Tidak ada tanggal sial di kalender tetapi yang namanya ujian pasti akan dialami oleh setiap manusia.
Begitupun juga dengan yang dialami oleh Rara,gadis berusia 21 tahun itu harus menerima kenyataan dihari dimana kekasihnya ketahuan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri dan di malam itu pula kesucian dan kehormatannya harus terenggut paksa oleh pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Kehidupan Rara dalam sehari berubah 180 derajat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 35
Bara membuka gorden jendela kamarnya hingga cahaya matahari sore itu masuk ke dalam kamarnya.
Bara menikmati minuman dinginnya, hingga beberapa tetesan air mengalir hingga lehernya. Jakunnya terlihat jelas naik turun ketika perlahan meneguk air putih tersebut.
Rara yang tanpa sengaja melihatnya terpesona, hingga tubuhnya bereaksi melihat suaminya yang minum air mineral dingin, tapi dia yang panas dingin melihat cara minum Bara yang begitu sensual di matanya.
“Seksi,” satu kata yang tanpa disadarinya meluncur dari bibirnya.
Apalagi Bara yang baru selesai mandi hanya memakai baju kimono semakin menambah keseksiannya.
Rara berjalan ke arah suaminya dengan tatapan yang sulit diartikan, ada gejolak dari dalam dadanya yang sulit direndamnya ketika melihat jakun suaminya yang terlihat begitu indah di penglihatannya. Tanpa ragu Rara memeluk tubuh atletis itu dari arah belakang.
Bara yang diperlakukan seperti itu tersenyum simpul,” kamu kenapa?”
“Mas Bara seksi banget,” cicitnya Rara yang terkesan malu-malu ketika berbicara seperti itu.
“Seksi apanya? Aku masih pakai baju mandi loh nggak polosan di depanmu tapi dianggap seksi,” Bara malah terkekeh mendengar perkataannya sendiri.
Bara berbalik hingga posisinya mereka saling berhadapan,” kayaknya istriku menginginkan hal lebih dari sekedar…”
Ucapannya Bara tertahan di bibirnya karena Rara tanpa aba-aba langsung melumat bibir suaminya yang selalu membuatnya candu dua hari terakhir ini.
Bara tak melepaskan pagutan bibirnya sambil mengangkat tubuhnya Rara hingga Rara sudah mirip dengan bayi koala yang digendong oleh indukannya. Rara semakin mengeratkan pelukannya di tubuh suaminya.
Lidah keduanya semakin membelit, bertukar saliva dan suara decakan terdengar dari arah balkon.
Andaikan pasokan nafas mereka tidak berkurang, kedua pasutri itu tidak akan mengakhiri ciumannya.
Bara melihat ada benang tipis di sudut bibirnya Rara yang nampak memerah akibat ciuman panas mereka barusan.
Rara berbisik di telinga suaminya sambil sesekali menggigit ujung cuping telinganya Bara.
“Aku menginginkan tubuhmu suamiku,” cicitnya Rara dengan suara yang dibuat lebih sensual.
Bara tersenyum genit,” suamimu ini akan memberikan segalanya agar Kamu tak akan pernah berhenti untuk memintanya lagi dan lagi.”
“Cukup sekali saja yah, aku ingin melihat matahari terbenam di titik nol,” cicitnya Rara seraya memainkan bibirnya Bara yang nampak basah.
Bara menidurkan istrinya ke atas ranjang dengan perlahan dan hati-hati. Bara melucuti semua kain yang menutupi tubuhnya Rara.
Bara yang melihat tubuhnya Rara yang sudah tidak tertutupi selembar benang pun, tersenyum genit.
“Bersiaplah sayangku, si Joni akan menjenguk baby triple dulu,” ucap Bara sambil mulai melakukan pemanasan di atas tubuhnya Rara yang sudah menegang dan siap menantikan sentuhan demi sentuhan dari suaminya.
Hingga tanpa menunggu lama terdengarlah suara ajaib dan gaib dari dalam kamar yang dihuni oleh pengantin baru itu.
Keduanya menikmati kegiatan adu mekanik sore hari itu. Cuaca yang cukup panas di luar sana tidak menyurutkan intensitas kegiatan mereka.
“Argh!!” Erangan panjang dari bibirnya Bara pertanda bahwa kegiatan adu peluh mereka telah usai untuk sesi pertama.
