"Ku pikir dengan menikah dengan mu hidup Ku akan bahagia, nyatanya Kau hanya memberikan Ku luka yang sedalam ini." Alisa
Alisa menikah dengan Fahmi putra pemilik pesantren tempat ia mengenyam pendidikan. Pada awalnya rumah tangga mereka begitu bahagia dan harmonis apalagi kini sudah hadir buah cinta mereka berdua, seorang anak yang masih bayi berusia dua bulan.
Namun ternyata kebahagiaan pernikahan itu tak bertahan lama. Fahmi tergoda akan tahta dan wanita, ia berselingkuh dengan saudari kembar Alisa sendiri. Hingga pada akhirnya mereka kehilangan buah cinta mereka.
Alisa merasa putus asa karena mendapatkan ujian yang bertubi-tubi. Ia merasa lelah dengan hidupnya, dan terus menginginkan Tuhan agar membawanya pergi ke sisi-Nya.
Simak ceritanya dalam judul "Tuhan Bawa Aku Pulang." Karya DEWI KD. Jangan lupa untuk mendukung Author dalam bentuk Like dan Komentar kalian ♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi KD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
Beberapa hari kemudian,
Pada akhirnya Alisa menerima tawaran dari Ustadzah Syira. Syira sebelumnya juga sudah meminta izin pada Ummi Najwa kalau ia hendak membawa Alisa ke kota sebentar untuk melakukan shooting.
Tentu saja Najwa dengan senang hati mengizinkan Syira membawa Alisa pergi.
Di dalam perjalanan, Alisa melihat pemandangan yang begitu menyejukkan mata. Setelah enam bulan berlalu, Alisa pada akhirnya bisa melihat dunia luar lagi.
Beberapa jam kemudian, Alisa dan Syira tiba di rumah kedua orang tua Syira. Mereka akan beristirahat terlebih dahulu, sebab besok Alisa akan melakukan shooting.
“Alisa, ini Arlan ! Adik Ku !” kata Syira memperkenalkan adiknya pada Anisa.
Alisa tersenyum, yang membuat Arlan seperti jatuh hati pada pandangan pertama kala melihat Alisa yang begitu cantik alami.
Alisa tak menyambut uluran tangan Arlan, ia hanya mengatupkan kedua tangannya di depan dadanya.
Arlan mengerti, mereka bukanlah sesama muhrim. Ia menarik kembali tangannya dan kemudian tersenyum pada Alisa.
Syira memperhatikan Arlan sejak tadi, adiknya itu seolah tak henti-hentinya memandangi Alisa. Yang membuat Syira langsung menyenggol Arlan, yang membuat Arlan lansung memalingkan wajahnya, karena di tegur oleh Kakaknya.
“Ayo Lisa !” ajak Syira ke kamarnya, tempat dimana mereka akan tidur nantinya.
“Iya Ustadzah !” Alisa mengikuti Syira, dan masuk ke dalam kamar, sedangkan Arlan hanya bisa mengulum senyuman di bibirnya.
“Kalau sedang tidak dipesantren, Kamu panggil Aku Mbak aja ya ! Lagi pula usia Kita tidak terlalu jauh kan !” kata Syira sembari membuka lemari pakaiannya.
“Aku jadi tidak enak, Ustadzah !” lirih Alisa
“Tidak apa-apa, lagi pula Kamu itu sudah Ku anggap seperti adik Ku sendiri !” kata Syira pelan duduk di sebelah Alisa.
Mata Alisa berkaca-kaca, disaat kedua orang tuanya menjauhinya, ia malah mendapatkan keluarga baru, dimana mereka adalah orang asing yang tulus menyayangi Alisa.
Syira sudah tahu latar belakang Alisa dari Ummi Najwa. Syira tentu saja merasa sedih mendengarnya.
Syira lalu membawa Alisa ke dalam pelukannya,
“Banyak orang yang sayang padamu, Alisa. Kamu jangan merasa sendirian ya !” kata Syira dengan tulus.
Air mata Alisa menetes, kemudian dengan cepat ia menghapusnya.
“Iya, Mbak Syira !” lirih Alisa yang membuat Syira senang sekali mendengar Alisa memanggilnya dengan sebutan ‘Mbak’.
