NovelToon NovelToon
Diam-diam Cinta

Diam-diam Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Lari Saat Hamil / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:25k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Ini kelanjutan cerita Mia dan Rafa di novel author Dibalik Cadar Istriku.

Saat mengikuti acara amal kampus ternyata Mia di jebak oleh seorang pria dengan memberinya obat perangsang yang dicampurkan ke dalam minumannya.
Nahasnya Rafa juga tanpa sengaja meminum minuman yang dicampur obat perangsang itu.
Rafa yang menyadari ada yang tidak beres dengan minuman yang diminumnya seketika mengkhawatirkan keadaan Mia.
Dan benar saja, saat dirinya mencari keberadaan Mia, wanita itu hampir saja dilecehkan seseorang.

Namun, setelah Rafa berhasil menyelamatkan Mia, sesuatu yang tak terduga terjadi diantara mereka berdua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

"Belum pulang? Tumben?" Sapaan Brayn mengalihkan perhatian Rafa.

Brayn berdiri di ambang pintu sebuah ruangan dengan dinding kaca transparan.

"Biasa, malam minggu."

Restoran milik Rafa tampak cukup ramai malam itu, keadaan sama yang selalu terjadi setiap akhir pekan. Kadang, ia sampai harus ikut turun melayani para tamu.

Brayn segera menghempas tubuhnya ke sofa. Mengeluarkan ponsel dan melakukan panggilan video dengan Raka.

"Malam minggu bukannya pulang malah kerja, kasihan istri nunggu di rumah." Raka terkekeh setelah melihat Rafa berada di belakang Brayn, sedang sibuk dengan laptopnya.

Rafa mengulas senyum tipis, sejenak melirik ke arah kamera.

"Kamu sendiri ngapain malam minggu keluyuran?" balasnya ketika melihat Raka sedang mengemudikan mobil.

"Keluyuran juga sama istri," balas Raka sambil mengarahkan kamera ke wajah Zahra.

Wanita dengan cadar yang menutupi wajahnya itu sontak melambaikan tangan ke arah kamera.

"Hai, Zahra ... hati-hati dengan suamimu. Dia itu suka modus," gurau Rafa yang masih sibuk dengan laptopnya.

Tawa kecil Zahra terdengar dari sana. "Kak Rafa, gimana kabar Mia?"

"Alhamdulillah, baik." Rafa mengulas senyum, menutupi keadaan yang sebenarnya.

"Alhamduliillah."

"Sayang, seharusnya kamu tidak menanyakan tentang Mia, tapi tanyakan keadaan Kakakmu yang masih jomblo." Suara Raka terdengar lagi, kali ini diiringi tawa.

"Duh, yang lepas masa lajang! Susah memang!" gerutu Brayn.

"Yang susah itu kamu yang lelet. Hati-hati ditikung orang!"

Rafa hanya terkekeh mendengar pembicaraan keduanya. Memikirkan Mia yang mungkin belum bisa melupakan Raka sepenuhnya.

Ironis memang, ketika sepenuh hati mencintai, namun yang dicintai masih belum selesai dengan cinta masa lalunya.

Hingga pintu ruangan itu terbuka dan memunculkan seorang karyawan restoran.

"Kenapa, Zal?" tanya Rafa melirik ke arah lelaki itu.

"Orangnya tidak ada di tempat, Bos! Saya sudah ketuk pintunya, tapi tidak dibuka. Mungkin sedang keluar," balasnya sambil meletakkan kantong berisi makanan.

Dahi Rafa berkerut tipis. Tidak biasanya Mia keluar di jam seperti ini.

"Mungkin dia tidur. Terima kasih, ya, Zal. Nanti biar saya yang bawa pulang makanannya."

Lelaki itu mengangguk diiringi senyum, lalu segera keluar.

"Ada apa?" tanya Brayn.

"Ini ... aku minta orang antar makanan ke apartemen untuk Mia, tapi katanya Mia tidak buka pintu. Mungkin dia sudah tidur." Rafa menutup laptop setelahnya. "Aku mau pulang dulu melihatnya."

"Kebetulan aku juga mau pulang." Brayn bangkit dari kursi.

Namun, tiba-tiba ponselnya berdering. Ada nama papa tertera pada layar ponsel.

"Kamu di mana, Nak?" tanya Pak Vino sesaat setelah panggilan terhubung.

"Di restonya Rafa, Pa. Kenapa?" tanya Brayn, mendengar nada sang papa terdengar berbeda.

"Barusan ada telepon dari kantor polisi. Adik kamu ditahan karena kepemilikan obat-obatan terlarang."

"Astaghfirullah, Bima?"

"Iya, Papa sedang dijalan mau ke kantor polisi."

