NovelToon NovelToon
TAKDIR CINTA SETELAH DIKHIANATI

TAKDIR CINTA SETELAH DIKHIANATI

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Janda / Selingkuh / Angst / Romansa / Menikah Karena Anak
Popularitas:845.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Ketukan palu dari hakim ketua, mengakhiri biduk rumah tangga Nirma bersama Yasir Huda.

Jalinan kasih yang dimulai dengan cara tidak benar itu, akhirnya kandas juga ... setelah Nirma dikhianati saat dirinya tengah berbadan dua.

Nirma memutuskan untuk berjuang seorang diri, demi masa depannya bersama sang buah hati yang terlahir tidak sempurna.

Wanita pendosa itu berusaha memantaskan diri agar bisa segera kembali ke kampung halaman berkumpul bersama Ibu serta kakaknya.

Namun, cobaan datang silih berganti, berhasil memporak-porandakan kehidupannya, membuatnya terombang-ambing dalam lautan kebimbangan.

Sampai di mana sosok Juragan Byakta Nugraha, berulangkali menawarkan pernikahan Simbiosis Mutualisme, agar dirinya bisa merasakan menjadi seorang Ayah, ia divonis sulit memiliki keturunan.

Mana yang akan menang? Keteguhan pendirian Nirma, atau ambisi tersembunyi Juragan Byakta Nugraha ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 28

“Tak nya dirimu paham? Setiap akhir pekan Mamak selalu menunggumu di teras, menatap lalu lalang kendaraan yang lewat seraya melangitkan doa berharap salah satu permata hati ini pulang. Namun, batang hidungmu pun tak pernah tampak! Tiap kali Mamak makan enak, terasa seperti menelan batu kerikil! Sampai menyisihkan sedikit dalam piring kosong, seolah kau ikut makan, Nirma!” Bahu Mak Syam bergetar hebat, ia menutup wajahnya menggunakan hijab lebar.

Bibir Nirma kembali bergetar, ia peluk erat ibunya. “Mamak, maaf!”

“Tolonglah Nak! Biarkan Mamak tebus waktu tu dengan menjamu dirimu layaknya seorang Putri Raja. Hanya hal tersebutlah yang bisa sedikit mengobati rasa bersalah serta mengurangi sesak di dada, Nirma!” Mak Syam memukul pelan punggung si bungsu.

“Iya Mak, boleh sangat.” Nirma mencium bertubi-tubi pipi berkulit kendur ibunya.

Mala mengusap sayang kedua punggung orang tersayang nya.

“Dahlah, dah macam tokoh wayang di pentas orang punya hajatan saja ku tengoknya adegan mengharu biru ni.” Dhien mengikis jarak, merentangkan kedua tangannya.

“Tak nya kau rindu dengan ku wahai si cengeng, tukang merajuk, yang dulu suka sekali menangis kala ditinggal seorang diri bila kami menguras rawa-rawa.”

“Kakak!” Nirma langsung menabrakkan badannya, memeluk erat dengan linangan air mata.

“Tak ku sangka kau begitu berubah, bukan hanya penampilan saja, tapi jua cara pandang serta kerendahan hati, sudi bersimpuh meminta maaf, mau mengakui kesalahan. Nirma, semoga hijrah mu ini selalu istiqamah.” Ia usap sayang punggung sosok yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Umur mereka hanya terpaut dua tahun.

“Aamiin. Terima kasih banyak ya Kak.”

Selepasnya, mereka sama-sama menghapus air mata, tersenyum begitu tulus.

“Meutia dan Kak Wahyuni kemana, Kak? Mengapa mereka tak tampak?” Netranya mencari keberadaan para sahabatnya yang lain.

“Tia dan Wahyuni, pergi ke kota Kecamatan, Dek. Belanja bulanan, mungkin tak lama lagi mereka pulang.” Mala yang menjawab, tangannya membenarkan ujung hijab adiknya, agar menutupi dada.

“Lantas si kembar di rumah ini atau seberang jalan, Mbak?” Nirma menanyakan para keponakannya yang esok hari aqiqah di umur 41 hari.

“Zeeshan dan Zain, sedang tidur di rumah Mbak dan Abang mu. Mereka di jaga oleh Nyak Zainab dan para pengasuhnya,” jawab Mala.

“Ayo kita tangkap Ayam jagonya,” sela Mak Syam.

“Mamak ni tak sabar betul lah, padahal nanti pasti cuma teriak-teriak sambil cakap; Cepat tangkap! Di sana! Yang ligat lah!” sungut Dhien dengan bibir maju sekian centi.

Nirma, Mala tertawa terpingkal-pingkal. Mak Syam sendiri bermuka masam, tapi tak pelak menyunggingkan senyum simpul.

