**Sinopsis:**
Luna selalu mengagumi hubungan sempurna kakaknya, Elise, dengan suaminya, Damon. Namun, ketika Luna tanpa sengaja menemukan bahwa mereka tidur di kamar terpisah, dia tak bisa lagi mengabaikan firasat buruknya. Saat mencoba mengungkap rahasia di balik senyum palsu mereka, Damon memergoki Luna dan memintanya mendengar kisah yang tak pernah ia bayangkan. Rahasia kelam yang terungkap mengancam untuk menghancurkan segalanya, dan Luna kini terjebak dalam dilema: Haruskah dia membuka kebenaran yang akan merusak keluarga mereka, atau membiarkan rahasia ini terkubur selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alim farid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Pagi itu, luna turun ke dapur dengan langkah gontai, wajahnya masih tertutup kantuk yang belum sepenuhnya hilang. Di dapur, elise sudah sibuk menyiapkan sarapan, tanpa menoleh ia memanggil adiknya, "luna, sudah bangun? Tolong naik ke atas dan panggil kakak iparmu, sarapannya sudah siap," suaranya terdengar datar, penuh otoritas yang biasa.
luna hanya menatap kakaknya dengan malas, matanya setengah terpejam. Tidak ada keinginan untuk menjawab, tapi ia tahu tidak ada gunanya menolak permintaan kakaknya. elise memang sering meminta bantuan pada luna untuk hal-hal yang bisa ia lakukan sendiri, terlebih lagi sekarang luna lebih sering berinteraksi dengan suami kontrak itu. Meski hubungan mereka masih dirahasiakan, elise tahu betul bahwa damon menikmati permainan dengan adiknya.
"luna, dengar kan?" Suara elise terdengar lebih tegas, memastikan adiknya mendengar instruksi itu. luna mengangguk pelan, seolah tidak ada pilihan lain, "Baik, Kak," jawabnya pendek sebelum memutar tubuh dan melangkah menuju tangga dengan langkah malas.
Di dalam hatinya, luna sedikit berharap bisa melihat wajah damon yang baru bangun tidur, mungkin kali ini ia akan menemukan kekurangan kecil yang selama ini tidak pernah tampak. Bagaimana pun, damon selalu tampak sempurna di matanya, tapi siapa tahu, di pagi hari mungkin ada celah yang bisa ia temukan.
luna berjalan pelan menuju kamar damon di lantai atas. Sesampainya di depan pintu, ia mengetuknya dengan lembut, "Tok, tok, tok," namun tidak ada jawaban. Dia mengetuk sekali lagi, kali ini lebih keras, tapi tetap tidak ada respons.
"Buka saja pintunya kalau dia tidak dengar! Kalau masih tidur, sekalian bangunin!" Teriak elise dari bawah, terdengar jelas di tengah keheningan pagi itu.
Dengan ragu, luna memutar kenop pintu dan melangkah masuk. Segera setelah masuk, dia merasa ada yang aneh, banyak pertanyaan berkecamuk di benaknya, tetapi ia menahan semua itu untuk nanti. Fokusnya sekarang adalah membangunkan damon.
Namun, saat melihat damon yang masih terlelap di atas ranjang, langkahnya terhenti. Pandangannya terpaku pada sosok pria itu, yang hanya mengenakan boxer ketat. Bentuk tubuhnya yang atletis begitu jelas terlihat, dan yang lebih mengejutkan, ada sesuatu yang besar dan panjang tampak menonjol dari balik kain tipis itu. luna terpaku, pikirannya berputar liar. Apakah semua pria mengalami hal seperti ini di pagi hari? Pertanyaan itu membuatnya penasaran sekaligus terkejut.
Tiba-tiba, sebuah suara yang dalam dan sedikit serak membuat luna tersentak, "Apa yang kau lakukan di kamarku?" suara damon memecah kesunyian, membuat luna mendongak cepat. Dia berharap damon tidak menyadari bahwa dia baru saja terpesona dengan pemandangan di depannya. Dengan tergesa-gesa luna mencoba mengendalikan dirinya sebelum berbicara, "Aku... eh, Kak elise suruh aku panggil Kak damon untuk sarapan. Aku sudah ketuk pintu tapi tidak ada jawaban, jadi aku langsung masuk saja. Karena Kak damon sudah bangun, cepat turun sarapan sebelum dingin. Aku pergi!" Dengan cepat, luna berbalik dan nyaris berlari keluar dari kamar itu, perasaan gugup membuatnya tidak ingin berada di situ lebih lama. Bayangan bahwa pria itu bisa saja menariknya kembali ke ranjang membuatnya makin panik.