"Ya Allah, Bima ada-ada saja. Aku akan menyusul, Pa!" ucap Brayn sambil memutus panggilan.

Melihat Brayn yang tampak khawatir, Rafa menatapnya penuh tanya.

"Bima kenapa?"

"Papa bilang dia ditahan di kantor polisi, Raf. sepertinya terkena razia obat-obatan terlarang."

"Astaghfirullah, aku temani ke kantor polisi?" tawar Rafa.

"Tidak usah, kamu pulang saja, kasihan Mia sendirian. Papa juga sudah di jalan ke sana."

"Ya sudah, hati-hati. Kabari kalau ada apa-apa."

Keduanya segera meninggalkan restoran. Brayn menuju kantor polisi yang diinformasikan Pak Vino, sementara Rafa bertolak menuju apartemen.

Setibanya di apartemen, Rafa tak mendapati istrinya. Hal yang yang membuatnya sedikit heran, sebab tidak biasanya Mia keluar di jam seperti ini.

Dihubungi pun tidak dijawab.

"Ke mana dia?" gumamnya, mulai khawatir.

Menduga bahwa Mia sedang marah karena kejadian semalam. Sesal pun mulai merasuk ke hati lelaki itu karena pengendalian dirinya yang buruk.

Maka, orang pertama yang terpikir adalah sang bunda. Rafa segera menghubungi Airin dengan harapan istrinya ada di rumah mertua.

"Assalamualaikum, Bunda."

"Waalaikumsalam, Raf," balas Airin.

"Bun, apa Mia ada di rumah? Aku baru pulang dan tidak menemukan Mia di sini."

"Tidak ada, Raf. Mia tidak ke sini. Memang Mia tidak bilang sama kamu mau ke mana?"

"Tidak, Bunda. Tadi siang sih ada."

"Loh, ke mana dia? Tidak biasanya Mia keluar malam-malam." Nada Airin mulai terdengar khawatir. "Apa kalian habis bertengkar?"

"Sedikit, Bunda," ucap Rafa menghela napas. "Aku kelepasan sampai berbuat yang tidak seharusnya. Mungkin dia marah. Maaf, Bunda."

"Tenang dulu. Pertengkaran suami istri itu wajar, insyaallah semua akan membaik. Mungkin ... Mia ke rumah temannya. Bunda akan hubungi beberapa temannya dulu."

"Iya, Bunda. Sementara aku juga cari di sini."

**

**

Sementara itu di kantor polisi. Pak Vino dan kedua putranya baru saja tiba.

Mereka langsung diarahkan menuju sebuah ruangan di mana Bima sedang diperiksa oleh anggota kepolisian.

Pemuda itu duduk dengan tatapan datar, bahkan saat ditanyai oleh pihak kepolisian, ia hanya menjawab seadanya.

Seolah kedapatan membawa obat-obatan terlarang bukanlah masalah berarti.

Pak Vino langsung mendekat dan memperkenalkan diri.

Meminta maaf kepada sang petugas kepolisian atas tindakan putranya.

"Ditemukan lima gram narkoba jenis shabu di tasnya, lengkap dengan alat hisap," ucap sang petugas kepolisian pada Pak Vino, sambil menunjukkan barang bukti yang ditemukan di dalam tas milik Bima.

Pak Vino menarik napas dalam. Ia memang sadar Bima sulit dikendalikan dan terkadang bersikap sedikit liar, namun sama sekali tak menyangka bahwa putra bungsunya bisa terlibat dengan obat-obatan haram.

Pak Vino melirik putranya yang menunduk. Sementara Brayn dan Zayn belum mengucapkan sepatah kata pun. Mereka hanya mengusap punggung adiknya.

"Kamu dapat barang itu dari mana, Nak? Ada yang kasih?" tanya Pak Vino pada putranya. Namun, Bima diam seribu bahasa dengan wajah datar.

"Kami sudah menanyakan asal barang itu, tapi tidak ada jawaban pasti. Kami juga sudah melakukan tes urine terhadap anak anda. Sambil menunggu hasilnya keluar, silahkan bicara dulu."

"Baik, Pak. Terima kasih. Maaf sebelumnya," ucap Pak Vino santun.

Petugas kepolisian beranjak sejenak meninggalkan mereka.

Pak Vino melirik Brayn dan Zayn secara bergantian.

"Kalian bisa keluar dulu? Papa mau bicara berdua dengan Bima."

"Iya, Pa," balas Brayn, kemudian melangkah keluar bersama Zayn.

Butuh beberapa menit bagi Pak Vino untuk menenangkan pikiran. Dalam keadaan seperti ini, ia tidak boleh meluapkan emosi, meski jujur ia kecewa melihat kenyataan yang ada.

