Pria, 30 tahun. keturunan gelap dari pewaris utama klan, terpaksa menikah untuk memangkas opini keluarga tentang kehidupannya dan demi kesepakatan-kesepakatan lainnya demi menjaga kehormatan klan.
"Bagian mana dari tubuhku yang membuatmu tak pernah berselera untuk menyentuhnya," protes Dorrota sambil menanggalkan seluruh pakaiannya.
"Aku bukannya tak berselera, tapi..."
"Jadi benar kabar yang kudengar, kamu memiliki wanita lain. Ah, bukan! tapi Pria lain!"
"Aku tidak peduli apapun yang kamu pikirkan, kesepakatan tetaplah kesepakatan. Ingat batasanmu!" ucap tegas Math Male meninggalkan Dorrota yang terisak dalam kemarahan dan kekecewaannya.
mampukah Dorrota mengambil hati Math Male?
ataukah Math Male akan menemukan hati yang lainnya?
.......
Hallo reader, karya ini hanya berdasarkan imajinasi author sepenuhnya. jika ada kesamaan nama tokoh, latar atau kejadian, hanya merupakan kebetulan yang tidak disengaja.
selamat membaca,
Salam, author Yoshua,
Semoga Semua Bebahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 28
"Redrik, sudahkan kamu membicarakan hal itu dengan putramu?" ucap Mattew kembali ke tempat duduknya semula, membawa sebuah buku yang baru. "Semua pria keturunan pertama memiliki hak untuk menjadi penggantiku, tapi tidak semua para pria itu memenuhi syarat untuk menjadi sepertiku."
"Ayah! Jangan meremehkan putraku! Memangnya apa kelebihan anak pembawa sial itu! Dia justru membawa darah kotor dari negri asing! Sejak dia datang, terlalu sering ada perang! sadarlah ayah akan hal itu, Math hanya akan membawa klan ini dalam kehancuran!"
"Redrik! Jaga bicaramu, pikirkan dahulu dari segala sisi! Jangan hanya melihat perang yang dia sebabkan, tapi bagiamana negri ini menjadi semakin besar karena kemenangan dan tanah yang semakin subur, kamu lupa bagaimana Taddeus memperjuangkan tanah ini? Jadi apakah tidak pantas jika putranya mendapatkan hak itu?" Mattew balik melemparkan beberapa pertanyaan sebagai pengingat untuk Redrik, bukan dengan nada marah, Mattew hanya ingin membimbing Redrik kembali pada jalur yang sebenarnya.
"Tidak ayah! Aku juga memenangkan banyak hal, tapi ayah tidak pernah melihatku! sampai kapan pun, aku tidak akan pernah Sudi dibawah perintah Math!" Redrik menggenggam pedangnya semakin erat.
Menyadari kemarahan sang putra, Mattew tersenyum kecil, lalu bangkit menghampiri Redrik untuk memberikan pelukan, namun Redrik menarik diri menjauhi sang ayah beberapa langkah. "Aku bukan anak kecilmu lagi, ayah! Jangan perlakukan aku seperti sebelumnya."
"Redrik, aku tahu kegelisahanmu, tapi pertimbangkan lagi dan diskusikan hal itu dengan Chad, dan yang terpenting, tanyakan lebih dekat tentang semua ketertarikannya."
Redrik terdiam mendengar ucapan ayahnya, kemarahan masih menguasai, membuatnya tak bisa memahami maksud dari perkataan sang ayah.
.
.
.
Di lobi, di sisi lain dari istana, Math berjalan menuju kamar Dorrota, setelah selesai menenangkan Usstica.
"Darah pemimpin memang sudah mengalir dalam dirinya sejak awal, lihatlah belum juga sehari diputuskan sebagai penerus, wibawanya sudah langsung terlihat jelas," bisik seorang putri Male yang mengintip Math dari balik jendela kamarnya, di seberang taman.
"Benar, sungguh beruntung wanita yang berhasil menikahinya. Lihatlah dia yang mengetuk pintu, tapi aku yang salah tingkah," sahut putri Male yang lain.
"Aaaaah ... Aku tidak bisa berhenti membayangkan peristiwa romantis mereka selanjutnya." Sangat heboh para putri Male menggosipkan Math yang memasuki kamar pengantin, kamar Dorrota.
