Gadis yang harus terpaksa menikah dengan CEO muda kaya, karena Ayahnya terlilit hutang yang banyak. Namun, apa jadinya ketika dia baru tahu setelah menikah. Suami nya itu adalah seorang psikopat pembunuh berdarah dingin.
Tubuh Zizi bergetar hebat karena Kenzo mengarahkan pisau itu ke mulut mungilnya.
"Sssttt … jangan banyak bicara, apa kamu mau mulutmu yang kecil cerewet ini disobek?"
Kenzo semakin mendekatkan pisau itu ke mulut Zizi. "Sepertinya aku ingin melukis di atas kulitmu yang mulus ini, tapi aku tidak mempunyai tinta."
Zizi yang masih gemetaran memberanikan diri untuk bersuara.
"Tuan maafkan saya karena saya tadi begitu lancang."
Namun, Kenzo tidak menghiraukan Zizi. "Bagaimana kalau pisau ini sebagai kuas untuk melukis, sepertinya akan sangat indah."
Mau tahu kelanjutannya cuss ...Dibaca saja!!
Warning … . bisa membuat KECANDUAN.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Berduka Di Hari Bahagia
Jesi tidak tahu lagi harus menjawab apa di saat Zizi terus menerus menanyakan keberadaan Kenzo dan juga papa mertuanya itu.
"Apa mereka sudah dalam perjalanan kesini?" tanya Zizi pada Jesi.
"Iya nyonya, tuan besar dan tuan Kenzo pasti datang." Jesi mengatakan itu supaya Zizi merasa tenang.
Dokter pun masuk kedalam ruangan Zizi, ia ingin memberi tahu bahwa Zizi tidak mungkin melahirkan secara normal, karena, air ketubannya sudah sangat sedikit.
"Permisi Nyonya, apakah Anda sudah menghubungi suami Anda untuk menandatangani surat persetujuan melakukan operasi ini?"
"Dok, lakukan apa yang terbaik. Saya percaya suami saya juga pasti akan menyetujui nya."
Zizi mengambil keputusan sendiri karena dari tadi sudah sangat kesakitan, hanya itu yang dapat dia ambil dikarenakan Kenzo tidak kunjung datang.
Setelah Zizi menandatangani surat persetujuan itu. Ia dibawa menuju ruang operasi
"Anda bisa tunggu di luar Nyonya," pinta Dokter tersebut pada Jesi.
Zizi sempat tersenyum meskipun, ia sedang menahan sakit.
"Sudah aku tidak apa-apa kamu bisa menungguku di luar, nanti kalau mereka datang kasih tahu. Aku sudah memasuki ruangan operasi."
—
Semua peralatan sudah siap. Zizi hanya bisa berharap Kenzo datang tepat waktu menemaninya di saat seperti ini.
Zizi sekarang sedang di suntik bius, supaya tidak kesakitan dalam melakukan operasi sesar. Ia memejamkan matanya, saat kesadarannya mulai berkurang karena pengaruh obat bius tersebut. Kenzo datang dengan pakaian lengkap yang sudah disterilkan lalu ia mendekati Zizi.
"Papa juga ada disini?"
Zizi langsung menanyakan tuan Hercules. Ketika ia melihat Kenzo mendekat ke arahnya.
"Papa–"
"Jangan katakan papa gak jadi datang."
"Papa ada urusan mendadak jadi, papa membatalkan keberangkatannya untuk kesini."
"Papa berbohong …" ucap Zizi lirih.
Bicara nya pun mulai ngelantur, ia merasa sedang berada di kamarnya sendiri. Dia juga tidak menanyakan tuan Hercules lagi.
"Jangan tinggalkan aku ya, setelah anak kita lahir firasat ku tidak enak. Kumohon … ."
"Aku tidak akan pernah meninggalkan mu dalam keadaan apa pun, percayalah."
"Aku sangat mencintai mu, si arogan laki-laki seperti kulkas sembilan pintu."
Kenzo terkekeh mendengar Zizi. Ia tidak bisa membayangkan ketika Zizi tahu tuan Hercules sudah tidak ada.
"Aku sedang oprasi jangan menatap ku begitu laki-laki mesum."
Kenzo tidak berhenti menatap wajah Zizi, yang masih berusaha tetap terjaga.
Sampai ia dikejutkan oleh suara tangissan bayi.
"Anak kita sudah lahir sayang." Kenzo mengecup dahi Zizi beberapa kali.
Zizi tidak merespon, karena ia masih berada di alam bawah sadarnya.
"Selamat Tuan, anak Anda laki-laki mereka terlihat sangat mirip dengan Anda." Salah satu Dokter menatap bayi kembar itu dengan kagum.