damon, yang masih setengah mengantuk, hanya bisa memandangi pintu yang baru saja tertutup dengan alis berkerut. Ia mengucek mata, mencoba mengingat apa yang baru saja terjadi. Ketika pandangannya jatuh ke tubuhnya sendiri, ia tertawa kecil. Pasti luna merasa malu melihatnya dalam keadaan seperti ini. Pemikiran itu membuat damon menyadari bahwa ia harus lebih rajin berolahraga, bukan hanya untuk menjaga kebugaran, tetapi juga untuk memastikan tubuhnya selalu terlihat menarik di mata luna. Bagaimanapun, performa di ranjang adalah salah satu aspek penting yang tidak bisa diabaikan oleh pria sepertinya.
***
Di meja makan, hanya ada elise dan damon yang duduk menikmati sarapan. luna sudah pergi lebih awal dengan alasan ada urusan di kampus yang harus ia selesaikan. Suasana di antara mereka terasa tenang, namun ada ketegangan yang terselubung. elise, yang biasanya lebih banyak diam, akhirnya membuka percakapan, "Kau sibuk hari ini?" tanyanya dengan nada serius, mencoba menarik perhatian damon dari makanannya.
"Kenapa?" balas damon tanpa mengangkat wajah dari piringnya, suaranya terdengar agak malas, seolah enggan untuk terlibat dalam percakapan yang lebih mendalam.
"Ayahku ingin bertemu. Dia ingin membahas rencana kerjasama perusahaan," jawab elise, membuat suasana langsung berubah serius. damon berhenti mengunyah sejenak, menunjukkan bahwa topik ini memang penting.
"Aku akan ke kantor kalian nanti siang," jawabnya singkat. elise mengangguk, seolah sudah menduga jawaban itu.
"Oh ya, aku dengar ada masalah di perusahaanmu semalam. Apa itu benar?" tanya elise lagi, mencoba menggali lebih jauh.
"Masalahnya sudah selesai. Tak perlu dibahas lagi, itu hanya masalah kecil," jawab damon dengan nada yang lebih tegas, seolah tidak ingin memperpanjang pembicaraan tentang hal itu. Bagi damon, urusan itu sudah selesai dan tidak perlu diungkit lagi.
"Tapi aku dengar luna juga terlibat di dalamnya," kata elise, membuat damon mengangkat wajah dan menatapnya dengan tajam. Mendengar nama adik iparnya disebut dalam konteks ini membuat perhatiannya terfokus sepenuhnya.
"Apakah sandra yang memberitahumu?" tanyanya. elise mengangguk, menegaskan bahwa informasi itu memang berasal dari sumber yang bisa dipercaya.
damon menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Aku tidak menyalahkan luna. Dia tidak bersalah dalam masalah ini," ucapnya, mencoba menenangkan elise yang tampak cemas.
"Tapi justru itu yang bisa menimbulkan masalah. Orang-orang bisa berpikir kau pilih kasih dan mulai menggosipkan luna," balas elise dengan nada serius. Dia tahu betul bagaimana lingkungan kerja bisa menjadi tempat yang sangat beracun jika ada kesan ketidakadilan.
damon menatapnya, mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan. "Jangan terlalu berpikiran negatif. Tapi kau tenang saja, aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti luna," jawabnya dengan tegas. Bagaimanapun, apa yang dikatakan elise adalah hal yang sudah lebih dulu dipikirkan oleh damon. Tindakan Dian terhadap luna masih segar di ingatannya, dan dia tidak akan tinggal diam jika ada yang berani menyakiti adik iparnya.
"Aku harap kau bisa memegang janjimu," ujar elise sebelum bangkit dari tempat duduknya, meninggalkan damon yang masih tenggelam dalam pikirannya sendiri. Setelah elise pergi, damon menyadari bahwa dia perlu mengambil langkah lebih serius untuk melindungi luna. Menambah CCTV tersembunyi di sudut-sudut kantor mungkin adalah ide yang bagus. Dengan begitu, setiap gerakan mencurigakan bisa terpantau, dan siapa pun yang berani berbuat tidak baik akan segera tertangkap basah. Memasang CCTV adalah langkah pencegahan yang sangat penting untuk memastikan keamanan luna, terutama dalam situasi yang semakin kompleks seperti ini.