Saat Dhien dan lainnya hendak bersiap menangkap Ayam, si Ron menghalangi niat mereka seraya berkata.

“Biar saya saja yang menangkapnya!” ucapnya tenang dengan mimik wajah datar.

“Boleh, sangat boleh. Itu Ayam nya sedang mencari makan di bawah pohon pinang!” Mak Syam menunjuk hewan berkaki dua, berbulu hitam campur merah api.

Kemudian Mak Syam masuk kedalam rumah, mengambil beras sebagai umpan agar Ayam mudah ditangkap.

“Anak buah juragan Byakta yang satu tu, dah macam patung kutengok nya. Selalu berdiri tegak di belakang sang tuan, yang membedakan dia dengan pajangan manekin cuma matanya saja bisa bergerak-gerak,” Dhien berkata lirih, netranya menatap Ron dan Mak Syam yang berjalan di barisan pohon pinang.

“Kakak tak jua berubah ya, suka betul membicarakan orang lain. Awas ... nanti jodoh loo,” goda Nirma.

“Si Ron tu bukan tipe Dhien, Dek. Sebab tak mungkin nya bisa dibanting.” Mala terkikik kecil.

“Kak Dhien cari calon suami atau lawan gulat?” Nirma memalingkan wajahnya, menatap penasaran.

“Keduanya lah. Bila nanti dia macam-macam, bisa lah kita kasih pelajaran supaya jerah! Tapi, kalau macam si Ronde tuh … yang ada awak babak belur dibuatnya. Tak nya kau tengok lengannya sudah mirip batang pohon jati, liat sekali!” Dhien bergidik ngeri.

“Kau kira dia wedang jahe apa?” Mala bertanya seraya tertawa jenaka, begitu juga dengan Nirma.

Kemudian para wanita masuk ke dalam dapur. Netra Nirma berkaca-kaca, menatap takjub rumah baru kakaknya yang dihadiahkan sebagai seserahan oleh suaminya, Agam Siddiq.

“Masya Allah, bagus sekali hunian Mbak Mala.” Nirma duduk di amben beralaskan karpet, bukan lagi tikar.

“Alhamdulillah ya Mbak, dirimu mendapatkan suami yang begitu menghargai, serta meratukan Mbak, sekaligus memuliakan Mamak,” ucapnya tulus.

“Iya Dek. Alhamdulillah.” Mala membuka toples, mengeluarkan bubuk kopi. “Juragan minum kopi atau teh, Nirma?”

Nirma berdiri mendekati kakaknya. “Biar Nirma saja yang buat, Mbak.”

“Bilang saja bila kau menghindari menggiling bumbu ‘kan?” Dhien menatap penuh curiga.

“Iya, Kak. Aku tu masih tak bisa mengulek. Selepasnya pasti tangan dan bahkan paha ku terasa panas macam terbakar,” aku nya apa adanya, tangannya menuang gula ke dalam gelas.

Nur Amala, Dhien, mereka bekerja sama dalam meracik bumbu. Sedangkan Nirma baru saja menghidangkan dua gelas kopi hitam kepada calon suami dan abang iparnya yang duduk di teras rumah sambil bermain dengan Kamal.

Mak Syam serta Ron sedang di halaman belakang rumah, mencabuti bulu Ayam yang sudah direndam sebentar di dalam air panas.

.

.

“Kakak euy Kakak! Tengoklah sini! Kami baru saja merampok hasil bumi!” Ayek berteriak kencang memanggil para wanita dewasa.

“Astaghfirullah! Kalian tu hanya disuruh menangkap ikan, mengapa kembali dengan bawaan banyak sekali?” Nirma berdiri diambang pintu dapur, menatap tak percaya pada para anak laki-laki beranjak remaja yang masing-masing membawa beban berat.

Bug!

Ayek menjatuhkan tandan kelapa muda isi empat. “Dahulukan, Kak Nirma suka sekali makan degan. Nah pas ketemu pohon kelapa entah milik siapa, langsung saja ku panjat!” katanya tanpa rasa bersalah ataupun berdosa.

Bug!

“Ini yang punya singkong sudah pikun. Pasti nya lupa bila memiliki tanaman telah siap panen. Jadi, daripada di makan Babi hutan, lebih baik ku cabut saja! Setidaknya diri ini telah berbaik hati meringankan pekerjaan si Aki!” Rizal menjatuhkan satu pohon ubi, yang berbuah besar dan panjang-panjang.