Bara mencium Rara mulai dari kening, kedua pasang matanya, kedua sisi pipinya dan berakhir bibirnya Rara yang semakin memerah setelah mereka berciuman setelah kegiatannya mereka selesai.
Keduanya berbaring telentang dalam selimut yang sama karena keduanya cukup kelelahan beradu peluh keringat.
“Mas, apa Kamu nggak keberatan atau mungkin marah, jika sampai detik ini aku belum bisa menyayangi dan mencintaimu sepenuh hati?” ucapnya Rara yang melirik sekilas ke arah suaminya yang ucapannya itu bernada pertanyaan.
Jari jemarinya yang lentik menari nari dan memainkan dada sixpack suaminya yang terlihat mengkilap karena peluh keringat bercucuran membasahinya. Hingga semakin terlihat menggoda di matanya Rara.
“Kalau dibilang nggak keberatan atau nggak cemburu itu boong dan munafik banget. Tapi, aku akan menunggu dengan sabar dan akan terus berusaha dan berjuang untuk membuat kamu bisa melupakan pria yang bernama Aditya Dewangga Pratama itu,” Bara menoel hidungnya Rara.
“Bantu aku untuk melupakan kenangan indah bersamanya dan menggantikan hanya namanya Mas Bara Yudha Nugraha yang ada di dalam sini,” Rara menyentuh dadanya menggunakan jarinya Bara.
Bara mendekap erat tubuh istrinya yang belum memakai pakaian,” aku pasti bisa melakukannya dan berusaha lebih keras lagi. Janjiku padamu kalau itu akan menjadi kenyataan dan tidak lama lagi.”
Keduanya kembali menyentuhkan bibirnya untuk mengulangi ciuman mereka. Bara kembali menindih tubuh sang istri tercinta.
Setelah melepaskan benih kecebongnya ke dalam rahim sang istri, ia mengakhiri kegiatan mereka dan gegas bersiap untuk berangkat menikmati keindahan Tanjung Bira.
Bara kembali mengecup sekilas bibirnya Rara yang tak akan pernah membuat dia bosan, “Bersiaplah saatnya kita Travelling mengelilingi Tanjung Bira.”
“Mas makasih banyak selalu buat aku bahagia dan nyaman,” Rara kembali menarik tangannya Bara hingga keduanya kembali melabuhkan ciuman yang semakin membuat mereka kesulitan untuk menghentikan kegiatannya.
“Apa kamu nggak capek?” Tanyanya Bara ketika ciuman mereka terlepas.
Rara tertunduk malu-malu,” aku nggak capek Mas malah semakin suka dan entah kenapa aku kayak nggak mau berhenti untuk saat ini.”
Bara semakin dibuat tersenyum bahagia sebagai pria normal tidak ditawarkan pun pasti akan meminta dan melakukannya apalagi sang istri tercinta yang menginginkannya.
“Aku akan jabaning berapa kali pun sayangku dan ini yang ketiga kalinya kan sampai lima kali pun aku sanggup,” ujarnya Bara yang tersenyum nakal sambil mengedipkan sebelah matanya.
Rara hanya senyam-senyum sendiri karena dia terkadang dengan reaksi tubuhnya yang sendiri yang selalu menginginkan sentuhan lebih dari suaminya.
“Baby triple bersiaplah ayahmu yang super perkasa dan ganteng ini akan kembali menjenguk kalian bertiga,”
Menikmati Matahari Terbit di Ujung Pulau Sulawesi Selatan. Sejumlah pengunjung menikmati suasana Titik Nol di kawasan Tanjung Bira, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Sekitar 2 kilometer dari Pantai Bira, terdapat spot wisata yang diberi nama Titik Nol.
Berbeda dengan Pantai Bira yang menyuguhkan pasir Putih, Titik Nol menyajikan tebing tinggi dengan suara deburan ombak yang menggelegar.
Titik Nol ini berada pada ketinggian 50 meter di atas permukaan laut. Pengunjung juga bisa turun ke dasar tebing melewati tangga yang telah disediakan.
Tangga yang dicat warna-warni ini menjadi salah satu spot foto menarik bagi para wisatawan.
Di Titik Nol ini, terdapat tugu berbentuk Perahu Pinisi. Tugu ini dikelilingi taman yang rimbun yang cocok untuk menikmati sunset maupun sunrise di lautan lepas.