Wajah semurigah Kenzo tidak bisa di sembunyikan.
"Ini anak saya Dok?"
Dokter itu saling menatap heran, karena Kenzo bicara seperti tidak percaya dengan hasil karyanya sendiri.
"Anda sedang tidak mabuk kan Tuan?"
***
Jesi lega setelah mendengar suara tangisan bayi bersahut-sahutan dari dalam ruangan oprasi.
"Pewaris kekayaan tuan Kenzo sudah lahir."
Jesi tidak berhenti mengucapkan selamat kepada Kenzo setelah Kenzo keluar.
"Selamat Tuan atas kelahiran bayi kembar Anda, jenis kelamin mereka apa Tuan?"
Mesipun Jesi selalu menemani Zizi untuk selalu pergi memeriksa kandungannya setiap bulan. Tetapi, Zizi tidak pernah menanyakan jenis kelamin bayi nya, ia ingin memberi Kenzo kejutan.
"Mereka laki-laki Jesi, begitu sangat lucu dan mengemaskan." Binar bahagia jelas terlancar di kedua bola mata Kenzo.
Jesi tidak pernah melihat Kenzo sebahagia ini, tetapi disisi lain kenapa Kenzo terlihat murung.
"Jesi, kamu jagan pernah menyebut nama papa di depan Zizi."
Jesi belum tahu kalau tuan Hercules mengalami kecelakaan, dan menyebabkan harus kehilangan nyawa nya.
Jesi menatap heran, karena kenapa Kenzo tiba-tiba bicara begitu.
"Bukankah tuan besar dalam per–"
"Papa tidak akan pernah kesini Jesi, Niko sedang mempersiapkan proses pemakamannya." Kenzo berujar sambil menahan rasa sesak di dada.
Jesi mundur selangkah, karna mendengar Kenzo menyebut pemakaman.
"Tuan, ada apa sebenarnya kenapa Anda menyebut pemakaman? dan siapa yang akan di makamkan?"
"Rendahkan sedikit nada suaramu Jesi, papa mengalami kecelakaan dan hasil tes DNA menyatakn itu jasad papa. Karena wajahnya sudah hangus terbakar kita tidak bisa mengenali nya lagi."
Jesi tidak bisa menyembunyikan kesedihanya, kenapa harus sekarang di saat Kenzo sudah berubah begini.
"Tuan bagaimana kalau nyonya Zizi akan bertanya nanti?"
"Aku akan berusaha menyembuyikn ini dulu dari nya, sampai keadaanya benar-benar pulih total, jangan sampai keadaanya menjadi derop setelah mendengar berita ini."
Terlihat Pak Hardian dan Eliza datang, karana ingin menjenguk Zizi.
"Tuan muda, bagaimana keadaan Zizi?"
Kenzo sebenarnya tidak menyukai manusia yang dua ini. Namun, ia berusaha bersikap tenang dan biasa saja.
"Zizi masih di tangani belum selesai."
"Apa kita boleh melihat cucu kami?"
Jesi sempat melirik wajah Eliza yang terlihat jutek.
"Mereka masih di bersihkan jadi, tidak bisa di lihat dulu."
Mereka semua sedang menunggu, ingin melihat Zizi dan bayi kembar nya. Meski Eliza sudah beberapa kali mengajak Pak Hardian untuk pulang. Namun, Pak Hardian tetap tidak menerima ajakan istrinya itu.
\*\*\*
"Apa obat itu sudah habis?"
Terlihat Darel sedang berbicara melalui benda pipihnya.
"Bagus, sebentar lagi obat lumpuh itu akan beraksi. Jangan sampai ada yang mencurigai mu."
Darel sedang berencana akan menjatuhkan Kenzo dengan caranya sendiri.
"Hubungi saya kalau persediaan obat itu habis, tetap campurkan pada makananya. Ingat hanya makanannya saja."
"Darel bicara sama siapa kamu, Nak?"
Nyonya Angel datang di saat sambungan telpon itu berakhir. Jadi dia belum sempat mendengar pembicaraan Darel.
"Mama, sejak kapan masuk kekamar Darel?"
"Baru saja, apa itu wanita yang selalu kamu ceritakan?"
"Bukan Ma, ini rekan kerja di kantor."
Nyonya Angel percaya begitu saja. Ia kemudian semakin mendekati Darel.
"Mama ada undangan makan malam dari orang tua Oliv kamu bisa ikut. Iya, kan?"
"Ma, Darel gak bisa nemenin Mama."
Nyonya Angel tidak menerima penolakan dari Darel lagi.
"Gak bisa, gak bisa pokoknya harus malam ini Mama tidak mau tahu, mau di taruh mana muka Mama kalau sampai keluarga pak Alex mengira kita mengabaikan undangannya."