“Ini aku petik buah cempedak, jangan tanya milik siapa, karena diri ini pun tak tahu! Daripada dimakan kawanan Monyet liar, bukankah lebih baik kita yang menikmati? Anggap saja yang punya sedang bersedekah! Nanti tinggal kita doakan saja semoga berkah!” Danang menjatuhkan dua buah cempedak matang yang wanginya harum sekali.

Nirma bingung hendak bereaksi seperti apa, yang jelas netranya berkaca-kaca, hatinya dipenuhi oleh rasa haru. Ternyata begitu banyak orang yang menyayanginya, menyambut antusias kepulangannya.

“Terima kasih banyak ya wee … kalian masih ingat betul kesukaan Kakak,” ucapnya sambil menghapus airmata.

“Sama-sama Kak Nirma!” balas mereka serempak.

.

.

Kurang lebih dua jam kemudian, hidangan lezat sudah terhidang di atas tikar lantai ruang tamu.

Nirma dan lainnya duduk melingkar, mulai menikmati makanan yang memiliki cita rasa khas Nusantara.

Selama makan, tidak ada yang bersuara. Setelahnya baru juragan Byakta mulai mengucapkan kalimat pembuka.

“Kedatangan saya kesini, selain ingin mempererat tali silaturahmi dan menghadiri acara aqiqah si kembar_” Ia tatap satu persatu para orang yang jelas terlihat penasaran.

“Saya berniat ....”

"TUNGGU!!"

.

.

Bersambung.

1
Elin Erliana
Luar biasa
Andri Yani
alamak kk cublik selalu bikin bayangan dan tebakanku salah terus 😁😁😁
Nita Nita
adem bener denger petuah mba dwi, tp itu diakhir knp lg hmmm🤔
Ibu² kang Halu🤩
apakah buk Nirma akan bertemu buk Mar si pemilik kontrakan agar mendapatkan kejelasan atau????
ahh semoga aja Ayah By mau jujur dan mereka baik2 saja.
bunda fafa
lebih baik tanyakan langsung sama mas by.. karena kl dipendam mas by gak akan peka nirma.. lelaki mmg gt.. kl pakai kode2 gak akan paham mereka jd langsung tembak sj ditempat/todong langsung dgn pertanyaan
Yunia Spm
sabar njih mas by....
bunda fafa
kamu sdh lega kan nirma saat tau fakta dr linda? trs km sdh curhat sama kak dwi.. tinggal skr ke perkebunan sawit mau ketemu siapakah.. apakah santo atau penjaga kebun sawit?
bunda fafa
salut sama kak dwi.. dewasa banget.. btw suami kak dwi seperti kebanyakan lelaki deh suka naruh handuk sembarangan plus ngrobohin baju dilemari wkwkwk.. sama ky paksu aku.. hasilnya istri teriak kenceng bak tarzan wkwkwk... esmosiii lemari jd berantakan 😆😆
Mommy'ySnowy 💕
mau kmna lgi nirma.? jngn bilang k rmh sapto ya... ?
Mommy'ySnowy 💕
betul kak dwi,,smua yg kak dwi katakan memang sprti itu nyatanya seorg laki2 tuhh,,,😂
Si Topik
mesti sering disiram petuah ni Nirma.. biar berkurang nethink nya 😅
Si Topik
berarti dia doyan gangguin mu tu mbak Dwi 🤣
tiada hari tanpa mendengar kicau-an mu mbak wkwk 😂
Nara's Mom
jangan bilang ima mau ngusut masalah santo dan anggun wkwkwk
Si Topik
naif dan gampang diperdaya nya Nirma susah hilang kek nya 🤣🤣🤣
Si Topik
klo aku liat si lindong kek gini, malah kek cerminan Nirma dulu di lapak Amala-Agam 😅
diawal menyebalkan sampe pengen nampol pala nya, ehh pas dah taubat.. respek awak dibuat nya 😊
Si Topik
defenisi villain tidak dilahirkan, tapi hadir karena diciptakan.. seperti si Lindong 🙂
ya moga aja dibalik hal yg terjadi ama si Lindong.. bisa membuat nya tobat macam Nirma 😊
Si Topik
yaa moga aja bom waktu nya Nirma ga jadi meleduk :"-v
walau ada benar nya perkataan Lindong.. tetap mesti berhati-hat^^
Si Topik
Maka nya, walau dia lagi mode sedikit waras.. tak elok dijadiin aliansi, soalnya perilaku nya berubah-ubah

jangan sampai terpedaya ya Ima 😅
Si Topik
Hilihh si Lindong berani ngatai om Dud dibelakang.. coba klo berhadapan auto Tremor seluruh badan nya 🤣
muhammad ibnuarfan
nah loh...kenapa itu...jangan lama2 up nya ya Thor...semangat buat othor nya...sehat selalu🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!