Bara memakai kaos oblong berwarna biru dan celana putih pendek sebatas lutut. Sedangkan Rara memakai rok panjang rencananya memakai celana tapi, terasa sesak ketika memakainya sehingga dia memutuskan memakai rok putih dan baju kaos lengan panjang senada dengan hijabnya yang dipilihnya.
Keduanya berjalan beriringan bergandengan tangan menyusuri pasir putih. Sesekali Rara berteriak ketika air laut mengenai ujung kakinya.
“Ahhh air!” teriaknya Rara yang lompat-lompat ketika air gelombang bergulung-gulung mengenai ujung kakinya yang berjalan dengan cara nyeker.
Bara tersenyum melihat tingkah lakunya Rara seraya mengambil gambar foto terbaik Rara.
“Mas, lihat ada kerang,” ucapnya Rara kemudian berjongkok mengambil kerang dan memperlihatkan kerang itu ke hadapan Bara.
Bara memfoto Rara ketika berjongkok sebelum ikut bergabung dengan istrinya.
“Kerangnya sudah mati rupanya,” Rara sedih karena berharap dapat kerang yang hidup.
“Kalau kamu mau kerang hidup kita harus ke dalam lagi, tapi kayaknya nggak ada sekitar sini kerang hidupnya,” ujarnya Bara sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
“Oh gitu yah, mungkin aku kurang beruntung. Kalau gitu lanjut jalan saja Mas kita ke titik nol.” Rara melihat ke arah tangga, “Lihatlah banyak orang yang menyaksikan sunset.”
Rara menarik tangannya Bara, mereka menaiki satu persatu undakan tangga.
“Kita duduk disana saja kayaknya lebih nyaman dibandingkan dengan tempat lain,” pintanya Bara.
Bara membersihkan tempat duduk tersebut sebelum Rara mendudukinya karena terlihat ada debu yang menempel di sana.
“Silahkan duduk yang mulia Ratu,” ucap Bara yang menirukan gaya seorang Raja.
Rara tersenyum malu-malu,” makasih banyak yang mulia King Bara.”
Keduanya duduk sambil menikmati matahari terbenam sore hari itu. Hingga magrib mereka masih di sana. Angin sepoi-sepoi menerbangkan ujung hijabnya Rara.
Bara mengecup punggung tangan istrinya,” apa kamu senang bersamaku?”
Rara mengangguk sambil tersenyum simpul,” aku senang sangat malah suamiku. Semakin bahagia karena ada di samping pria yang selalu memanjakanku.”
Hingga masuk waktu shalat isya barulah mereka balik ke Sume Resort. Rara kembali tertidur pulas di atas jok kursi penumpang.
Bara sesekali mengusap puncak hijabnya Rara,” makasih banyak, hari ini aku sangat gembira karena bisa melewati hari hanya bersamamu.”
“Ya Allah, kami mohon agar Engkau selalu mempererat tali cinta dan kasih sayang di antara kami. Berikanlah kami kekuatan untuk menghadapi setiap rintangan dan cobaan dalam pernikahan ini. Amin.”
Bara tetap fokus menyetir mobilnya dan senyuman selalu terlihat dari raut wajahnya. Seumur hidupnya baru kali ini merasakan kebahagiaan yang berbeda dari biasanya.
“Semoga cinta dan kasih sayang kami semakin bertumbuh dan bersemi. Ya Allah, jadikanlah pernikahan kami sebagai pernikahan yang sakinah, mawaddah, dan warahmah. Amin.”
Malam harinya, setelah membantu istri membasuh tubuhnya karena tertidur pulas tanpa adegan plus-plus seperti biasanya. Bara berjalan ke arah balkon kamarnya sambil menatap keindahan langit di malam itu.
“Ya Allah, andaikan bisa aku meminta kepadamu agar kenangan malam itu tidak akan pernah kembali di kehidupan kami. Biarkan kesalahan terbesar dalam hidupku itu terkubur selamanya hingga kami tua nanti karena aku takut jika suatu saat nanti, Rara mengetahui kalau aku adalah pria di malam itu pasti dia akan membenciku dan paling parahnya Rara akan meminta cerai.”
kl dah di kejadian di selingkuhi ntar nangis nangis nyalahin suami.
rara model istri yg hnya ingin di ngerteni tp gk bisa dan gk mau gantian ngerteni.
gk bisa nuntut nafkah.
hukum islam memang berat sprti itu mknya jd lah wanita baik jng smp hamil di luar nikah.