Dorrota yang telah menunggu kedatangan Math pun tampak menyambut Math dengan bahagia, ia tak bisa menyembunyikan senyum manis di wajahnya. "Mau kubuatkan sesuatu? Aku tidak keberatan menghabiskan malam dengan perlahan sambil menikmati teh."
"Hmm, boleh." Math duduk menghadap jendela, menatap bintang-bintang yang semakin berkelip indah, menghiasi langit malam itu. Sambil menunggu Dorrota membuatkannya teh hangat, Math mendengus, menghela napas beberapa kali.
"Harusnya masih hidup. Lakukan perjalanan ke Selatan, di sana semua orang tak menyukai peperangan, aku harap kamu mendapatkan tempat seperti itu." gumam Math dalam hati.
Math berdiri menghadap jendela, memejamkan mata, dalam ingatannya, masih jelas bagaimana Mesh Mayya berjalan mengendap-endap, membawa adik dan ibunya, memanfaatkan keributan yang dibuat Math untuk melarikan diri dari para bandit waktu itu. Meski Mesh tak sempat berucap terima kasih dengannya, namun tatapan mata yang bertemu beberapa detik saat Mesh akhirnya menghilang dari pintu samping, cukup membuat Math merasa tenang.
Math masih terpejam, merasakan angin yang menyapa kulit wajahnya, begitu damai dan tentram, sampai ia tak menyadari kehadiran Dorrota yang telah memanggilnya beberapa kali setelah meletakkan teh diatas meja. Math masih berdiri terdiam tak mendengar panggilan lembut Dorrota, sampai akhirnya ia merasakan pelukan lembut Dorrota di punggungnya.
Math tersadar, dan membuka mata, lalu menarik diri, dari Dorrota. "Mana tehnya?"
"Di sana, Sayang. Kamu tidak menyahut panggilanku." Dorrota menunjuk pada meja tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Math kembali duduk di kursi, lalu menyesap teh buatan Dorrota. Melihat sang suami begitu menikmati teh buatannya, hati Dorrota semakin bahagia. Kesepakatan dan keangkuhan Math seakan menghilang dari pandangannya.
"Kamu pandai juga meramu teh, ini kamu bawa dari negrimu kah?" Math mencoba berbasa-basi.
"Benar, terasa lebih segar karena malam ini sedikit lebih dingin dari biasanya." Dorrota sibuk mengatur detak jantung yang semakin membuatnya gugup.
"Aku rasa membuat beberapa kudapan enak juga tidak terlalu sulit untukmu." kalimat canggung meluap begitu saja dari mulut Math, entah itu bernada pujian atau semacam tantangan.
Dorrota semakin tersipu, wajahnya semakin memerah. "Haruskan aku buatkan di tengah malam seperti ini?"
"Tidak, jangan melakukan apapun, kamu pasti lelah, istirahatlah, teh ini akan aku bawa ke tempatku." Math beranjak dari tempatnya.
"Begitu saja aku tidak lelah! Aku masih bisa melakukan banyak hal lainnya!" seru Dorrota dengan segera saat melihat Math hendak meninggalkannya.
Math tersenyum kecil menatap Dorrota, lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu. "Kalau begitu, tutup rapat semua jendela, lalu melompat lah ke atas ranjang yang telah disiapkan, percayalah, tidak baik istri penerus tidur dengan jendela terbuka."
...****************...
To be continue...
Menurut ku Dorrota ini mirip sama Kallida, daripada Usstica yang notabenenya adalah putri kandungnya.
Dorrota dan Kallida tak berpura-pura mencintai suaminya.
but nantinya ntahlah Apakan Dorrota juga akan berubah seperti Kallida?
Lucu yaak tetiba pen jadi istri Math, pdhl kadarnya mereka masih satu turunan dari Mattew. Usstica itu kan dinikahi yaa kna dia dalam keadaan berbadan dua... tapi bkn anak Math, tapi anaknya Miltus.
tak sabar nunggu Mesh yang dinikahi Math terus hamil. Mesh jadi permaisuri utama kan?
bisa kna prank semua kaum hawa di klan Male.
Kallida melakukan cara kotor itu kna pelampiasan semua perasaan kecewanya pada Tedd yang tak pernah bisa mencintai nya dan Usstica just alat bwt Kallida.
Mesh perempuan berbeda Miltus...
jngn terlalu merasa tak enakan, krna kiss bwt Mesh tak seberapa.
berkaitan Math, Usstica, Dorrota, Miltus, Mesh yg notabenenya orang biasa tapi malah yang berkesan bwt Math.