Dari kecil hidupku sudah ku abdikan pada keluarga yang mengangkatku sebagai anak, aku adalah anak panti yang tanpa nasab, ibuku dulu seorang budak dan dia di bunuh oleh seseorang entah siapa setelah menitipkan aku di panti asuhan. Sejak umur 10 tahun seorang donatur mengadopsiku, dia adalah tuan Samer dan Ibu Luci, mereka mengangkat ku sebagai pancingan agar mempunyai anak, dan benar saja setelah satu tahun aku bersama mereka mereka mempunyai seorang anak perempuan. Tuan Samer memintaku untuk selalu melindungi anak kandungnya, hingga suatu ketika terjadi bencana dalam keluarga tuan Samer, anak dari tuan Samer memanipulasi dokumen dari sebuah perusahaan besar di negara ini. Pemilik perusahaan geram dan itulah awal kisah baru ku. Aku di tuntut oleh Nyonya Lusi menggantikan anaknya sebagai tawanan seorang yang kejam pemilik perusahaan tersebut. Diriku di sekap dan di kurung dalam penjara, entah apa yang akan ku dapatkan. Benci, dendam atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Status Kita Sama
"Why?" sarkas Tom kembali yang mendapati Afriel salah tingkah.
"Maksud kamu apa?" tanya balik Afriel seolah tak mengerti maksud Tom. Tom kembali menatap ke depan seraya mengendikkan bahu. Afriel kembali menatap ke depan. Saat melewati mall Afriel meminta pada sopir agar mampir mall dia akan membelikan buah tangan untuk Yasmin.
"Pak, mampir ke mall ya?" pinta Afriel. Tom mengernyit dia sebenarnya sangat enggan apalagi ke mall.
"Aku mau beli buah tangan untuk kak Yasmin dan Tante" terang Afriel mengarah pada Tom.
"Lalu kemarin kau membeli banyak barang itu untuk siapa?" telak Tom lagi, pasalnya Afriel sebelum pulang dia meminta Tom untuk menemaninya belanja di salah satu tokoh dengan logo G, Tom saat itu bersama dengan Asiyah jadi dia meminta Gio untuk menemani Afriel dan dalam notifikasi rekeningnya Afriel sampai menghabiskan uang setengah milyar. Tom pikir Afriel akan memberikan baju juga tas yang dia beli untuk Yasmin. Afriel agak gelagapan. Tidak mungkin dia bilang belanja kemarin permintaan dari mama nya.
"Em... itu untuk ku" jawabnya berbohong. Tom melihat baju yang di pakai Afriel saat ini memang pengeluaran dari merek toko tersebut.
"Jangan lama-lama" ujar Tom pada Afriel saat mereka sampai di depan mall.
"Apa kamu tak ikut?" tanya Afriel. Tom menggeleng.
"Ayo lah Tom bantu aku untuk memilih!" melas Afriel. Tom menarik nafas dalam.
"Please Tom!! help me" mohon Afriel. lagi-lagi Tom tak kuasa menolak permintaan Afriel. Dia mengangguk dan kini mereka berjalan bersama. Betapa senang nya hati Afriel. Melihat Afriel memilih-milih baju hamil, tanpa sengaja mata Tom tertuju pada baju syar'i yang terpajang di patung. Dia teringat lagi pada seorang wanita yang beberapa hari ini mengisi pikirannya.
"Asiyah" lirih Tom. Tom memindai patung tersebut.
"Silahkan, ada yang bisa saya bantu?" sambut pelayan toko pada Tom.
"Hem, tolong bungkus baju ini!" pinta Tom. Pelayan dengan senang hati mengangguk lalu mengambilkan stok yang baru.
"Baik tuan, kebetulan ini baju edisi terbaru, disainer nya hanya membuat dua. Saya ambilkan stok yang satu nya" sambut pelayan, Tom mengangguk. Pelayan itu hendak pergi.
"Tunggu!" cegah Tom, seketika pelayan itu berhenti dan menatap Tom dengan penuh tanya.
"Ada lagi tuan"
"Em, jika ada sekalian dengan cadar nya!"
"Baik tuan, nanti saya akan sesuaikan warna cadarnya yang cocok tuan" balas pelayan itu ramah pada Tom. Tom beralih melihat Afriel yang masih memilih baju.
"Kenapa aku kepikiran dia" guman Tom.
"Tuan, ini pesanan yang anda minta, saya bawah langsung ke kasir ya!" ujar pelayan. Tom mengangguk, dia mengikuti pelayan itu sampai ke kasir, selesai membayar Tom beralih menghampiri Afriel. Afriel kini sudah membawa paper bag yang berisi dress untuk Yasmin.
"Sudah?" tanya Tom. Afriel mengangguk bahagia.
