tak peduli pada luka yang ia tinggalkan, Cole Han memaksa Lillian masuk ke dalam kehidupannya—menjadi istrinya, tak peduli apakah gadis itu mau atau tidak.
Akankah Lillian selamanya terjebak dalam genggaman pria berbahaya itu, atau justru menemukan cara untuk menaklukkan hati sang gangster yang tak tersentuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Malam itu, angin berhembus kencang di atas bukit yang sunyi. Lampu sorot dari mobil-mobil hitam menerangi area yang hanya dipenuhi tanah dan batu. Di tengah lingkaran cahaya itu, seorang pria terikat lutut dan tangan, tubuhnya dipenuhi luka lebam, darah menetes dari sudut bibirnya.
Cole berdiri beberapa langkah di depannya, mengenakan jas hitam panjang. Asap rokok mengepul di antara jemarinya yang berlapis sarung kulit. Wajahnya datar, tapi sorot matanya menusuk tajam.
Julian berdiri di sampingnya, melapor dengan nada rendah.
“Bos, dia mengkhianati kita… atas perintah seseorang.”
Cole menoleh, “Siapa dia?” tanyanya pelan namun dingin.
Julian menunduk. “Dia masih menutup mulutnya, Bos.”
Cole mengangkat alis, lalu tersenyum samar—senyum yang tidak membawa kehangatan sedikit pun. “Masih setia pada orang yang membayarnya?”
Pria yang terikat itu menggigil. Dialah Hacken, salah satu anak buah lama Cole, orang yang sempat berada di lokasi saat Fuya dan Andy disiksa. Kini tubuhnya gemetar di hadapan tuannya sendiri.
Cole melangkah mendekat, setiap pijakannya terdengar berat di atas tanah lembap. Ia menunduk, lalu menendang kaki Hacken hingga pria itu terjengkang ke tanah.
“Berapa harga yang kau terima untuk mengkhianatiku?” suaranya tenang, tapi setiap katanya seperti cambuk di udara.
“A-Arrghh…” Hacken hanya bisa menjerit kesakitan.
Cole berjongkok, menatap langsung ke matanya. “Masih diam dan tidak ingin bicara? Kalau begitu…” ia mengeluarkan pisau perak dari balik jasnya, kilatnya memantul di bawah cahaya. “Aku akan membuatmu tidak bisa bicara lagi seumur hidup.”
“Bos! Jangan…!” seru Hacken dengan suara bergetar. “Bagaimanapun aku telah ikut denganmu selama beberapa tahun.”
Julian menatapnya dengan jijik. “Hacken, kau tahu siapa yang sudah memberimu makan. Bos tidak pernah menelantarkan siapa pun. Tapi kau masih berani menjual kehormatan Han demi uang?”
Hacken menangis tersedu. “Aku… aku butuh uang…”
Cole tertawa kecil—dingin dan tanpa ampun. “Uang?” ulangnya pelan. “Upah dan bonus yang kuberikan tidak cukup bagimu? Biaya pengobatan ibumu juga dariku. Anakmu yang sekolah dan bermimpi ke luar negeri juga dariku.” Ia mencengkeram rambut Hacken dengan kasar, memaksa pria itu menatap matanya. “Tanpaku, apakah kau bisa hidup senyaman itu? Semua orang yang mengikutiku hidup terjamin. Tapi kau—kau justru menggigit tangan yang memberimu makan!”
Hacken menunduk dalam ketakutan. “Bos… istriku sakit jantung, butuh biaya besar untuk operasi… aku tidak punya pilihan. Aku hanya ingin menolongnya,” katanya dengan suara bergetar.
Cole diam sejenak, lalu berdiri tegak. Senyum tipisnya muncul lagi, tapi kali ini lebih menyeramkan. “Kalau begitu… aku bantu saja agar istrimu tidak perlu menderita lama.”
Ia menatap Julian. “Bawa istrinya ke sini. Biar mereka bertemu… dan bersatu di tempat yang sama.”
“Tidak, Bos!” teriak Hacken panik. Ia berusaha merangkak, tapi tubuhnya tak sanggup. “Bunuh saja aku! Jangan sentuh keluargaku! Maafkan aku… aku masih punya orang tua dan anak kecil!”
Cole memalingkan wajahnya, seolah tidak mendengar.
“Lempar dia ke bawah,” perintahnya dingin. “Dan istrinya akan segera menyusul.”
Anak buah Cole mulai menarik Hacken ke tepi tebing. Hujan mulai turun, membuat tanah di bawah kaki mereka licin. Tapi sebelum Hacken dilempar, ia menjerit histeris.
“Jangan! Aku katakan! Aku akan bicara! Tolong lepaskan keluargaku!”
Cole menghentikan langkahnya. Ia menoleh setengah, tanpa ekspresi.
“Kalau begitu cepat katakan,” kata Julian dengan nada tajam.
Hacken menelan ludah, tubuhnya gemetar hebat. “Nyonya… Nyonya Sammy!” katanya terbata. “Ibu tiri Bos… dan putranya, Will! Mereka yang menyuruhku!”
Udara di sekitar mendadak terasa membeku. Cole menunduk pelan, mengepalkan kedua tangannya. Rahangnya mengeras, matanya menyala dengan amarah yang ditahan.
Julian menatap bosnya dengan wajah tegang. “Bos…”
Cole menghela napas dalam-dalam, lalu berkata pelan, “Lepaskan dia. Tapi pastikan dia tidak bisa lari… malam ini aku punya urusan dengan keluarga sendiri.”
Ia berjalan ke mobilnya di bawah guyuran hujan, rokok di antara bibirnya menyala terang setiap kali petir menyambar.
"Sammy, Will, selama ini aku sudah bersikap baik pada kalian. Tapi kalian mengunakan cara ini untuk membayarku," batin Cole
sekarang ini will itu dendam sama cole karena telah di usir dari rumahnya bersama ibunya.
lilian, jangan terpancing oleh foto maupun video itu. lebih baik kau tanyakan langsung sama cole. aku yakin cole itu benar benar cinta kamu bukan cuma mempermainkan kamu saja.
ayo lilian, kamu harus kuat