"Papa mau bilang kenapa aku tidak bisa seperti Kakak, kan? Papa mau bilang aku berbeda? Aku cuma bisa bikin malu dan tidak bisa dibanggakan seperti Kakak-kakakku. Iya, kan?"

Bukannya marah, Pak Vino malah membelai puncak kepala putranya itu.

"Kamu sudah berpikir terlalu jauh. Kapan Papa bilang begitu?"

"Tidak usah pura-pura, Pa! Aku tahu dalam hati Papa tidak suka sama aku. Papa selalu bangga dengan Kak Brayn yang sebentar lagi jadi akan dokter, Kak Zayn penerus perusahaan Papa, sedangkan aku?" pekik Bima menahan ledakan emosi.

"Bima jaga ucapan kamu terhadap Papa!" Suara Zayn terdengar dari ambang pintu.

"Tahan, jangan! Biar Papa yang bicara dengan Bima."

"Tapi, Bima sudah keterlaluan, Kak!"

"Tenang!" Brayn menarik lengan Zayn, memintanya tenang dan mengajaknya keluar.

Sementara Bima menatap kedua kakaknya penuh amarah. Kedua tangan mengepal, seperti hendak melayangkan tinju.

**

**

Di sisi lain, Gilang sedang dalam perjalanan pulang saat ponselnya berdering. Ia melirik sekilas, lalu mengurangi laju berkendara untuk menjawab panggilan.

"Iya, Raf."

"Ayah, Mia tidak ada di apartemen. Tadi aku telepon Bunda dan katanya Mia juga tidak ada di rumah."

"Mungkin main ke tetangga sebelah."

"Sepertinya tidak ada. Mia belum ada teman di sini."

"Sudah hubungi Alina? Mungkin dia dengan Alina."

"Sudah, aku tanya Alina, Mama Resha. Tidak ada," ucap Rafa, nadanya terdengar khawatir.

"Tenang dulu, Nak. Mungkin dia ke tempat lain. Kamu di mana sekarang?"

"Di apartemen."

"Tunggu, Ayah ke sana."

Gilang berusaha menenangkan, meski hatinya turut khawatir. Terlebih, Mia tidak pernah keluar rumah seorang diri di malam hari.

Baru saja memutus panggilan, nada pengingat pesan pada ponselnya berdering.

Nomor asing yang tertera pada layar membuat dahinya berkerut. Saat membuka pesan, sepasang bola matanya membulat penuh, dadanya bergemuruh.

"Astaghfirullah, Mia!"

Bagaimana tidak, sebuah pesan bergambar di mana Mia duduk di dalam sebuah mobil dalam keadaan tertidur membuat amarahnya seakan meledak.

*************

*************

1
Ayu Kerti
hrsnya mia ingat kejadian sebelum obt bereaksi keras.

waktu interaksi dgn leon.
Ayu Kerti
mia, masa g ingat sama sekali kejadian di villa.
Dwi Winarni Wina
jangan2 dina yg datang
Dwi Winarni Wina
mia rafa sangat tulus mencintaimu
Dwi Winarni Wina
makan aja mia tidak beracun kok kasian calon dedek bayinya...
Dwi Winarni Wina
raka tidak berpaling istrinya zahra sangat cantik skl bsgai boneka barbie..
Dwi Winarni Wina
Mia sadar suami itu org baik
Dwi Winarni Wina
paling sileon itu yg mengadu domba mia dan rafa
Dwi Winarni Wina
Dengarkan nasehat ayahmu mia rafa bukan org jahat
Dwi Winarni Wina
Dina suka sm rafa makanya mengejar2 rafa terus
..
Dwi Winarni Wina
Bawaan calon dedek bayi ingin dekat2 sm ayahnya mualnya langsung ilang...
Dwi Winarni Wina
Coba bujuk mia bicara baik2 Rafa...
Novriyanti Sikumbang
nanti malam up lagi kak outhor
kentang kali ceritanya/Smile/
Yasmin Natasya
keren Mia...
Phecekkk
👍🏻👍🏻👍🏻 Mantep, Jangan kasih kend0r ,BuMiL 💪🏻💪🏻💪🏻
Dwi Winarni Wina
Kayaknya mia mengalami kegejala hamil mual dan muntah...
Dwi Winarni Wina
pelakunya adalah leon itu
Dwi Winarni Wina
Bagus rafa berbuat berani bertanggungjawab itu namanya pria sejati...
Dwi Winarni Wina
Hadapi dengan sabar sengaja ujian da cobaan akan ada hikmahnya Rafa...
Dwi Winarni Wina
Rafa pasti akan bertanggungjawab sudah mengambil kesucian mia...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!