“Aku bukan barang yang bisa diperjualbelikan.” —Zea
Zea Callista kehilangan orangtuanya dalam sebuah pembantaian brutal yang mengubah hidupnya selamanya. Diasuh oleh paman dan bibinya yang kejam, ia diperlakukan layaknya pembantu dan diperlakukan dengan penuh hinaan oleh sepupunya, Celine. Harapannya untuk kebebasan pupus ketika keluarganya yang serakah menjualnya kepada seorang mafia sebagai bayaran hutang.
Namun, sosok yang selama ini dikira pria tua berbadan buncit ternyata adalah Giovanni Alteza—seorang CEO muda yang kaya raya, berkarisma, dan tanpa ampun. Dunia mengaguminya sebagai pengusaha sukses, tetapi di balik layar, ia adalah pemimpin organisasi mafia paling berbahaya.
“Kau milikku, Zea. Selamanya milikku, dan kau harus menandatangani surat pernikahan kita, tanpa penolakan,”ucap Gio dengan suara serak, sedikit terengah-engah setelah berhasil membuat Zea tercengang dengan ciuman panas yang diberikan lelaki itu.
Apa yang akan dilakukan Zea selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BEEXY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 - Berhenti Penasaran!
Hari demi hari berlalu. Zea masih kepikiran dengan ucapan dingin Giovanni tentang teman itu. Dia tidak menyangka jawabannya akan sampai membuat bulu kuduk Zea merinding.
Giovanni itu sulit ditebak.
Terkadang dia bisa bersikap lembut, terkadang juga sangat dingin. Zea memegangi bibirnya Dan teringat oleh kecupan Giovanni di sana. Itu benar-benar kecupan yang diberikan lelaki itu dari hatinya atau hanya sebuah upaya untuk menghentikan Zea bicara terlalu banyak?
Pikiran Zea masih melayang-layang, langkah kakinya pun tidak teratur berjalan di Mansion itu, terkadang berbelok ke kanan, kadang berbelok ke kiri. Hingga tidak sengaja menabrak Federico yang berdiri tengah memandangi lukisan. "Aw."
Sontak membuat lelaki berpakaian pelayan itu melirik tajam. "Tidak bisa kah kau melihat seseorang berdiri di sini?"
"Maaf, aku tidak sengaja,"ucap Zea sambil membenarkan postur tubuhnya untuk tegak karena sedikit bergoyang setelah menabrak Federico.
"Kau ini, selalu saja merepotkanku."
"Hei, aku ingin bertanya sesuatu padamu." Zea lalu memposisikan dirinya tepat di samping Federico.
"Pertanyaan apa?" Federico menoleh ke arah Zea dengan raut malas membuat gadis itu terkekeh.
"Taman terbengkalai yang pernah aku tanyakan juga padamu itu ... milik orang yang disayangi oleh Giovanni kan? Siapa orang itu? Bolehkah aku mengetahuinya?" Kedua mata Zea berkedip penuh harap.
Sementara Federico yang mendengar pertanyaan beruntun dari Zea terbelalak seketika. Tangannya mengepal. "Bukan urusanmu untuk mengetahui milik siapa teman itu. Kau tidak punya hak apa-apa."
Tiba-tiba Federico melangkahkan kakinya mendekati Zea, raut wajah lelaki itu mendadak suram. "Semakin sedikit yang kau tahu, semakin baik. Statusmu di sini hanyalah wanita bawaan Tuan Altezza, bukan siapa-siapa. Kau bukanlah bagian dari alteza. Kau belum mempunyai hak apapun di sini." suara itu dingin.
Membuat Zea tersentak, kedua matanya terbelalak bertemu dengan netra tajam Federico yang menjulang tinggi di depannya. "Aku sadar diri tentang statusku di mansion ini, aku hanya penasaran saja." Zea berusaha menjawab dengan nada yang netral.
"Kau harus tahu kapan harus menjaga rasa penasaranmu, karena hal itu bisa membawamu masuk ke dalam jurang yang curam dan mungkin tidak bisa kembali lagi ke permukaan." Federico masih berdiri di depan Zea mengintimidasi.
Kedua baru Zea kembali menegang. Kenapa Federico bertingkah sama seperti Giovanni tentang pertanyaan Zea yang ingin tahu siapa pemilik taman itu sebenarnya? Apakah itu merupakan hal yang buruk untuk Zea? Atau tidak?
"Aku tahu aku tidak memiliki hak apapun, tapi aku hanya penasaran karena jika terkait teman terbengkalai itu .. pasti membuat perubahan sikap Giovani menjadi lebih gelap dan dingin."
