NovelToon NovelToon
Menculik Pengantin Wanita Adik Tiri

Menculik Pengantin Wanita Adik Tiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Konflik etika
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: iraurah

Andreas Wilton sudah terlahir dingin karena kejamnya kehidupan yang membuatnya tidak mengerti soal kasih sayang.

Ketika Andreas mendengar berita jika adik tirinya akan menikah, Andreas diam-diam menculik mempelai wanita dan membawa perempuan tersebut ke dalam mansion -nya.

Andreas berniat menyiksa wanita yang paling disayang oleh anak dari istri kedua ayahnya itu, Andreas ingin melihat penderitaan yang akan dirasakan oleh orang-orang yang sudah merenggut kebahagiaannya dan mendiang sang ibu.

Namun, wanita yang dia culik justru memberikan kehangatan dan cinta yang selama ini tidak pernah dia rasakan.

“Kenapa kau peduli padaku? Kenapa kau menangis saat aku sakit? Padahal aku sudah membuat hidupmu seperti neraka yang mengerikan”

Akankah Andreas melanjutkan niat buruknya dan melepas wanita tersebut suatu saat nanti?

Follow instagramm : @iraurah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Peraturan Yang Mengekang

Waktu makan malam tiba saat bayangan gelap dari pepohonan tinggi di luar jendela kamar Mistiza mulai merambat naik ke dinding, menandai malam yang perlahan menjelma. Di dalam kamar tamu tempat Mistiza dikurung, suasana terasa hening, nyaris menyerupai kekosongan yang mencekam. Hanya suara detak jarum jam tua di atas meja kecil yang terdengar, berdetak pelan seperti napas yang tertahan.

Tiba-tiba, suara ketukan dua kali terdengar di pintu.

Tok! Tok!

Pintu itu lalu terbuka perlahan, memperlihatkan seorang pria paruh baya yang mengenakan seragam pelayan berwarna gelap.

Dia melangkah masuk dengan langkah hati-hati, membawa nampan perak berisi satu piring makan malam lengkap dan segelas air putih yang bening. Tanpa menatap langsung ke arah Mistiza, ia meletakkan makanan itu di meja kecil di samping tempat tidur. Aroma sup hangat dan potongan daging yang disiram saus kental menguar pelan, namun tidak cukup untuk menggugah selera wanita yang duduk bersandar di ujung ranjang.

Mistiza hanya melirik sekilas ke arah nampan itu. Pandangannya kosong, dan matanya terlihat sembap karena tangisan yang belum lama berhenti. Selimut masih membalut tubuhnya, meski suhu ruangan tidak sedingin biasanya. Tangannya menggenggam lutut, seperti mencari kehangatan yang telah lama direnggut darinya.

Pelayan itu menghela napas pendek. Dengan suara yang berat namun pelan, ia berkata, “Nona... harap makanlah sampai habis malam ini.”

Mistiza menoleh perlahan, menatap pria itu dengan lelah. Ia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengangguk lirih, sangat pelan hingga nyaris tak terlihat. Namun sang pelayan memahami. Meskipun ia ragu wanita itu akan menepatinya, anggukan itu sudah cukup sebagai bentuk perlawanan paling lembut yang bisa Mistiza berikan.

Pelayan itu tak langsung pergi, ia menarik napas dalam, lalu menatap Mistiza sekilas. Kali ini suaranya terdengar lebih tegas, namun tetap menjaga nada hormat. “Nona Mistiza, saya diutus untuk membacakan sepuluh aturan dari Tuan Andreas Wilton. Ini adalah perintah langsung, dan saya mohon Anda menyimaknya dengan saksama.”

Mistiza menoleh perlahan. Matanya menyiratkan kebingunan, namun ia tetap mengangguk pelan sebagai isyarat bahwa ia mendengarkan.

Pelayan itu mengeluarkan secarik kertas dari sakunya, membukanya dengan hati-hati, dan mulai membacakan dengan intonasi formal:

"Aturan Mansion Andreas Wilton. Dibacakan dan dipatuhi tanpa pengecualian. Pelanggaran akan berakibat serius.”