"Mama datang saja sama Anton kan bisa."
"Mama maunya sama kamu, sudah kamu tidak bisa ngeles lagi."
"Ma … Mama … Darel benar-benar gak bisa."
Nyonya Angel melangkah keluar, tapi ia sempat berhenti di ambang pintu.
"Terserah, Mama akan tetap mengajak kamu."
.
.
"Lebih cepat dong Darel, ini kita sudah hampir terlambat. Nanti pak Alex mengira kita tidak akan datang."
"Bagus dong Ma, jadi kita gak usah kesana selesai kan."
Nyonya Angel yang mendengar jawaban Darel langsung memukul kepala Darel dengan tas yang ia bawa.
"Aw … sakit Ma, iya Darel akan ngebut nih."
"Awas kalau sampai kamu membuat onar disana, turuti perintah mama."
Di kepala Darel hanya memikirkan Zizi, dia tahu kalau Zizi sekarang sudah melahirkan.
"Darel, kamu dengar Mama tidak?"
"Iya Ma, Darel denger kok."
Sebenarnya Darel tidak mendengar ucapan nyonya Angel tadi tapi karena tidak mau melihat Mama nya marah. Iya mengiyakan saja.
\*\*\*
Darel membiarkan nyonya Angel berjalan sendiri menuju keluarga Oliv, tapi dugaannya salah nyonya Angel menarik tangan Darel agar mereka berdua berjalan beriringan.
"Jangan coba-coba pergi Darel sini sama Mama."
Darel mau tidak mau akhirnya menuruti perintah mamanya. Dia terlihat seperti anak masih bocah yang sedang di tuntun orang tuanya.
"Maaf jeng kami terlambat."
"Tidak apa-apa jeng silahkan duduk."
Mamanya Oliv yang bernama nyonya Iren mempersilahkan mereka untuk duduk.
"Oh, ya jeng. Kenalin ini anak saya yang waktu itu saya ajak Oliv untuk kekantornya."
"Sepertinya mereka berdua terlihat cocok ya Pa."
"Iya Ma, apa sebaiknya kita biarkan saja anak-anak kita duduk berdua supaya bisa lebih leluasa untuk berkomunisakasi."
"Iya juga Pak Alex. Maklum baru saling kenal kita pindah duduk di ujung sana saja."
Kini tinggal Oliv dan Darel. Andai saja Darel tidak mengingat pesan nyonya Angel sudah pasti dia pergi dari tadi.
Oliv yang melihat Darel tanpa berkedip sedikit pun, ia begitu terpesona.
"Kak kenalkan nama saya Olivia Iskandar, Kakak bisa panggil aku Oliv."
Darel tahu ini hanya sekedar sebagai basa basi Oliv saja.
"Saya Darel Pratama, senang bisa kenalan sama kamu."
Oliv gerogi, tidak tahu harus mulai bicara dari mana lagi setelah tadi sempat berkenalan.
"Hem … Kakak mau pesan makanan?"
"Tidak usah, saya sudah sangat kenyang."
Oliv merasa Darel pria satu-satu nya yang tidak terlihat tertarik pada dirinya.
"Apa Kakak sudah punya kekasih?"
"Belum, tapi sebentar lagi pasti akan punya."
Oliv menunduk malu, karna mengira dirinya lah yang telah dimaksud Darel.
Di meja paling ujung nyonya Angel yang melihat Darel bisa membuat Oliv tertawa merasa senang karena Darel tidak mengingkari janjinya.
"Lihat mereka berdua terlihat sangat serasi kan jeng?"
"Iya jeng, kapan acara tunangan itu akan di laksanakan?"
Tuan Alex angkat bicara, setelah mendengar keputusan dua wanita yan sama-sama memiliki peran penting dalam misi ini.
"Kita jangan terburu-biru dulu Ma, biarkan mereka saling kenal satu sama lain dulu iya kan nyonya Angel?"
"Ada benarnya juga sih jeng ucapan suami saya."
"Ya sudah, saya ngikut aja jeng."
Tanpa Darel tahu, ternyata maksud nyonya Angel adalah menjodohkannya dengan Oliv.
gak cocok jdi psikopat😂😂
jawabannya satu karena darel adalah PEBINOR hanya begitu dispesialkan disetiap novel yang novelisnya wanita,
kak tp q blm puas bgt mngkanya di bikin lg cerita anak2 mereka ya kak si arlon briana sm arlan aurora pasti g kalah seru dan bucin2.
kok q penasaran sm pria misterius yg ngaku klo aurora itu anaknya.mngkin kah itu darel tp kok bisa briana di panti sdang aurora sm ibu angkatnya mkin seru mkin penasaran lnjut kak.....