"Ayo, kita sudah di tunggu!" ajak Tom seraya bergegas pulang ke rumah, karena sebentar lagi akan malam. Afriel memperhatikan paper bag yang di bawah oleh Tom.
***
Turki
"Selamat siang Bu.." ucap beberapa wanita dewasa berseragam seperti milik Bu Lena.
"Siang, selamat datang kembali, mulai saat ini kalian akan bekerja kembali seperti sedia kala" terang Bu Lena pada sepuluh wanita yang ada di hadapan nya.
"Kalian mengerti?" lanjut Bu Lena memastikan para anak didik nya.
"Mengerti Bu" jawab nya serempak dengan sigap mereka melenggang menuju tugas nya masing-masing. Bu Lena hendak mencari Asiyah. ada sesuatu yang akan di sampaikan pada Asiyah.
Asiyah kini duduk di tepi kolam, seperti biasa memberi makan ikan-ikan, beberapa hari ini perasaan Asiyah tidak enak entah kenapa.
"Kamu disini?" kata Bu Lena yang menghampiri Asiyah. Asiyah menengok ke samping Bu Lena sudah ada di sampingnya.
"Aku mencarimu di dapur dan kamarmu" lanjut Bu Lena.
"Bodoh nya aku yang tak tahu tempat favorit mu" ujar Bu Lena terkekeh.
"Tadi harusnya aku langsung ke mari" Bu Lena menatap Asiyah yang tersenyum kecut.
"Tempat ini dulu juga tempat favorit nyonya Elina jika beliau ada masalah" mendengar itu Asiyah menatap ke arah Bu Lena.
"Kata nyonya jika dia memberi makan ikan-ikan ini membuatnya terhibur walaupun sejenak, saat melihat ikan pada berebut makanan membuatnya sadar memang hidup itu sebuah perjuangan. Tuhan sudah mengatur setiap kehidupan di dunia ini, begitu juga dengan cobaan yang singgah sejatinya untuk mengukur seberapa kuat dan ikhlas diri ini untuk menghadapi nya, bukan kah sudah di tulis dalam Kalam nya, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan" tutur Bu Lena. Asiyah tahu hal itu tapi kadang dia lelah menghadapi setiap ujian dalam kehidupan nya.
"Kadang aku berfikir akan kah ada kebahagiaan dalam hidup ku, di saat itu pula aku tersadar dengan janji tuhan inna ma'al usri yusraa(n). tapi kapan kebahagiaan itu datang pada ku?" cicit Asiyah menunduk. Bu Lena menatap pilu melihat Asiyah yang begitu rapuh.
"Innallaha ma'as shobirin, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" Asiyah mengangguk.
"Terima kasih" balas Asiyah pada Bu Lena.
"Ada apa Bu Lena mencari ku?" tanya Asiyah ingin tahu.
"Em,, mulai hari ini para ART sudah kembali bekerja" terang Bu Lena.
"Tuan Gio menyuruh kita untuk bersiap" lanjut Bu Lena.
"Bersiap kemana?" tanya Asiyah ingin tahu. Bu Lena menggeleng.
"Lebih baik segera lah bersiap!" seru Bu Lena. Asiyah menarik nafas dalam, lalu menghembuskan nya perlahan. Kemudian dia berjalan menuju kamar nya yang ada di samping dapur dan ruang pencuci pakaian. Asiyah mengernyit ternyata di dapur ada wanita yang seusianya juga cukup cantik Dengan baju yang sama seperti milik Bu Lena.
"Selamat siang nona" sambut ART itu ramah saat melihat Asiyah masuk. Asiyah mengangguk.
"Siang" sambut Asiyah. Dia melihat di dapur ini ada dua wanita sedangkan nampak di ruang pencuci pakaian juga ada dua wanita yang usianya sekitar tiga puluh lima tahunan.
"Kamu kok masih belum siap?" Bu Lena menghampiri Asiyah yang ada di dapur. Bu Lena lalu menatap pada ke dua ART yang ada di hadapan Asiyah.
"Oh, mereka adalah adalah Lea dan Bilqis mereka bertugas di dapur" ujar Bu Lena.
"Perkenalkan saya Asiyah" Asiyah mengulurkan tangannya ke arah Lea dan Bilqis. Lea dan Bilqis sempat ragu hendak membalas uluran tangan dari Asiyah mereka saling melirik. Asiyah tahu melihat keraguan di mata mereka.
"Keberadaan kita di sini sama, kalian berdua tak perlu sungkan, status kita sama" mendengar penjelasan dari Asiyah kedua wanita itu akhirnya membalas uluran tangan Asiyah.
"Kalian lebih beruntung, kalian disini bekerja, dan aku disini hanya seorang tawanan dari majikan kalian" guman Asiyah dalam hati.