Pelayan itu berhenti sejenak, menatap kertas itu, lalu melanjutkan:

"Peraturan pertama, Ketaatan Mutlak"

"Segala perintah dari Tuan Andreas Wilton adalah mutlak dan tidak boleh dibantah. Ketaatan adalah syarat utama keberadaan Anda di tempat ini"

"Peraturan kedua, Makan Tanpa Sisa"

"Setiap makanan yang disediakan wajib dihabiskan. Jika kedapatan menyisakan makanan, Anda akan diberi makanan hewan untuk seterusnya"

"Peraturan ketiga, Tidak Ada Komunikasi Eksternal"

"Dilarang keras berkomunikasi dengan pihak luar dalam bentuk apa pun: surat, pesan, telepon, ataupun sinyal isyarat"

"Peraturan keempat, Tidak Diizinkan Menyebut Nama Orang Luar"

"Nama siapa pun dari luar mansion ini tidak boleh disebut atau dibicarakan, baik dalam monolog maupun percakapan"

"Peraturan Kelima, Keluar Kamar Hanya Saat Tuan Andreas Ada di Mansion"

"Anda hanya boleh meninggalkan kamar jika Tuan Andreas berada di dalam area mansion. Di luar waktu itu, Anda harus tetap di dalam kamar"

"Peraturan Keenam, Merawat Diri"

"Anda diwajibkan menjaga kebersihan dan penampilan pribadi setiap hari, karena tuan Andreas sangat tidak suka terhadap sesuatu yang kotor"

"Peraturan Ketujuh, Hormat pada Tuan Rumah"

"Tuan Andreas Wilton adalah figur tertinggi di tempat ini. Segala bentuk penghinaan, sindiran, atau sikap tidak hormat akan dianggap pelanggaran berat"

"Peraturan Kedelapan, Larangan Melarikan Diri"

"Percobaan melarikan diri akan dihukum berat, sesuai dengan keputusan langsung dari Tuan Andreas, dan tuan sendiri yang akan turun langsung"

"Peraturan Kesembilan, Dilarang Melukai Diri Sendiri"

"Jika kedapatan melukai diri sendiri dalam bentuk apa pun, Anda akan segera dipindahkan ke kamar kosong tanpa jendela, tanpa penghangat, dan tanpa jangka waktu pembebasan"

"Peraturan Kesepuluh, Larangan Melapor Jika Bebas"

"Jika suatu saat Anda dibebaskan, Anda dilarang melaporkan apa pun yang terjadi selama tinggal di mansion ini kepada pihak luar, baik melalui hukum maupun media. Dan jika anda melakukan itu maka tuan Andreas akan memastikan jika andalah yang akan terjerat"

Begitu pelayan selesai membacakan seluruh isi surat, ia melipat kembali kertas itu dengan rapi dan menundukkan kepalanya sedikit. Ia berbicara dengan suara lebih pelan, nadanya tidak setegas sebelumnya.

“Demikian aturan-aturan yang berlaku, Nona. Saya harap... saya mohon... Anda berusaha untuk mematuhinya. Demi kebaikan Anda sendiri.”

Mistiza hanya menatap pria itu tanpa kata. Di wajahnya tergurat campuran rasa takut, muak, dan kehampaan yang mendalam. Surat itu bukan hanya peringatan—melainkan belenggu yang diikatkan langsung pada lehernya, dengan tali kendali di tangan seorang pria yang tidak mengenal ampun.

Pelayan itu mundur satu langkah. Sebelum menutup pintu, ia sempat menoleh sebentar, lalu berkata lirih, “Saya harap makanan malam ini bisa habis. Tuan Andreas yang akan memantau nya”

Tanpa menunggu tanggapan, ia keluar dari kamar dan menutup pintu rapat. Kunci berputar dari luar, mengunci kembali dunia Mistiza yang sempit.

Kamar kembali sunyi. Hanya napas berat dan gema detak jam yang menemani Mistiza. Ia menunduk, memandang makanan yang terhidang, lalu kembali menatap ke dinding kosong di hadapannya.

Kini, bukan hanya dinding yang mengurungnya—tetapi sepuluh aturan yang akan menentukan hidup, mati, dan mungkin, harapannya yang terakhir.

Wajahnya pucat. Rasa sesak perlahan merambat dari dadanya, menjalar hingga ke tenggorokan. Dunia yang dikenalnya sudah benar-benar lenyap. Kini ia hidup dalam dunia yang ditata oleh aturan seorang pria yang percaya bahwa kekuasaan adalah hukum, dan cinta hanya ilusi yang bisa dikendalikan.