"Kau sudah tahu tuan alteza tidak suka membicarakan itu, dan sebaiknya kau juga tidak usah mencari tahu karena tidak akan ada gunanya untukmu. Yang perlu kau lakukan hanyalah menuruti perintah Tuan Altezza, apapun itu, Jangan pernah melanggarnya dan membuatku repot. Terimalah fakta itu." Federico makin mendekatkan tubuhnya hingga wajahnya tinggal berjarak beberapa sentimeter dari Zea.
Sialan.
Jadi satu-satunya cara yang bisa dilakukan Zea hanyalah menuruti perintah Giovanni alteza. Apakah itu memang kenyataan hidup yang harus diterima oleh Zea?
Saat gadis itu hendak membuka mulutnya untuk bicara, tiba-tiba seseorang berteriak ke arah mereka berdua.
"FEDRI!! NONA ZEA!!"pekik Rosa.
Pelayan pribadi Zea yang beberapa hari ini tidak dilihat oleh gadis itu, kini berteriak sambil melambaikan tangan dari arah jam tiga. Raut wajahnya tetaplah sama ; bibir tebal pinknya tersenyum merekah, mata besarnya melebar indah.
Ekspresi ceria Rosa langsung berubah masam melihat bagaimana Federico mengintimidasi Zea. Wanita itu langsung berjalan dengan langkah besar mendekati mereka berdua. "Fedri! Bukan begitu cara memperlakukan wanita!"
Setelah sampai, dia mendorong Federico sampai mundur beberapa langkah. Lelaki itu pun memutar iris matanya malas karena dipertemukan lagi oleh si pembuat ulah dan membuat Federico selalu merasa tidak nyaman.
"Sebaiknya kau kerjakan saja tugasmu dan jangan mencampuri urusanku,"ucap Fedrico dingin pada Rosa.
"CK,CK,CK. Kau ini, jika aku sudah di sini berarti semua tugasku sudah selesai dan abaikan tentang tugas itu, yang perlu aku tangani di sini adalah sikapmu!" Jari telunjuk rasa tepat berada di ujung hidung mancung Federico. "Apa yang kau bicarakan pada Nona Zea sampai harus sedekat itu?? Kau membuatnya takut?"
Lelaki itu kembali memutar iris matanya jengah, "Ya."
Rossa langsung melotot. "KAU INI!" Segera dia berbalik dan menyentuh kedua bahu Zea, mengamati raut wajah Zea juga memindai dari atas sampai bawah. "Anda tidak apa-apa kan?? Apakah Federico menyakitimu begitu dalam? Apa yang dia bicarakan denganmu? Jika dia menyakitimu katakan padaku, aku akan menghajarnya sampai hidung mancungnya yang menggemaskan itu patah,"ucap Rossa dengan penuh keberanian lalu sedikit menambahkan..
"... walaupun aku tidak tega."
Rossa tetaplah Rosa. Dia mencintai Federico itu adalah garis kenyataan yang sulit untuk dilangkahi.
"Ya, dia memang sedikit membuatku takut, tapi tidak apa-apa,"ucap Zea.
"Jadi Fedri benar-benar membuatmu takut??"
Tatapan mata Rosa kembali menajam untuk Fedrico.
"Kalian para wanita suka sekali membicarakan hal-hal yang tidak penting. Untuk apa kau menatapku seperti itu? Jangan sampai bola matamu jatuh dan merepotkanku." Federico berucap dengan dingin.
Sementara Rossa makin mendelik, "kau ini benar-benar tidak pernah belajar." Tiba-tiba gadis itu mencubit kedua pipi Federico.
"Berhenti melakukan itu!!" Terlihat wajah Federico sedikit memerah karena perilaku Rosa.
Sementara Zea pada akhirnya pergi meninggalkan mereka berdua dan berjalan menuju ke area taman yang terbengkalai itu. Dia mengamati detail taman yang penuh dengan tanaman bercampur dengan tanah dan kotor.
Untung saja saya belum memberitahu tentang dia yang dulu kabur melalui taman itu. Tapi, apakah Giovanni tahu kalau area taman itu memiliki pintu keluar dari Mansion.
Saat mata Zea mengamati lebih dalam, dia melihat sesuatu bergerak di balik pintu kecil usang di taman itu—pintu yang dulunya digunakan Zea untuk kabur.
Gadis itu menyipitkan matanya untuk mengamati lebih dalam, gerakan tersebut tidak seperti hewan tapi manusia.
Tangan Zea menempel di dinding kaca. Rasanya dia ingin masuk ke dalam dan memeriksa sesuatu apa yang bergerak di sana. Tapi, Zea telah diperingatkan untuk tidak boleh masuk ke dalam. Dia bimbang.
Akhirnya, langkah kakinya berjalan dengan tujuan untuk masuk ke dalam rumah kaca itu. Tapi ... seseorang melihat aksi Zea dari kejauhan.