“Mandilah, Kamu istirahat dulu. Nanti kita makan malam bersama, Ya !” kata Syira
“Iya Mbak !” jawab Alisa tersenyum kemudian ia mengeluarkan pakaiannya dari dalam tas dan masuk ke dalam kamar mandi.
Lain halnya dengan Fahmi, pria itu sejak tadi mencari keberadaan Alisa. Rutinitas pria tersebut sejak pertama kali melihat Alisa, adalah melihat Alisa walaupun hanya sebentar saja dari jarak jauh.
‘Mencintai dari jarak jauh, cukuplah dirinya dan Tuhan yang tahu.’
Biasanya setelah setelah sholat maghrib, Alisa berada di pondokan khusus wanita yang akan melakukan kegiatan membawa al qur’an. Namun hari ini, Fahmi tak melihat Alisa.
“Hayo ! Nyari siapa !” goda Joko, pria dewasa yang masih saja hidup membujang itu memang suka sekali bercanda.
“Astaghfirullah ! Lek ! Ngagetin aja sih !”
Fahmi memegangi dadanya karena terkejut oleh kedatangan Joko yang secara tiba-tiba.
“Lagian kenapa melamun dari tadi !” kata Joko apa adanya.
“Aku gak melamun, Lek !” sangkal Fahmi
“Terus kenapa matanya ke arah sana terus ? Lihat santri cantik ya !” goda Joko lagi.
Fahmi membulatkan kedua matanya ketika Joko mengatakan hal demikian.
“Astaga Lek Joko ! Istigfar Lek !” tegur Fahmi yang membuat Joko jadi merasa bersalah.
“Eh..maaf ya Gus Fahmi !” kata Joko pelan.
Fahmi menggelengkan kepalanya, kemudian pergi meninggalkan Joko seorang diri dan pulang ke rumahnya.
Kembali lagi pada Alisa,
Malam ini Alisa dan Syira diajak oleh Arlan makan malam di sebuah restoran. Arlan sengaja mengajak mereka makan di luar sebab Syira jarang sekali pulang ke rumah semenjak memutuskan untuk menjadi tenaga pengajar di pesantren.
“Alisa suka apa ? Pesan saja !” kata Syira
“Iya Alisa ! Jangan malu-malu !” Arlan pun menimpali.
“Apa aja sih, Mbak ! Samain aja sama Mbak Syira !” kata Alisa ia sendiri jadi tidak enak hati kalau ingin memesan makanan favorit yang sudah lama tak ia makan sejak ia berada di pondok pesantren.
“Ya sudah ! Mbak mau pesan Udang Asam Manis, Cah kangkung, tempe mendoan, dan nasi putih. Sama minumannya Es teh aja !” kata Syira
Mendengar nama-nama makanan yang disebutkan oleh Syira barusan, seketika membuat Alisa ingin menangis bahagia. Sebab itu adalah makanan favorit Alisa. Entah sebuah kebetulan atau memang sengaja Syira memesan makanan tersebut.
Syira sendiri hanya tersenyum setelah mengatakan pesanannya pada pegawai restoran yang mencatat makanan yang ia minta.
“Oh iya Mbak ! Besok jadwal Shooting nyaa, jam 10 pagi. Gak lama kok ! Alisa cukup membaca 30 ayat al qur’an saja, setelah itu selesai !” kata Arlan membuka percakapan diantara mereka bertiga.
“Oh begitu ya ! Terus, kostumnya gimana, Lan ? Apa sudah disediakan ?” tanya Syira
“Sudah Mbak ! Sudah ada sponsor dari brand pakaian muslim. Jadi Alisa gak apa-apa kan harus bolak-balik ganti pakaian ?” Jawab Arlan kemudian menatap Alisa.
“Memangnya pakaian yang harus dipakai banyak ya, Kak ?” tanya Alisa
“Iya lumayan !” jawab Arlan
“Seberapa banyak ?” tanya Syira
“30 pcs !” kata Arlan kemudian menutup bibirnya.
“Hah ?!”
Alisa sendiri sampai melongo mendengarnya.
...****************...
cerita nya seru dan menarik
apa salah Alisa sama Anisa dan fahmi