Ia menatap kembali ke arah makanan di atas meja kecil. Ia tahu, menolaknya bukan hanya berarti kelaparan, tapi juga ancaman yang nyata atas keselamatannya. Perlahan, ia bangkit dari tempat tidur. Langkahnya masih lemah, namun ada sesuatu dalam dirinya yang memaksa untuk terus berjalan—mungkin sisa kekuatan dari harga diri yang belum sepenuhnya padam.

Ia duduk di kursi kayu yang ada di sisi meja. Tangan kanannya mengambil sendok, dengan perlahan, ia mulai menyuap makanan itu ke dalam mulutnya. Rasanya tidak buruk, bahkan enak, tapi semua rasa seolah hambar di tengah tekanan dan rasa takut yang membungkus setiap detik hidupnya kini.

Beberapa suap pertama ia telan dengan berat. Namun ia terus melanjutkan, menelan rasa takut bersama makanan yang kini menjadi simbol kekuasaannya sendiri—jika ia bisa bertahan, jika ia bisa tetap hidup, mungkin suatu hari nanti ia bisa membebaskan diri. Tapi untuk saat ini, ia hanya bisa menuruti perintah.

Ia harus bertahan. Bukan karena Andreas menyuruhnya, tetapi karena dalam lubuk hati terdalam, ia tahu: seseorang seperti Andreas tidak akan selamanya berkuasa atas hidupnya. Akan tiba saatnya ia bangkit. Akan tiba saatnya jeruji ini akan runtuh.

Dan di malam yang sunyi itu, di antara suapan terakhir makan malamnya, Mistiza menunduk pelan. Bukan untuk menyerah, tapi untuk menyembunyikan air mata yang jatuh—air mata yang menandai tekad baru.

1
As Lamiah
jangan sampai ada permainan yg akan mempermainkan mu Andreas kan konyol
partini
hati hati benci dan cinta sangat tipis loh Andreas
As Lamiah
udah tau mistiza gadis yang menderita eee malah kau tambah lagi penderitaan di hidup mistiza sungguh kejam yg salah sasaran loh Andreas seharusnya yg di hancurkan itu Riyan dan keluarganya bukan mistiza yg nota Bene g bersalah sungguh sadis kamu Andreas
Neng Nurhaeni
blum up thor
Mamie_Luv: Hari ini sudah up ya kak😊
Ditunggu besok🙏🏼
total 1 replies
Aira Zaskia
Seru
As Lamiah
sadis bener tuh Andreas
Halimah
Andreas salah besar.....Dia benci sm keluarganya tp knp Mistiza yg ke korban
As Lamiah
sungguh miris nasip mistiza dan Andreas
partini
makin menarik
As Lamiah
ya begitulah kalau seorang anak yang sudah terlalu kecewa dan menderita
Jelo Muda
kata2mu thorrr...kerennnn
Mamie_Luv: Terimakasih kak🥰
total 1 replies
As Lamiah
terasa berat dan lama untuk seorang mistiza nasip apa yg mistiza dapat kan sudah g punya keluarga eee kebebasan pun terenggut semoga mistiza masih diberikan kewarasan
As Lamiah
ayolah Andreas jangan pintar tapi bodo dan masa bodo dengan umpan mu yg harus terjaga kewarasan nya demi menghancurkan keluarga tirimu itu 😇
partini
something wrong with her body,, apa hidup nya sangat menderita
come cari tau masa sekelas anda yg power full ga bisa kan ga lucu
As Lamiah: ya heeh tuh Andreas g bisa nutup mata dan telinga
total 1 replies
As Lamiah
nah tuh pasti mistiza ngedrop dan tertekan tuh dikurung andreas
As Lamiah
ayo mistiza jangan berikan Andreas kesempatan untuk menyiksamu kembali buatlah dia terkesan dengan sikapmu
As Lamiah
semoga mistiza bisa melewati masa sulit yg dihadapinya dan meluluhkan hati Andreas meski sulit dan penuh penolakan
As Lamiah
ayo mistiza ikuti permainan andreas dan pulihkan dirimu beripelajarannyg manis untuk Andreas yg Takan dia lupakan dan hancurkan kesombongan nya terhadap mu karna dia salah menghukum mu mistiza
Eka Bundanedinar
salam sehat mammy semangat krya barunya udah nangkring nih
Mamie_Luv: Selamat membaca kakak🥰
total 1 replies
As Lamiah
hemmm gebrakan apanih yg bakal mistiza dapat dari Andreas
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!