Pesona Cinta Kakak Sahabatku

Tania membuka matanya perlahan begitu merasakan area di sekitarnya sedikit gelap. Ia kemudian mengambil hp di meja nakas, melihat jam sudah menunjukkan pukul 4 sore.

Masih sore, namun suasana mendung membuat langit menghitam dan tak menunjukkan kecerahan jam 4 sore pada umumnya.

Tania melirik ke belakang, melihat pria tampan yang masih damai dalam tidur sambil memeluk perutnya erat.

“Mas Kahfi …” Panggil Tania serak.

Tania tidur membelakangi sang suami, kemudian berusaha untuk merubah posisi menjadi menghadap pria itu.

Kahfi menggeliat, namun urung membuka matanya.

“Mas, ini udah sore. Bangun yuk,” ajak Tania lembut.

Kahfi masih tetap menutup mata, pria itu tampak lelah sekali. Tadi usai pulang dari rumah ibu Rahayu, mereka lanjut ke rumah mama Laila, setelah itu baru mereka pulang.

Ya, mereka pulang ke rumah Kahfi yang kini menjadi rumah Tania juga.

Di rumah itu, ternyata ada asisten rumah tangga yang akan pulang setiap jam 6 sore. Ketika Tania sampai, dia tidak dibiarkan merapikan barang-barangnya sendiri, semua dilakukan oleh si asisten rumah tangga Kahfi.

“Mas …” Panggil Tania lagi setengah merengek.

Tania mengusap wajah Kahfi, mengamati ciptaan Tuhan yang begitu sempurna. Tangan wanita itu kemudian turun, mengusap dada Kahfi.

“Hmm, jangan gitu.” Kahfi membuka suara, namun matanya masih tertutup.

Tania terkekeh, bukan berhenti malah semakin mengusap lembut dada bidang, naik ke leher suaminya.

“Kintan …” Kahfi menegur lagi, kali ini dia membuka matanya.

Tania terkikik, berhasil mengganggu tidur suaminya. Namun bukan mendapat amarah, ia malah mendapat kecupan di bibir dan keningnya.

“Udah sore, Mas. Ayo bangun, aku juga laper masa.” Kata Tania, mengusap perutnya.

Kahfi mengatur nafas, kemudian mengusap wajahnya dengan sedikit kasar. Pria itu kemudian bergerak bangun, namun hanya bersandar di papan headboard.

“Aku mandi duluan ‘ya?” ujar Tania senyum-senyum.

Kahfi mengangguk. “Oke, Sayang. Aku coba lihat mbak masak apa hari ini, atau mau makan diluar?” tanya Kahfi.

“Mau, mau makan nasi bebek yang deket pertigaan.” Jawab Tania, sembari ikut mengubah posisi dan bersandar di dada suaminya.

Kahfi manggut-manggut. “Oke, sekarang mau mandi atau mau peluk-pelukan terus?” Tanya pria itu.

Tania mendongak. “Mandi, tapi peluk-pelukan dulu.” Jawab Tania terkikik.

Kahfi ikut terkikik, dia memegang pipi Tania kemudian mencium bibir wanita itu meski sedikit memberontak sambil tertawa.

Tania lekas bangkit dari posisinya, sebelum ia benar-benar tepar karena sang suami.

“Mas, tapi mendung banget. Kayaknya mau ujan deres ini, nanti misalnya ujan kita makan di rumah aja deh.” Kata Tania sembari menatap langit.

“Oke, Sayang.” Balas Kahfi.

Istri Khafi itu kemudian langsung masuk ke kamar mandi, tidak lupa mengambil baju yang akan ia gunakan sekarang.

Tidak sampai 15 menit, Tania sudah keluar dari kamar mandi dengan kaos oversize dan celana pendek yang bahkan tidak lebih panjang dari bajunya.

Saat wanita itu keluar, ia melihat sang suami tengah menelpon seseorang.

“Stop ngomong macem-macem, Arya. Jangan sampe Tania salah paham gara-gara lo ya, kita ini beda.”

“Gue udah nikah, punya istri cantik. Awas aja lo masih ngebacot gue suka sesama jenis, apalagi suka sama lo!”

Suara Kahfi terdengar kesal, bahkan Tania yang berdiri disana agak kaget melihat suaminya yang begitu lembut padanya, bisa marah dengan Arya.

Namun disisi lain, Tania jadi ketakutan memikirkan maksud ucapan suaminya.

“Jadi bener kalo mas Arya itu penyuka sesama jenis? terus dia suka sama suami gue? sama mas Kahfi yang hot ini?” Batin Tania takut.

Tania geleng-geleng kepala. “Nggak nggak, enak aja! mas Kahfi cuma punya gue, nggak boleh ada yang nyentuh dia, perempuan atau laki-laki serong itu.” Lagi, Tania mulai takut termakan pikirannya.

Wanita itu kemudian menatap sang suami yang masih bertelepon. Dia kemudian melempar handuknya begitu saja, membiarkan rambut basah nya terurai.

“Nggak bisa, mas Kahfi cuma boleh nafsuuu sama gue!!” Ujar Tania pelan.

Wanita itu kemudian melangkah, mendekati sang suami dengan gerakan yang begitu centil.

“Mas …” Panggil Tania manja, begitu centil.

“Kok telpon sih, kan kita masih pengantin baru, harusnya kamu cuma fokus sama aku …” Lagi, suaranya tampak manja dan centil.

“Busett ini kalo Raina denger suara gue begini, apa nggak kejang-kejang dia.” Batin Tania bergidik.

“Tunggu sebentar lagi ya, Sayang. Ini Arya, dia bahas kerjaan sedikit.” Tutur Kahfi lembut.

Tania geram, dia merasa kalah dari laki-laki bernama Arya itu. Sekali lagi LAKI-LAKI!

“Lhoo kok gitu, Mas udah nggak mau ajak aku olahraga lagi? aku abis mandi lho, wangi. Nih coba cium.” Ujar Tania, suaranya masih begitu manja.

Tania memeluk sang suami, kemudian memiringkan kepalanya agar Kahfi bisa menghirup wangi dari lehernya.

Kahfi digoda gini mana tahan, dia lantas menciumi leher istrinya dengan sambungan telpon yang masih terhubung oleh Arya.

“Hmm, kamu wangi banget Sayang.” Ucap Kahfi berat.

Kahfi lupa, iya dia lupa. Lupa bahwa telpon genggamnya masih terhubung dengan Arya.

“Aku nggak mau berhenti cium kamu!” Lagi, Kahfi berbisik sensual.

“KAHFI MONYET, SETAN, JAHANAM, AWAS LO YA BANGSATTT!!!”

Kahfi sadar, dia menatap telpon genggamnya yang terasa agak panas seperti api kesal Arya menembus dari hp.

“Sorry, Ar. Gue sibuk, gue tutup ya.” Kata Kahfi kemudian menutup sambungan telpon, dan melempar asal hpnya.

Tania tersenyum menang.

“Sekarang, kamu tanggung jawab Sayang!” Kata Kahfi, kemudian menggendong tubuh istrinya.

“Yes, menang. Nggak apa-apa pegel dikit, asal suami gue nggak dipengaruhi otak si laki-laki itu.” Batin Tania.

“Ahh, mas Kahfi …”

BAYANGIN AJA SEKESEL APA ARYA, WKWKWK

Bersambung .....................................................